Menu

Mode Gelap
Langkah Pencegahan Perundungan dan Kekerasan di Sekolah, Dosen PGSD UNISNU Jepara Gelar Workshop UNISNU Gelar ECoBESC 2024, Rektor : “Transformasi Ekonomi Digital menawarkan Peluang Besar bagi Generasi Muda” Rawon Ansor Tahunan Serius Perkuat Kaderisasi dan Penguatan Kemandirian Ekonomi Kader Hari Santri Nasional 2024, Ini Pesan dan Harapan Rais Syuriah PCNU Hingga Pj Bupati Jepara  Baznas Jepara Salurkan 400 Paket Sembako untuk Cegah Stunting

Hujjah Aswaja · 30 Okt 2022 15:58 WIB ·

Diaspora Manuver Politik Kyai dan Politik Indentitas


 Resensi buku, Judul, Politik Identitas. Penulis, Muh. Khamdan. Perbesar

Resensi buku, Judul, Politik Identitas. Penulis, Muh. Khamdan.

Oleh Dr Muhammad Shohibul Itmam, MH*

nujepara.or.id – Menyikapi pergulatan NU dalam diaspora keagamaan dan kebangsaan dewasa ini sungguh mencengangkan. Pasalnya, sebagian elit menuding bahwa nyaris semua kelompok dan pihak yang terlibat dalam semarak semangat keagamaan dan kebangsaan termasuk “kyai”, ujung-ujungnya adalah kompensasi materi jangka pendek. Hal ini seperti yang disampaikan mantan ketum parpol yakni SM beberapa waktu lalu.

Konklusi demikian memang sembrono. Sebab ada kyai yang hingga kini masih setia mempedimani spirit kyai yang sesungguhnya. Namun tudingan itu juga tidak sepenuhnya dianggap naif dan aib. Sebab di lapangan mungkin ada yang seperti itu. Walaupun hal itu tentu saja merendahkan diri, mempertaruhkan reputasi dan kualitas mereka yang dituding, termasuk sang “kyai”.  

Hal ini senada dengan narasi Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Kholil Staquf yang menyatakan bahwa  yang menjadi masalah saat ini bukan keterlibatan kyai dalam politik, tapi kualitas kyai itu sendiri. Meskipun ini juga dilema tersendiri. Sebab menyerah dan menarik diri dari politik justru berarti putus asa dan wujud kurang spirit keilmuan.

Tantangan kyai adalah bagaimana memperkaya wawasan, memperdalam intensitas keterlibatan dengan kepentingan-kepentingan kaum lemah dan mengasah kreatifitas dan ketrampilan dalam memberdayakan dan memanfaatkan instrumen-instrumen politik yang lebih beragam. Hal ini tentu saja untuk kepentingan umat dan lii’laai kalimatillah.

Kyai dan Perjalananya

Dalam beberapa riset terkait kyai dan pesantren seperti penelitian Zamachsari Dhofier disebutkan jika kyai itu sebagai sosok yang berpengaruh dan mampu mempengaruhi secara positif. Bahkan dengan materi dan kekayaanya mereka berbuat untuk mengurai dan menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat dan umat.

Premis demikian senada dengan ayat dalam surat Yasin yang menjelaskan bahwa orang yang mendapat hidayah dan layak dikuti adalah mereka yang tidak meminta imbalan. Artinya mereka yang ikhlas berbuat tanpa mengharap kompensasi materi.

Apakah potret ideal kyai seperti yang disampaikan Zamachsari Dhofier masih ada? Tergantung sudut pandangnya. Namun tak bisa juga dipungkiri jika ada “kyai” yang telah telah keluar koridor historisnya. Sebab ada juga kyai yang ingin memperoleh sesuatu, padahal yang dilakukannya tidak berhubungan dengan kepentingan masyarakat, melainkan hanya kepentingannya sendiri.

Perjalanan kyai tidak beranjak menuju ragam kepentingan masyarakat dan umat. Atau perjalanan yang berliku dalam bingkai keagamaan dan kebangsaan, namun hanya perjalanan yang bisa disebut “jalan-jalan di tempat”.

Terjadinya dekadensi dalam dekade akhir ini bisa dimaklumi seiring banyaknya ujian dan tantangan yang dihadapi “kyai” saat ini. Manuver politiknya kerap menjadi “rasan-rasan publik” yang berujung munculnya rasa enggan dan patuh pada kyai dan ormas keagamaannya. 

Dulu, Gus Dur biasa mengorbitkan siapa saja yang punya potensi untuk kemajuan bangsa negara tanpa memandang politik identitasnya. Sepanjang hal itu bisa kompromi dan dikoordinasikan. Namun belakangan ini, keteladanan yang diwariskan Gus Dur itu kian luntur. Meski ide dan gagasan seseorang baik, namun sulit diterima jika muncul dari luar kelompok mereka.

Manuver politik dan politik identitas bisa menghinggapi pola pikir kyai, terutama mereka yang kemampuan intelektualnya masih perlu dipompa, kondisi ekonomi dan wawasannya masih perlu diupgrade.

Kini, menjadi tugas kita bersama agar diaspora manuver politik dan politik identitas yang dimainkan kyai mampu mewarnai setiap dinamika perubahan. Tentu saja, hal itu harus didukung dengan kekuatan ekonomi yang mandiri serta keilmuan mumpuni. Politik identitas silakan saja, terpenting juga harus membangun hubungan profesional dan sinergi dengan multi kepentingan yang dihadapi masyarakat.

Tanpa keduanya maka politik kyai dan politik identitas akan menjadi seperti buih di tengah samudra. Jumlahnya memang banyak tapi mudah terombang ambing dan dihajar serta dihempaskan ombak di lautan. Wallahu a’lam bisshowab.

*Pengasuh Ponpes An Najah Petekeyan dan Wakil Ketua Lakpesdam PCNU Jepara

Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Haul Sultan Hadlirin Mantingan ke-491, Prof KH. Said Aqil Siradj Ingatkan NU sebagai Benteng Akidah Aswaja

19 November 2024 - 02:00 WIB

Langkah Pencegahan Perundungan dan Kekerasan di Sekolah, Dosen PGSD UNISNU Jepara Gelar Workshop

12 November 2024 - 11:46 WIB

Diskusi Pahlawan Jaman Now, Pemdes Tahunan Gandeng Jaringan GUSDURian

10 November 2024 - 20:44 WIB

Semangat Kepahlawanan dan Jiwa Altruisme Sosial

8 November 2024 - 15:47 WIB

Ilustrasi pejuang perempuan.

MWC NU Tahunan Serukan Jaga Kondusifitas Selama Pilkada

2 November 2024 - 13:32 WIB

Rais Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Tahunan Jepara KH. Ali Masykur menyerukan agar tetap menjaga kondusivitas selama proses Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) pada 27 Nopember 2024.

YPMNU Jepara Adakan Simulasi Manasik Haji

1 November 2024 - 20:32 WIB

Pengurus Yayasan Pendidikan Muslimat NU cabang Jepara menyelenggarakan Simulasi Manasik Haji.
Trending di Hujjah Aswaja