Menu

Mode Gelap
Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (25) NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 )

Esai · 15 Feb 2023 15:09 WIB ·

Dua Mata NU Jepara Bagian Selatan


 Dua habib pengasuh umat khususnya di wilayah Jepara selatan, Habib Ahmad al-Jufri dan Habib Abdullah al-Hinduan. Perbesar

Dua habib pengasuh umat khususnya di wilayah Jepara selatan, Habib Ahmad al-Jufri dan Habib Abdullah al-Hinduan.

Oleh Muh Khamdan*

nujepara.or.id – Sedih dan sangat kehilangan. Begitulah rasa yang dialami warga Nahdliyin di Jepara bagian Selatan. Sebuah wilayah geografis yang seringkali disematkan pada Mayong dan Nalumsari.

Kedua kecamatan ini memang memiliki romantisme tersendiri pada dua habib pengasuh umat. Beliau adalah Habib Ahmad al-Jufri dan Habib Abdullah al-Hinduan. Kedua habib ini ibarat sebuah mata sehingga warga nahdliyin lebih cerdas membaca realitas sosial keagamaan, budaya dan lain sebagainya.

Pengurus NU tingkat Majelis Wakil Cabang NU (MWCNU) di Nalumsari dan Mayong memiliki kenangan khusus dengan dua habib itu. Kolaborasi dua sosok keturunan Rasulullah ini mewariskan tradisi munadharah yang menjadi pertemuan rutin setiap Senin Pahing di tingkat MWCNU. Forum gabungan antara MWCNU Mayong dan Nalumsari itu secara bergantian bertindak sebagai tuan rumah.

Pertemuan rutin itu dilakukan untuk menjaga tradisi keilmuan dan keagamaan warga Nahdliyin. Kegiatannya beragam mulai dari pembacaan kitab kuning pada spesifikasi fiqih, pembahasan masalah-masalah keumatan dalam bahtsul masail, hingga respon terhadap dinamika keorganisasian.

Keberadaan Majlis Hubbur Rosul juga menjadi tonggak kolaborasi dua habib dalam memasyarakatkan shalawat. Perlu diakui bahwa tren pembacaan shalawat yang berkembang pada era sebelum 2000-an, adalah barjanzi dan addziba’i. Namun tren itu mulai berubah seiring maraknya pembacaan shalawat burdah oleh pengurus Hubbur Rosul yang sekaligus pengurus NU.

Oleh karenanya, tak bisa dilepaskan bahwa Hubbur Rosul adalah majelis warga Nahdliyin yang pengurus-pengurusnya adalah tokoh utama NU itu sendiri. Sebagai tokoh organisatoris NU, kedua habib sama-sama memerankan diri sebagai syuriah di MWCNU masing-masing.

Kedua habib ini mampu menjadi tokoh khadimul ummah. Keduanya memiliki kesamaan sebagai juru bicara perdamaian di tengah masyarakat. Gaya kedua habib inipun memiliki kesamaan, lemah lembut dan selalu diiringi senyum canda dalam penyampaian pesan-pesan dakwah yang damai.

Kedua habib sering memberi penekanan jika Mbah Sholeh Darat Assamarani memiliki murid KH. Hasyim Asy’ari sebagai pendiri NU dan KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah. Bahkan hal itu terus diulang-ulang. Penekanan aspek historis itu menjadi penting agar warga NU dapat menjaga keharmonisan dengan warga Muhammadiyah. Hal ini bisa dimaklumi karena Mbah Sholeh Darat memang ulama besar yang lahir serta memiliki hubungan kekerabatan dari Ngroto, Mayong.

Fastabiqul khoirot. Satu kalam ini setidaknya tergambar selain aspek kolaborasi. Keberadaan dua MWCNU yang semula adalah satu kecamatan, seolah menjadi ajang untuk berlomba dalam kebaikan. Pembangunan gedung MWCNU Nalumasri dan gedung MWCNU Mayong adalah saksi dari proses berlomba dalam kebaikan tersebut.

Meski sama-sama belum tuntas sempurna sebagaimana perencanaan pembangunan, namun semangat membangun masih terwariskan. Nalumsari kini memiliki gedung berlantai dua, sedangkan Mayong sudah membuat grand design pembangunan rumah sakit. Tentu menjadi tugas para santri dan jajaran pengkhidmat NU di kedua wilayah itu untuk menuntaskan progam yang sudah dirintis tersebut.

Setidaknya kedua Habib yang bersahabat itu akan saling bertemu tanpa membahas siapa yang menang dan kalah, karena posisi yang berimbang.Pendidikan adalah aspek yang sama-sama menjadi fokus perjuangan dua habib.

Habib Ahmad Al-Jufri pada 1993, bersama sejumlah kolega mendirikan madrasah tsanawiyah di wilayah Nalumsari. Madrasah yang dinamai MTs Ismailiyah itu, dipimpin langsung oleh Bib Mad sampai titik terakhir kehidupan, 2 Pebruari 2019.

Tak disangka pada bulan yang sama, Habib Dullah sebagai sahabat setia itu menyusul dengan meninggalkan pesantren yang baru dirintis dengan biaya pendidikan yang gratis di Mayong sebelah utara, yaitu Pesantren Darur Rohmah di Desa Buaran.

Tak berlebihan jika penulis menyebut bahwa kedua sahabat ini bagaikan dua mata indah yang pernah dimiliki oleh NU di Jepara bagian Selatan. Kiprah keduanya sebagai khadimul ummah dilakukan sampai batas akhir usia.

Kiprah sebagai organisatoris NU, diperankan sampai paripurna dengan mengantarkan warga Nahdliyin di kedua wilayah itu bisa berdikari. Kedua habib yang bersahabat itu kini sudah saling bertemu kembali karena cinta pada umat. Lengkap juga tangis kedua mata warga Nahdliyin seiring hilangnya dua mata NU tersebut.

Semoga segera ada pengganti untuk persahabatan abadi baik nanti ataupun masa mendatang.

*Pecinta Habib dan Kader Muda NU Nalumsari

Artikel ini telah dibaca 868 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Pendidikan Karakter Anak Pada Saat Idulfitri

19 April 2024 - 08:40 WIB

Ilustrasi santri merayakan Idulfitri.

Filosofi Makna Budaya Kupat dan Lepet dalam Perayaan Idulfitri

9 April 2024 - 05:48 WIB

Rebutan kupat lepet saat pesta lomban

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (29)

9 April 2024 - 05:03 WIB

Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara), Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat.

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (28)

9 April 2024 - 04:54 WIB

Ruh manusia ilustrasi

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (28)

8 April 2024 - 03:45 WIB

Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara), Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat.

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (27)

7 April 2024 - 05:19 WIB

Mbah Soleh Darat
Trending di Hujjah Aswaja