Menu

Mode Gelap
Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (25) NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 )

Hujjah Aswaja · 15 Jul 2022 02:06 WIB ·

Haji dan Perjumpaan Manusia se-Jagad 


 Haji dan Perjumpaan Manusia se-Jagad  Perbesar

Oleh : Ustadz Hisyam Zamroni*

nujepara.or.id – Makkah adalah fenemona. Makkah menjadi ikon dunia lantaran manusia se-jagad berkumpul dengan satu rasa yaitu sebagai “hamba” yang  terlepas dari identitas suku, bangsa, negara dan beragam latar belakang lainnya. 

Saya bertemu dengan beberapa intelektual dunia di pelataran harom seperti Doktor Ibrohim (ahli hukum islam dari Iran, Doktor Muhammad dan lainnya). Kami berdiskusi banyak tentang hukum Islam dan multikultural.

Selain perjumpaan itu, saya sebenarnya juga diundang menjadi pembicara tentang toleransi beragama oleh para intelektual dunia. Namun karena saat kegiatan itu dihelat itu ada  jamaah haji asal Jepara yang meninggal dunia yakni Rois Syuriah NU Ranting Bulungan Jepara KH Mohammad Rodli Tamim Al Hafidz maka saya izin dan urung menghadiri undangan tersebut.

Terlepas dari itu, berkumpulnya banyak orang se-jagad menjadikan “ibroh” bahwa Makkah dengan ritual hajinya merupakan moment agung perjumpaan beragam suku, bangsa, negara dan beragam latar belakang lainnya yang terikat dalam satu spiritualitas  yaitu “penghambaan paripurna”. 

Manusia yang awalnya satu, lalu berkembang. Terdiri dari jenis laki laki dan perempuan yang berinteraksi satu sama lain hingga akhirnya menjadi bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan bernegara tanpa sekat. Sehingga mestinya tidak boleh ada yang merasa lebih tinggi satu dari lainnya, kecuali sama-sama melaksanakan “penghambaan paripurna” sebagai makhluq yang tunduk patuh kepada Sang Kholiq. 

Prosesi “penghambaan paripurna” ini disimbolkan oleh berpakaian dua helai kain putih  yang sama. Apakah ia pejabat tinggi, buruh, maupun rakyat jelata berpakaian sama. Hubungan lintas sosial dan budaya yang sedemikian dasyatnya dalam ritual haji ini memberikan “semangat baru” bahwa seharusnya di mana pun dan kapan pun manusia berada,  harus mampu memanusiakan manusia. 

Proses memanusiakan manusia inilah inti dari tujuan ritual haji sehingga mendapatkan predikat haji mabrur. Kemabruran haji seseorang ditentukan oleh kesadaran seseorang dalam memahami dan mempraktikkan sifat altruisme atawa peduli  kepada orang lain. Jadi tidak semata-mata hanya sekadar melaksanakan rukun, wajib atau sunnah haji saja.

Semoga para jamaah haji pada tahun 2022 ini diberikan predikat oleh Gusti Allah SWT menjadi haji mabrur… Aamiin Aamiin Aamiin.

* Wakil Ketua PCNU Jepara

Artikel ini telah dibaca 275 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Pendidikan Karakter Anak Pada Saat Idulfitri

19 April 2024 - 08:40 WIB

Ilustrasi santri merayakan Idulfitri.

Filosofi Makna Budaya Kupat dan Lepet dalam Perayaan Idulfitri

9 April 2024 - 05:48 WIB

Rebutan kupat lepet saat pesta lomban

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (29)

9 April 2024 - 05:03 WIB

Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara), Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat.

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (28)

9 April 2024 - 04:54 WIB

Ruh manusia ilustrasi

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (28)

8 April 2024 - 03:45 WIB

Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara), Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat.

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (27)

7 April 2024 - 05:19 WIB

Mbah Soleh Darat
Trending di Hujjah Aswaja