Jepara – KH Muadz Thohir saat hadir di Peringatan Maulid Nabi dan Haul Masyayih Pesantren Darun Najah yang berlangsung di Makam Desa Kedungleper Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara, Rabu (28/11) sore menegaskan perkara dendam yang biasanya dilarang tetapi kesempatan itu kiai mengupas “dendam” yang diperbolehkan Allah SWT.
Dalam peringatan Haul KH Ridlwan ke-48, KH Muhtar Hasan ke-34, dan KH Baidlowi Ali ke-12 Pengasuh Pesantren Roudloh Al Thohiriyyah (PPRT) Pati itu menjelaskan jika anak lahir dari gua garba (kandungan) ibu dalam keadaan menangis sedangkan orang yang ada di sekitar guyu bungah (tertawa) maka kelak ketika meninggal harus “dendam” yang meninggal gembira sedangkan yang ditinggalkan menangis.
Untuk mencapai hal tersebut menurut masyayikh Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) harus melalui ikhtiar, usaha. “Selalu setuju dengan Allah/ ridha,” terang Kiai Muadz menyampaikan hal yang pertama.
Dalam pengajian yang dihadiri ratusan jamaah tersebut selalu setuju dengan Allah merupakan hal yang susah. Contoh pada saat mencuci pakaian suasana panas akan tetapi saat dijemur hujan tiba. “Halah malah hujan.” Itu lanjutnya salah satu bentuk ketidaksetujuan dengan Allah.
Begitu juga saat ditimpa sakit, mempunyai anak yang nakal, dan lain sebagainya. Ketidaksetujuan dengan Allah semakin memuncak. Padahal semuanya adalah milik Allah. “Maka kuncinya ridla dengan apa saja diberikan Allah,” tandasnya.
Hal kedua yang dikemukakan A’wan PBNU itu ialah pentingnya doa. “Takdir allah bisa diubah dengan doa,” lanjutnya.
Sahabat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu mengingatkan pada saat berdoa dalam keadaan gembira. Bassul wajhi, wajah yang bergembira. Kenapa berdoa menjadi hal yang penting, menurutnya zaman sekarang banyak yang mengandalkan rasional tapi lupa dengan pemberian Allah SWT.
Di akhir pemaparan dirinya menyampaikan mauidlah, Kiai Muadz menyebut dua orang cerdas menurut Nabi Muhammad SAW. Pertama, orang yang ingat mati sedangkan yang kedua orang yang siap mati.
Rahasia cepat mati dan khusnul khatimah tandasnya khusyuk, dan disertai dengan kebiasaan zikir, mengingat Allah. (ip)