Menu

Mode Gelap
NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 ) Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat ( 2 )

Islam Nusantara · 11 Apr 2022 09:41 WIB ·

Reinha De Japara, Senhora Poderosa e Rica, de Kranige Dame


 Reinha De Japara, Senhora Poderosa e Rica, de Kranige Dame Perbesar

nujepara.or.id – Setelah Sultan Hadlirin meninggal dunia tahun 1549, Sultan Trenggono Raja Kerajaan Demak Bintoro mengangkat putrinya istri dari Sultan Hadlirin yaitu Ni Mas Roro Ayu Retno Kencono menjadi Ratu di Kerajaan Kalinyamat diperkirakan tanggal 10 April 1549 dengan gelar Ratu Kalinyamat ing Tlatah Jeporo.

Ratu Kalinyamat adalah seorang perempuan yang cantik, cerdas, kaya, berkarakter, kesatria, adil, mumpuni, dan pemberani sehingga Penjajah Portugis memberi julukan sebagai “reinha de jepara, senhora poderosa e rica, de kranige dame” yang artinya Ratu Jepara seorang perempuan yang kaya, dan berkuasa, seorang perempuan pemberani.

Wilayah kekuasaan Ratu Kalinyamat membentang di seluruh pantai utara Jawa Tengah hingga ke Sumatera dan pulau Bangka-Belitung dengan kekuatan armada perdagangan dan armada angkatan laut sebanyak 1000 kapal lebih. Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat strategi pembangunan dan pengembangan Kerajaan Kalinyamat lebih diarahkan terhadap penguatan dan pengembangan sektor ekonomi perdagangan dan kemaritiman.

Pada sektor ekonomi perdagangan masih dapat di lihat jejak jejaknya melalui klaster klaster usaha ekonomi masyarakat yang tersentral di desa desa yaitu berupa klaster kebutuhan pokok seperti kebutuhan pangan, sandang dan lain lain. Klaster kerajinan home industri seperti kerajinan, monel, rotan dan ukiran kayu yang terkenal mendunia. Kerajinan ukiran kayu khas jepara sudah berkembang dan meng-global sejak abad ke 12 M di mana tahun itu telah terjadi migrasi orang orang china ke Jepara yang memiliki ke-ahli-an seni, mengukir dan pertukangan.

Pada masa Sultan Hadlirin kerajinan ukir berkembang sangat pesat karena memiliki sebuah kementerian ekonomi perdagangan yang dipimpin oleh Tjie Hwio Gwan atau yang terkenal dengan nama Ki Sungging Badar Dawung, yang pada masa Ratu Kalinyamat Ki Sungging Badar Dawung dijadikan Menteri Senior yang juga Wakil Ratu Kalinyamat sehingga perdagangan ekonomi Kerajaan Kalinyamat maju dan pesat dengan mampu mengekspor produk produk ekonomi masyarakat jepara ke kerajaan kerajaan lain di nusantara bahkan ke luar negeri seperti ke johor, india, gujarat, china, timur tengah bahkan ke eropa melalui jalur sutra perdagangan internasional selat malaka.

Kerajaan Kalinyamat tidak hanya kuat disektor perdagangan, akan tetapi juga sangat kuat di sektor kemaritiman. Kerajaan Kalinyamat memiliki Syahbandar atau pelabuhan internasional yang terbagi menjadi dua gate; pertama, pelabuhan perdagangan internasional dan, kedua pelabuhan angkatan laut kalinyamat yang kuat. Angkatan laut Kerajaan Kalinyamat memiliki semboyan “Amurat Ludira” artinya “lebih baik bersimbah darah daripada gagal dipertempuran, bila satu lembar rambut Ratu kami jatuh ke bumi, maka kami hanguskan dan kami tumpas musuh musuh kami hingga ke-akar akarnya”.

Pasukan angkatan laut Kerajaan Kalinyamat berkekuatan 100.000 prajurit didukung oleh 700 kapal dan 1000 meriam yang dipimpin oleh Datuk Singorojo Panglima Besar Kerajaan Kalinyamat di bantu oleh Syech Jogo Laut atau Ki Demang Laksamana Senopati Angkatan Laut. Olehnya, Negara negara Eropa seperti Bangsa Portugis, Spanyol dan lain merasa segan dan takut berhadap-hadapan dengan pasukan angkatan laut Kerajaan Kalinyamat.

Dalam menopang keberhasilannya, pemerintahan Ratu Kalinyamat memiliki Menteri Senior sebagai wakilnya sekaligus menjabat sebagai menjabat semacam Menteri Ekonomi, Perindustrian dan Perdagangan yaitu Tjie Hwio Gwan atau Ki Sungging Badar Dawung (Chines). Sedangkan komposisi kabinetnya adalah Syech Amir Hasan/Karimunjawa sebagai Menteri Dalam Negeri dan Tata Pemerintahan, Datuk Gunardi Singorojo sebagai Panglima Besar Kerajaan, Syech Jogo Laut atau Ki Demang Laksamana Sebagai Senopati Angkatan Laut, Syech Panembahan Juminah sebagai Senopati Angkatan Laut, Syech Datuk Jogosari sebagai Menteri Agama, Syech Datuk Subuh sebagai Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman, Syech Laduni sebagai Menteri Pendidikan, Syech Raden Abdul Jalil dan Syech Wirotikto sebagai Penasehat Ratu, Syech Shidiq sebagai Pamangku Masjid Kerajaan, Ki Notokusumo sebagai Sekretaris Negara dan lain lain.

Komposisi kabinet Ratu Kalinyamat memiliki kecerdasan dan profesionalitas yang mumpuni sehingga Kerajaan Kalinyamat mampu mensejahterahkan masyarakatnya dan menjadi “icon” baik bagi kerajaan kerajaan Nusantara maupun bangsa bangsa di dunia.

Kedua strategi Ratu Kalinyamat diatas, menjadikan Kerajaan Kalinyamat leluasa mengembangkan kerjasama dengan kerajaan kerajaan di nusantara seperti Kerajaan Maluku, Ambon, Malaka, Johor, Aceh, Banten dan lain lain. Pada tahun 1550 M. Raja Johor mengirim surat kepada Ratu Kalinyamat yang isinya memohon kepada Ratu Kalinyamat membantu mengirimkan pasukannya untuk menyerang Penjajah Portugis di Malaka. Ratu Kalinyamat menyetujuinya dengan mengirimkan armada laut nya pada tahun 1551 M. sebanganya 40 buah Kapal Perang yang dipersenjatai 100 meriam yang mengangkut pasukan perang sebanyak 5000 lebih prajurit angkatan laut.

Pada tahun 1565 M. Suku Hitu Ambon memohon bantuan pasukan kepada Ratu Kalinyamat yang kemudian disetujui oleh Ratu Kalinyamat dengan mengirimkan pasukan untuk melawan Penjajah Portugis dan Bangsa Hative.

Pada tahun 1573 M. Sultan Aceh Darussalam memohon bantuan pasukan kepada Ratu Kalinyamat untuk menyerbu Penjajah Portugis di Malaka. Ratu Kalinyamat menyetujuinya dan mengirim 300 armada kapal dan 400 meriam yang mengangkut pasukan sebanyak 15.000 prajurit yang dipimpin langsung oleh Senopati Syech Jogo Laut atau Ki Demang Laksamana sebagai pimpinan Senopoti Angkatan Laut Kerajaan Kalinyamat.

Masa ke-emas-an Pemerintahan Ratu Kalinyamat menjadikan Kerajaan Kalinyamat Jepara sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Nusantara melalui hubungan perdagangan dan kemaritiman yang di kenal dan terkenal di seluruh penjuru dunia. Pada tahun 1550 M. Ratu Kalinyamat mendirikan masjid resmi kerajaan dengan arsitektur indah bersusun lima mirip rumah “pagoda” dengan ta’mir masjidnya adalah syech Shidiq. Kemudian pada tahun 1559 M. Ratu Kalinyamat mendirikan kembali Masjid di Mantingan dengan ornamen ornamen berasal dari negara China yang indah sebagai prasasti Masjid “Pathok Negoro” Kerajaan Kalinyamat Jepara.

Oleh Kiai Hisyam Zamroni
Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Jepara

Artikel ini telah dibaca 625 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang

20 Maret 2024 - 19:56 WIB

Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan?

19 Maret 2024 - 13:50 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (2)

18 Maret 2024 - 23:03 WIB

Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!!

16 Maret 2024 - 23:52 WIB

Sedulur Papat Limo Pancer, Wejangan Ruhani Sunan Kalijaga

15 Maret 2024 - 00:06 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (1)

13 Maret 2024 - 17:35 WIB

Trending di Headline