Menu

Mode Gelap
Bahtsul Masail Tingkat Mahasiswa Se-Jawa Tengah digelar di UNISNU, Soroti Kontroversi Terkait Hukum dan Politik Aliansi Santri Jepara Desak Komdigi dan KPI Cabut Izin Trans7, Buntut Tayangan yang Lecehkan Pesantren Visiting Lecturer di Negeri Tirai Bambu, Aprilia Wakili UNISNU Jepara Kenalkan Wisata Bahari Indonesia Dosen UNISNU Jepara Raih Gelar Doktor, Usung Akuntabilitas Keuangan Berlandaskan Pemikiran Al-Farabi PPG UNISNU Gelar Bimtek Uji Kompetensi Penguji, Warek 3: Profesional dan Kualitas Guru Harus Kita Tingkatkan

Hujjah Aswaja · 24 Okt 2022 00:19 WIB ·

Santri di Era Disrupsi, Harus Produktif dan Pandai Beradaptasi


 Santri di Era Disrupsi, Harus  Produktif dan Pandai Beradaptasi Perbesar

Oleh : Ahmad Fajar Inhadl, LC, M.E.

nujepara.or.id- Disrupsi mengharuskan perubahan besar dan mendasar terjadi hampir di setiap lini kehidupan. Hari ini, cara manusia hidup dan menikmati kehidupan berbeda jauh dengan era-era sebelumnya. Perubahan itu memberi peluang sekaligus tantangan kepada siapapun tanpa terkecuali, termasuk para santri.

Santri, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat, dituntut untuk bisa memberikan kontribusi positif terhadap fenomena ini. Kontribusi positif para santri dihadapkan pada tantangan “Apakah nilai-nilai Islam yang dipelajari selama “mondok” mampu menjawab tantangan era disrupsi?”

Untuk bisa menjawab tantangan era disrupsi, para santri harus produktif dan pandai beradaptasi.

Produktivitas adalah hal yang identik dalam keseharian santri. 24 jamnya di pondok selalu diisi dengan banyak sekali kegiatan. Mulai dari mengaji kepada Kyai, berdiskusi, belajar mandiri hingga mengabdi kepada para kyai dan pondok pesantrennya.

Hal ini karena keberadaan yang bermakna adalah kehidupan yang penuh kontribusi dan produktivitas. Sebagaimana semangat yang disampaikan oleh Nabi “Sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi umat manusia”.

Selanjutnya adalah pandai beradaptasi dengan perubahan. Karenanya santri tidak boleh merasa nyaman sebagai “juara”. Hingga menjadikannya abai dengan perubahan di sekitarnya. Merasa nyaman hanya akan menjadikan seseorang emoh berinovasi dan abai mengembangkan diri.

Ada sebuah ungkapan yang melegenda di dunia pesantren, yaitu “Melestarikan nilai-nilai lama yang positif, dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih positif”. Hal ini menjadi bukti bahwa “settingan pabrik” santri itu tidak alergi, apalagi anti dengan hal-hal baru. Selama itu positif dan membawa manfaat, tidak menjadi masalah.

Kemampuan beradaptasi ini penting, mengingat yang mampu bertahan, bukanlah mereka yang kuat. Bukan juga mereka yang besar modalnya dan banyak pengikutnya. Tetapi yang mampu bertahan di era disrupsi adalah mereka yang pandai berdaptasi.

Di samping dua hal tersebut di atas, agar mampu “survive” di era disrupsi. Santri juga harus meningkatkan kepekaan melihat masalah yang ada di tengah masyarakat. Serta meningkatkan analisis yang tajam (kritik) untuk mencari alternatif-alternatif solusi penyelesaian masalah.

Sebagai contoh, hari ini di Jepara, angka stunting cukup memprihatinkan. Berdasarkan riset kesehatan dasar dan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensi stunting di Bumi Kartini, masih sebesar 25 persen, atau lebih tinggi dari 24,4 % yang merupakan angka angka prevalensi stunting di Indonesia.

Santri bisa mengambil peran untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait masalah ini dengan pendekatan Fiqh Al-Usrah (Fikih Keluarga). Untuk kemudian mengemasnya semenarik mungkin dan menyampaikannya melalui mimbar khutbah Jumat hingga “Channel” Youtube.

Salah satu spirit yang mengilhami para santri untuk tak gentar menghadapi tantangan, adalah terjemahan bebas dari apa yang disampaikan Imam Ibnu Malik dalam Alfiyah-nya. Bahwa “Santri tidak akan berputus asa mewujudkan cita. Meski cobaan dan kesulitan datang silih berganti”.

Bagi santri, Hari Santri Nasional bukan sekedar peringatan biasa. HSN adalah motivasi untuk terus berkontribusi, sekaligus muhasabah “Sudah berapa banyak sumbangsih yang diberikan santri bagi negeri tercinta ini?”.

Penulis adalah Ketua Komite Syariah, Etik dan Hukum RSI Sultan Hadirin Jepara

Artikel ini telah dibaca 19 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Bahtsul Masail Tingkat Mahasiswa Se-Jawa Tengah digelar di UNISNU, Soroti Kontroversi Terkait Hukum dan Politik

17 Oktober 2025 - 10:16 WIB

Aliansi Santri Jepara Desak Komdigi dan KPI Cabut Izin Trans7, Buntut Tayangan yang Lecehkan Pesantren

16 Oktober 2025 - 16:05 WIB

JADWAL Hari Santri Nasional 2025 di Jepara, Ada Muktamar Ilmu, Tanam Mangrove Hingga Santri Award

9 Oktober 2025 - 09:33 WIB

Ini Agenda Hari Santri Nasional di Desa Tahunan yang Wajib Kamu Ketahui

9 Oktober 2025 - 09:07 WIB

Visiting Lecturer di Negeri Tirai Bambu, Aprilia Wakili UNISNU Jepara Kenalkan Wisata Bahari Indonesia

25 September 2025 - 15:27 WIB

Dosen UNISNU Jepara Raih Gelar Doktor, Usung Akuntabilitas Keuangan Berlandaskan Pemikiran Al-Farabi

25 September 2025 - 11:14 WIB

Trending di Kabar