Menu

Mode Gelap
Reuni Majelis Alumni IPNU-IPPNU Nalumsari: Menjaga Spirit Santri untuk Kemajuan Jepara Bupati Jepara Apresiasi Peluncuran Ruko MWC NU Batealit, Diproyeksikan Sokong Kemandirian Ekonomi Warga Nahdliyin Halal Bihalal Bersama NU, Muhammadiyah, Tokoh Lintas Agama dan Pemkab Jepara, Ini Pesan Rais Syuriah Gus Yatun UNISNU Jepara Gelar Halalbihalal 2025: Ajang Silaturahmi dan Ruang Aspirasi untuk Kemajuan Kampus Solusi Praktis Bayar Zakat Fitrah via Online, Begini Penjelasannya

Hujjah Aswaja · 24 Okt 2022 00:19 WIB ·

Santri di Era Disrupsi, Harus Produktif dan Pandai Beradaptasi


 Santri di Era Disrupsi, Harus  Produktif dan Pandai Beradaptasi Perbesar

Oleh : Ahmad Fajar Inhadl, LC, M.E.

nujepara.or.id- Disrupsi mengharuskan perubahan besar dan mendasar terjadi hampir di setiap lini kehidupan. Hari ini, cara manusia hidup dan menikmati kehidupan berbeda jauh dengan era-era sebelumnya. Perubahan itu memberi peluang sekaligus tantangan kepada siapapun tanpa terkecuali, termasuk para santri.

Santri, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat, dituntut untuk bisa memberikan kontribusi positif terhadap fenomena ini. Kontribusi positif para santri dihadapkan pada tantangan “Apakah nilai-nilai Islam yang dipelajari selama “mondok” mampu menjawab tantangan era disrupsi?”

Untuk bisa menjawab tantangan era disrupsi, para santri harus produktif dan pandai beradaptasi.

Produktivitas adalah hal yang identik dalam keseharian santri. 24 jamnya di pondok selalu diisi dengan banyak sekali kegiatan. Mulai dari mengaji kepada Kyai, berdiskusi, belajar mandiri hingga mengabdi kepada para kyai dan pondok pesantrennya.

Hal ini karena keberadaan yang bermakna adalah kehidupan yang penuh kontribusi dan produktivitas. Sebagaimana semangat yang disampaikan oleh Nabi “Sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi umat manusia”.

Selanjutnya adalah pandai beradaptasi dengan perubahan. Karenanya santri tidak boleh merasa nyaman sebagai “juara”. Hingga menjadikannya abai dengan perubahan di sekitarnya. Merasa nyaman hanya akan menjadikan seseorang emoh berinovasi dan abai mengembangkan diri.

Ada sebuah ungkapan yang melegenda di dunia pesantren, yaitu “Melestarikan nilai-nilai lama yang positif, dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih positif”. Hal ini menjadi bukti bahwa “settingan pabrik” santri itu tidak alergi, apalagi anti dengan hal-hal baru. Selama itu positif dan membawa manfaat, tidak menjadi masalah.

Kemampuan beradaptasi ini penting, mengingat yang mampu bertahan, bukanlah mereka yang kuat. Bukan juga mereka yang besar modalnya dan banyak pengikutnya. Tetapi yang mampu bertahan di era disrupsi adalah mereka yang pandai berdaptasi.

Di samping dua hal tersebut di atas, agar mampu “survive” di era disrupsi. Santri juga harus meningkatkan kepekaan melihat masalah yang ada di tengah masyarakat. Serta meningkatkan analisis yang tajam (kritik) untuk mencari alternatif-alternatif solusi penyelesaian masalah.

Sebagai contoh, hari ini di Jepara, angka stunting cukup memprihatinkan. Berdasarkan riset kesehatan dasar dan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensi stunting di Bumi Kartini, masih sebesar 25 persen, atau lebih tinggi dari 24,4 % yang merupakan angka angka prevalensi stunting di Indonesia.

Santri bisa mengambil peran untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait masalah ini dengan pendekatan Fiqh Al-Usrah (Fikih Keluarga). Untuk kemudian mengemasnya semenarik mungkin dan menyampaikannya melalui mimbar khutbah Jumat hingga “Channel” Youtube.

Salah satu spirit yang mengilhami para santri untuk tak gentar menghadapi tantangan, adalah terjemahan bebas dari apa yang disampaikan Imam Ibnu Malik dalam Alfiyah-nya. Bahwa “Santri tidak akan berputus asa mewujudkan cita. Meski cobaan dan kesulitan datang silih berganti”.

Bagi santri, Hari Santri Nasional bukan sekedar peringatan biasa. HSN adalah motivasi untuk terus berkontribusi, sekaligus muhasabah “Sudah berapa banyak sumbangsih yang diberikan santri bagi negeri tercinta ini?”.

Penulis adalah Ketua Komite Syariah, Etik dan Hukum RSI Sultan Hadirin Jepara

Artikel ini telah dibaca 13 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Reuni Majelis Alumni IPNU-IPPNU Nalumsari: Menjaga Spirit Santri untuk Kemajuan Jepara

21 April 2025 - 11:19 WIB

Majelis Alumni IPNU-IPPNU Kecamatan Nalumsari foto bersama di sela-sela kegiatan Reuni dan Halal Bihalal Idul Fitri 1446 H, Minggu (20/4/2025)

RA. Kartini : “Ada” Tapi Masih Terlihat Dari Lubang Kecil

20 April 2025 - 13:14 WIB

R.A Kartini Jepara mengajar di Belakang Pendopo Kabupaten Jepara. (Museum R.A Kartini)

Bupati Jepara Apresiasi Peluncuran Ruko MWC NU Batealit, Diproyeksikan Sokong Kemandirian Ekonomi Warga Nahdliyin

14 April 2025 - 23:08 WIB

Bupati Jepara Apresiasi Peluncuran Ruko MWC NU Batealit, Diproyeksikan Sokong Kemandirian Ekonomi Warga Nahdliyin

Halal Bihalal Bersama NU, Muhammadiyah, Tokoh Lintas Agama dan Pemkab Jepara, Ini Pesan Rais Syuriah Gus Yatun

14 April 2025 - 22:57 WIB

Halal Bihalal Bersama NU, Muhammadiyah, Tokoh Lintas Agama dan Pemkab Jepara, Ini Pesan Rais Syuriah Gus Yatun

UNISNU Jepara Gelar Halalbihalal 2025: Ajang Silaturahmi dan Ruang Aspirasi untuk Kemajuan Kampus

13 April 2025 - 07:12 WIB

Halalbihalal Idulfitri 1446 H di Auditorium Unisnu Jepara

Solusi Praktis Bayar Zakat Fitrah via Online, Begini Penjelasannya

30 Maret 2025 - 10:06 WIB

Trending di Bahtsul Masail