Menu

Mode Gelap
NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 ) Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat ( 2 )

Kabar · 5 Feb 2016 02:49 WIB ·

Gus Dur, Kian Harum setelah Wafat


 Gus Dur, Kian Harum setelah Wafat Perbesar

 haul gusdur nu jepara“Gus Dur itu makin dicintai ketika beliau sudah meninggal. Buktinya, Jaringan Gusdurian baru didirikan usai Gus Dur wafat,” kata KH Mu’adz Thohir, sahabat Gus Dur asal Desa Kajen Kecamatan Margoyoso, Pati dalam peringatan Haul ke-6 KH Abdurrahman Wahid di Masjid Kampus Unisnu Jepara, 16 Januari 2016.
Dalam pandangan Gus Mu’adz, panggilan KH Mu’adz Thohir, banyak masyarakat yang memang tidak memahami perilaku maupun perkataan Gus Dur sewaktu masih hidup. Bahkan banyak yang menyepelekannya, terlebih saat menjadi presiden RI. Selain akselerasi pemikiran yang jauh ke depan yang kerap dikomunikasikan dengan bahasa simbolis, Gus Dur dipandang sebelah mata karena kesederhanaannya.
“Gus Dur hampir tak memiliki baju bagus. Salah satu sifatnya ini tentu sulit ditiru. Terlebih bagi pejabat tinggi negara. Sifat dan prinsip hidup Gus Dur lainnya juga sulit ditiru,” kata Gus Mu’adz.
Baru setelah Gus Dur wafat, lanjut Gus Mu’adz, pemikiran dan perilakunya yang mulai dipahami dan disadari memiliki kontribusi besar bagi umat dan bangsa ini. Terlebih mulai banyak bermunculan buku-buku biografi yang membedah tuntas seluruh pemikiran Gus Dur, hingga secara khusus mengisahkan lelucon-leluconnya.
Berdasarkan pengalaman hidup berdampingan dengan Gus Dur, Gus Mu’adz bahkan menyimpulkan jika sewaktu hidup, banyak yang berseberangan pemikiran dengan Gus Dur. Tapi tak bertahan lama. Sebab tak lama kemudian akan membenarkan pendapatnya.
Menurutnya, salah satu hal yang perlu dicontoh dari Gus Dur oleh generasi muda yakni mengenai kesukaannya dalam membaca. Khususnya buku-buku terbitan baru. Bahkan ketika penglihatannya sudah mulai terganggu. Banyak sahabat Gus Dur, disuruh membacakan buku tersebut. Meski hanya judul dan pendahuluannya.
“Ini tak lepas dari kedalaman pemahaman beliau sewaktu masih muda yang rajin membaca literatur. Sehingga buku terbaru pun sudah bisa dipahami meski hanya judul dan pendahuluan,” kata dia.
Sewaktu masih muda, kata Gus Mu’adz, cara membaca Gus Dur jauh di atas kebiasaan orang kebanyakan. Dalam satu menit, Gus Dur mampu membaca seribu kata. Padahal orang jenius saja hanya mampu membaca 250 hingga 500 kata.
“Saya hanya bisa 150 hingga 200 kata tiap menit. Dia membacanya cepat,” tandas dia.
Mengenai tradisi membaca ini, salah satu hal yang tak bisa dilupakan Gus Mu’adz adalah wejangan Gus Dur jika membaca itu bisa membaca apa saja. Sebab Allah dalam wahyu-Nya hanya memerintahkan membaca tanpa memberikan petunjuk apa yang harus dibaca.
“Tapi menurut Gus Dur, membaca yang paling sulit adalah membaca diri sendiri, atau mengenal diri sendiri. Dengan cara ini, maka baru akan secara benar membaca orang lain,” tandas dia.
Peringatan haul itu dihadiri Pengurus Cabang NU Jepara, Jaringan Gusdurian Jepara, aktivis mahasiswa dan tokoh lintas agama. (Muhammadun)
Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang

20 Maret 2024 - 19:56 WIB

Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan?

19 Maret 2024 - 13:50 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (2)

18 Maret 2024 - 23:03 WIB

Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!!

16 Maret 2024 - 23:52 WIB

Sedulur Papat Limo Pancer, Wejangan Ruhani Sunan Kalijaga

15 Maret 2024 - 00:06 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (1)

13 Maret 2024 - 17:35 WIB

Trending di Headline