nujepara.or.id – Ngaji Bersama 5 Pilar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) dan Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Tahunan putaran ketujuh dan kedelapan diisi materi moderasi beragama oleh Wakil Ketua Tanfidziyah KH. Nur Jazin, M.Pd.I pada Rabu-Kamis, 5-6 April 2023 di Musholla Kantor Kecamatan Tahunan Jepara.
“Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri,” kata Kiai Nur Jazin yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Tahunan Jepara.
Menurut Kiai Jazin dasar moderasi beragama adalah firman Allah SWT dalam kitab suci Al Qur’ an surat Al Baqarah Ayat 143.
Arti ayat tersebut, “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu sekalian sebagai “ummatan wasathan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.”
Ayat tersebut, kata Kiai Jazin menjadi petunjuk bagi umat-Nya untuk senantiasa menjadi umat yang wasathiyah yakni umat yang moderat, proporsional dan berada di tengah dalam berbagai hal, khususnya moderat dalam beragama.
“Tetapi kita harus dapat membedakan antara moderasi beragama dan moderasi agama. Moderasi Beragama bukan berarti pendangkalan akidah agama,” lanjut Kepala Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Nahdlatul Fata Petekeyan Tahunan ini.
“Akidah tetap harus kokoh dan kuat. Hal itu dapat dilakukan dengan cara mendalami, memahami serta mengkaji ajaran-ajaran Islam secara kaffah,” tutur Kiai Jazin.
Menurutnya, ada empat indikator moderasi beragama, yakni: komitmen kebangsaan yang kuat; bersikap toleran dan menghargai perbedaan tanpa mencampuradukkan akidah; anti kekerasan, tidak ekstrem, tidak radikal dan juga tidak ada dominasi mayoritas dan yang terakhir akomodatif terhadap kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat.
Kiai Jazin juga menerangkan pentingnya empat pilar negara agar tercapai masyarakat adil dan makmur, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
“Keempat pilar tersebut adalah adilnya para pemimpin, ilmunya para ulama, kedermawanan para aghniya’ dan doanya fakir-miskin. Tetapi yang terpenting adalah adilnya para pemimpin. Jika pemimpin sudah berlaku tidak adil, maka rusaklah negara ini,” tutur pengurus MWC NU Tahunan sejak tahun 1990an ini.
Sementara Camat Tahunan Nuril Abdillah, S.STP, MM pada sambutan penutup Ngaji Bareng menyatakan sangat bersyukur bisa menjalankan pemerintahan di Kecamatan Tahunan sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan juga sesuai dengan substansi syari’at Islam.
“Jika ulama dan umara sudah berjalan beriringan maka persoalan yang ada di Kecamatan Tahunan akan mudah diselesaikan. Apalagi kalau ulama dan umara sudah bersatu, sebagaimana semboyan teman-teman dari TNI-Polri maupun NU, bahwa NKRI adalah harga mati. Mudah-mudahan kebersamaan ini bisa kita jaga terus, terutama menhadapi tahun politik 2024 nanti,” harap Nuril.
Pada kesempatan tersebut Camat dan Forkopimcam Tahunan juga mengapresiasi Gerakan SIDoWaRaS (Shadaqah, Infaq, Donasi dan Wakaf Rumah Sakit) MWC NU Tahunan untuk penggalangan dana wakaf Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (RSNU) Jepara. Usai kegiatan, mereka berfoto bersama dengan flier SIDoWaRaS. (ZA)