nujepara.or.id – Konon garam yang kita konsumsi sehari-hari ini adalah merupakan sedekahnya Nabiyulloh Ibrohim Alaihissalam semenjak kurun beliau hingga sekarang, ila Yaumil qiyamah!
Sampai Hari Kiamat Kelak! (Karena yang berkisah adalah Syaikh Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi : tsumma Al-Makky, di dalam Risalah Qomi’ut-Tughyannya, maka kata “konon” di atas kuranglah “pantas”, dan kita yakini saja akan ihwal kebenarannya)
Alkisah, diriwayatkan bahwa sosok nabi yang begitu terkenal akan kedermawanannya (sakho’) adalah Nabiyulloh Ibrahim ‘AS. Beliau begitu masyhur dalam menyempurnakan akan “hidangan” dan “suguhan” kepada tamu-tamu. Sangatlah pemurah!
Sehingga suatu kali dalam munajatnya kepada Allah, Nabi Ibrahim AS tak segan-segan memohon supaya bisa bersedekah kepada seluruh umat manusia sampai akhir zaman. (Aneh dan musykil dalam pandangan dan logika insan!
Sehingga satu suara pun mengingatkan kepada Ibrahim AS : “Hai Ibrahim, bagimana itu mungkin?”) Makan dengan yakin, Nabiyulloh Ibrahim pun semakin mempertegas apa yang menjadi “himmahnya”
“Aduhai Tuhanku! Bukankah Engkau adalah Tuhan yang maha kuasa atas segala sesuatu?”
Zat Kafur (Elemen Garam) Maka Allah mengabulkan do’a Nabiyulloh Ibrahim AS dan mengutus Malaikat Jibril AS supaya mengambil “Zat Kafur” yang berwarna putih dari surga untuk ditaburkan di lautan yang pada akhirnya zat Kafur itulah yang menjadi elemen garam.
(Berikut sekian manfaatnya bagi kesehatan tubuh manusia) Garam adalah benar-benar sedekah Nabiyulloh Ibrahim AS yang dengannya beliau semakin lengkap dikenang sepanjang zaman seperti doanya yang ingin menjadi: ‘Lisana shidqin fil-akhirin” (Dikenang dan dipersepsikan bagus, menjadi ‘buah bibir” oleh kaum yang terlahir kemudian)
Dan para Ulama Sufi pun tak segan-segan “melirik” derajatnya di sisih Allah (yang bergelar “Kholilulloh”) dalam Muroqobah mereka .
Terutama di dua jenjeng Muroqobah yaitu: 1) Muroqobah Maqom Ibrahim, dan 2) Muroqobah Mahabbah Shirfah (yaitu muroqobah di Maqom cinta yang tulus murni).
WAL-HÀSHIL! Itulah sekelumit kisah tentang garam, yang sayangnya ketika produksi garam melimpah di sepanjang area : Teluk Jepara, Semat, Tanggul Telare, Bulak Baru, Panggung, Kedung, sampai wilayah selatan; yaitu Demak (Menco) dan sekitarnya, sekali lagi ketika produksi Garam melimpah tidak menjamin adanya pendapatan yang melimpah juga.
Soalnya kita tahu semua, harga garam yang anjlok, dan munculnya “permainan kartel”!*
Oleh : Murtadho Hadi
(Penulis merupakan Pengurus LTN PCNU Jepara)