Menu

Mode Gelap
NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 ) Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat ( 2 )

Hujjah Aswaja · 28 Okt 2022 05:55 WIB ·

Keinginan Kita Tak Tercapai? Ini Petuah Ibnu Athaillah


 Keinginan Kita Tak Tercapai? Ini Petuah Ibnu Athaillah Perbesar

Oleh : Kiai Soleh
Wakil Ketua Tanfidziyah MWC NU Mlonggo

nujepara.or.id – Dalam kehidupan, tidak setiap harapan manusia dapat tercapai. Kadang berhasil, kadang gagal. Kadang sukses, kadang kurang beruntung. Umumnya orang akan kecewa bila harapan atau keinginannya tak tercapai. Tapi bagi seorang muslim, sebenarnya bagaimana sikap terbaik ketika harapannya tak tercapai?

Imam Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam al-Hikam, menyatakan:

رُبَّمَا أَعْطَاكَ فَمَنَعَكَ وَرُبَّمَا مَنَعَكَ فَأَعْطَاكَ

“Bisa jadi Allah memberimu suatu anugerah kemudian menghalangimu darinya; dan boleh jadi Allah menghalangimu dari suatu anugerah kemudian Ia memberimu anugerah yang lain.”

Kata hikmah Imam Ibnu Athaillah diatas seakan hendak menyampaikan, terkadang Allah memberikan sesuatu yang dianggap baik menurut pikiran manusia, namun tanpa disadari pemberian itu sebenarnya menghalangi dirinya dari taufiq dan hidayah untuk semakin dekat kepada-Nya. Apalah artinya terpenuhi semua harapan, sementara cahaya Islam dan iman di hati justru padam?

Namun, manusia terkadang sulit memahami hakikat anugerah yang diberikan Allah. Ketika harapannya tidak sesuai kenyataan, betapa banyak manusia yang sering kecewa berat dan berkepanjangan. Padahal, semua anugerah yang telah Allah berikan maupun yang Allah halangi darinya merupakan kebaikan yang hakiki baginya.

Imam Ibnu Athaillah melanjutkan kata hikmahnya:

مَتَى فَتَحَ لَكَ بَابُ الْفَهْمِ فِي الْمَنْعِ عَادَ الْمَنْعُ عَيْنَ الْعَطَاءِ

“Ketika Allah membukakan pintu pemahaman kepadamu tentang pecegahan-Nya dari suatu anugerah, maka penolakan Allah itu pun berubah menjadi anugerah yang sebenarnya.”

Kemudian Syekh Ibnu Ajibah mengibaratkan pemberian Allah kepada manusia diibaratkan dengan orang yang diundang ke suatu jamuan makanan di tempat gelap tanpa lampu. Makanan yang tersedia sangat banyak, namun bisakah saat itu ia mengetahui makanan mana yang akan diambil dan yang akan dimakan? Begitulah pemberian Allah kepada manusia, ketika diberi kecukupan di satu sisi, ia akan selalu merasa kekurangan di sisi lainnya. (Iqadhul Himam Syarhu Matnil Hikam, hal: 97).

Kata hikmah Imam Ibnu Athaillah di atas terkonfirmasi oleh ayat Al-Qur’an:

وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ، وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya, “Boleh jadi kalian tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagi kalian; dan boleh jadi kalian menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagi kalian. Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui.” (S al-Baqarah:216)

Karenanya, orang-orang pilihan yang telah mencapai derajat ma’rifat billah, sering merasa takut ketika ia menerima anugerah Allah.

Syekh Ibnu Ajibah pun mengatakan:

اَلْعَارِفُوْنَ إِذَا بُسِطُوا أَخْوَفُ مِنْهُمْ إِذَا قُبِضُوْا

“Orang-orang ‘arifbillah lebih takut ketika diberikan kelapangan daripada diberikan kesempitan.” (Ibnu Ajibah, Iqadhul Himam, hal: 97).

Terpenuhinya semua harapan justru menakutkan bagi orang-orang ‘arifbillah. Kenapa demikian? Sebab, bagi mereka dalam keadaan sempit orang yang dekat kepada Allah akan lebih tenang dan lebih tentram menjalankan semua perintah-Nya. Sedangkan dalam keadaan semua keinginan terpenuhi, orang akan berpotensi sombong dan tidak bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya.

Dalam menyikapi kelapangan dan kesempitan hidup, Syekh Ibnu Ajibah mengatakan:

اَلْبَسْطُ تَأْخُذُ النَّفْسُ مِنْهُ حَظَّهَا بِوُجُوْدِ الْفَرْحِ، وَالْقَبْضُ لَاحَظَّ لِلنَّفْسِ فِيْهِ

“Dalam kelapangan hidup, nafsu manusia ikut ambil bagian (menikmatinya), sebab adanya rasa gembira; sedangkan dalam kondisi sempit, nafsu manusia tidak ikut ambil bagian (merasakannya).” (Ibnu Ajibah, Iqadhul Himam, halaman 97).

Begitulah kelapangan, ia bisa menjadi faktor yang menumbuhkan kecenderungan nafsu untuk melupakan Allah yang memberikan anugerah. Orang yang lapang cenderung memanjakan dirinya dengan segala sesuatu yang diinginkan yang terkadang menjadi penyebab orang lalai.

Dalam kesempatan lain Syekh Ibnu Ajibah mengibaratkan manusia seperti anak kecil yang masih sangat polos dan tidak tahu apa-apa, yang menginginkan manisan atau permen beracun. Ia berkata:

فَكُلَّمَا بَطَشَ الصَّبِيُّ لِذَلِكَ الطَّعَامِ رَدَّهُ أَبُوْهُ، فَالصَّبِي يَبْكِي عَلَيْهِ لِعَدَمِ عِلْمِهِ، وَأَبُوْهُ يَرُدُّهُ بِالْقَهْرِ لِوُجُوْدِ عِلْمِهِ

“Ketika si anak mengambil makanan beracun, Sang Ayah menolaknya; maka Si Anak menangisinya karena ketidaktahuannya, sedangkan Sang Ayah menolaknya secara paksa karena tahu ada racunnya.” (Ibnu Ajibah, Iqadhul Himam, hal: 100).

Begitulah gambaran hubungan manusia dengan Allah SWT berkaitan dengan anugerah dan harapan. Manusia tak ubahnya seperti anak kecil yang masih lugu dan sangat polos, sementara Allah menghalangi berbagai harapan dan keinginannya karena Allah lebih Tahu yg terbaik baginya.

Sangat mungkin, segala anggapan baik yang manusia wacanakan, justru merupakan keburukan yang tidak Allah inginkan.

Tidak ada hal yang lebih baik atas semua kejadian yang menimpa manusia melainkan dengan mempelajari dan menggali hikmah demi meraih keridhaan-Nya. Sebab setiap ketentuan Allah selalu beriringan dengan kebijaksanaan-Nya.

Penjelasan di atas selaras dengan syair Imam al-Bushiri dalam al-Burdah:

كَمْ حَسَّنَتْ لَذَّةً لِلْمَرْءِ قَاتِلَةً ¤ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَدْرِ أَنَّ السَّمَّ فِى الدَّسَمِ

“Betapa banyak kenikmatan justru berujung pada kematian, karena orang tidak menyadari bahaya racun yang terkandung di dalamnya”.

Artikel ini telah dibaca 159 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (17)

27 Maret 2024 - 22:04 WIB

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (16)

27 Maret 2024 - 06:15 WIB

Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara), Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat.

Sepekan, NU PB Bantu 1000 Paket Sembako Korban Bencana

26 Maret 2024 - 05:43 WIB

NU PB Kabupaten Jepara menyerahkan bantuan 1000 paket sembako dan alat-alat kebersihan ke warga enam desa terdampak bencana banjir di Kota Ukir.

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (15)

26 Maret 2024 - 05:34 WIB

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (14)

25 Maret 2024 - 06:17 WIB

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (14)

Mencari Sosok Bupati dan Wakil Bupati Jepara ke Depan yang Sudah “Mentas”

24 Maret 2024 - 08:39 WIB

Ukir Jepara Ilustrasi.
Trending di Hujjah Aswaja