Menu

Mode Gelap
Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (25) NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 )

Opini · 28 Mar 2020 06:53 WIB ·

Laku Untuk Pencari Ilmu (Menurut Serat Wedhatama dan Wulangreh)


 Laku Untuk Pencari Ilmu (Menurut Serat Wedhatama dan Wulangreh) Perbesar

Oleh: Khoiril Anam, Pengurus PC Lesbumi NU Jepara dan Guru Bahasa Jawa SDUT Bumi Kartini Jepara

Serat Wedhatama bait pertama pupuh Pucung:
“Ngelmu iku
kalakone kanthi laku
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pangekese dur angkar.”

Terjemahan bebas:
“Ilmu atau cita-cita (gegayuhan) itu hanya bisa terwujud lewat usaha tindakan, diawali dengan ketekunan dan kesungguhan, kesungguhan itu penegak dan penguat tekad niat dan tujuan, dilandasi budi luhur sebagai pengendali nafsu angkara.”

Menuntut ilmu itu perlu disertai dengan ketekunan dan kesungguhan dengan usaha “laku”. Laku di sini dimaknai dengan diamalkan dalam sepenuh hati. Yang jelas adalah terus-menerus belajar dengan tekun sampai akhir hayat. Seperti Qoul yang masyhur yaitu: ”Tuntutlah ilmu dari buaian (ketika masih kecil) hingga liang lahat (sampai meninggal dunia)”.

Bagi seorang pelajar yang terpelajar, laku itu dengan jalan banyak membaca buku, kegemaran membaca buku ini memang masih sangat lemah dalam masyarakat Indonesia.
Penelitian dilakukan organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) pada 2016 terhadap 61 negara di dunia menunjukkan kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat rendah.

Hasil studi yang dipublikasikan dengan nama “The World’s Most Literate Nations”, menunjukan Indonesia berada di peringkat ke-60, hanya satu tingkat di atas Botswana.

Miris melihat fakta di tengah gelombang era arus globalisasi yang semakin mudah mendapatkan informasi bukan? Tetapi bagi pelajar yang betul-betul mengingini agar dirinya pantas menyandang gelar pelajar atau sarjanawan/ sarjanawati, maka harus bisa mendobrak keengganan membaca.

Membaca adalah ibarat menyetrum aki untuk menambah daya atau memberi asupan nutrisi kepada otak. Semakin banyak membaca maka akan semakin matang dan mendalam ilmu yang dikuasainya. Dengan demikian ia akan benar-benar layak disebut dengan kaum terpelajar.

Selain dengan banyak belajar dan membaca buku, pelajar juga menjalani laku puasa. Puasa di sini dimaknai tidak hanya menahan haus dan lapar akan tetapi lebih ke menahan dan mengendalikan nafsu.

Tidak mengumbar nafsu atau keinginan ke arah kenikmatan, kemalasan, kemarahan dll. Seperti apa yang di dalam tembang pocung lanjutan berikut ini:
Angkara gung,
neng angga anggung gumulung,
gogolonganira triloka,
lekere kongsi,
yen den umbar ambabar dadi rubeda.

Terjemahan bebas:
Nafsu angkara yang amat besar itu
bersemayam dalam diri semua orang
kalau dirinci ia meliputi tiga duina (triloka= cipta, rasa dan karsa atau badaniah, perasaan, angan-angan).
Kalau diumbar ia akan menimbulkan bencana, tidak mengumbar nafsu. Itulah hakikat laku batin kalau orang jawa menyebutnya dengan prihatin atau tirakat.

Lebih gamblang lagi dijelaskan dalam surat wulangreh dua bait tembang Kinanthi:
Padha gulangen ing kalbu,
Ing sasmita amrih lantip,
Aja pijer mangan nendra,
Ing kaprawiran den kesth,i
pesunen sariranira,
sudanen dhahar lan guling.

Dadiya lakunireku,
Cegah dhahar lawan guling,
Lawan aja sukan-sukan,
Anganggowa sawatawis,
Ala watake wong suka,
Nyuda prayitnaning batin.

Terjemahan bebas:
Biasakan melatih jiwamu
Agar peka dalam menangkap isayarat (sasmita/wangsit/intuisi)
Jangan mengumbar nafsu makan dan tidur (tidur= nafsu birahi)
Uatmakanlah keluhuran budi
Latihlah jiwa ragamu
Kurangilah makan dan tidur.

Jadikanlah sebagai laku yang dibiasakan
membatsi makan dan tidur (berfoya-foya dan malas-malasan)
jangan mengutamakan kesenangan
pakailah kewajaran dan pembatasan
sifat orang mengumbar kesenangan adalah
mengurangi kewaspadaan batin.

Dalam tradisi santri atau pelajar pondok laku sederhana setiap hari adalah mencoba untuk tidak memakan salah satu dari makan-makanan yang paling digemari. Ada istilah puasa ngrowot, muteh, dalail, dawud dll. Dalam laku mempunyai daya psikologis, meningkatkan kesungguhan, ketekunan dan ketabahan serta keuletan seseorang dalam mencapai cita-cita atau tujuannya.

Akhir dalam tulisan ini adalah sebagai pelajar seyogyanya menjalani laku yaitu lewat laku lahir dan laku batin. Laku lahir adalah belajar melalui banyak membaca dan laku batin adalah seperti yang telah dipaprkan dalam penjelasan Serat Wedhatama dan Wulangreh. (*)

Artikel ini telah dibaca 272 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Akselerasi Khidmah NU dan Keberjamaahan

17 Februari 2023 - 05:47 WIB

Hari Santri Nasional Dan Pembangunan Peradaban

24 Oktober 2022 - 04:21 WIB

Shiddiqiyah : Thoriqoh Yang Mu’tabar (otoritatif) ataukah yang “nrecel” (Keluar Jalur) ?

15 Juli 2022 - 07:58 WIB

Jepara, Investasi Agrobisnis dan Jihad Pertanian NU

30 Mei 2022 - 02:50 WIB

Santri dan Filologi Islam Nusantara

25 April 2022 - 03:21 WIB

Mengurai Kontroversi Zakat Fitrah dengan Uang

25 April 2022 - 03:14 WIB

Trending di Hujjah Aswaja