Menu

Mode Gelap
Pesan dari Bandungharjo untuk Jepara: Pertebal Cinta Tanah Air Lewat Kirab Merah Putih, Malam Hari Langitkan Doa untuk Bangsa Bersama Habib Umar Muthohar dan Gus Muwafiq Lakpesdam PCNU Gandeng UNISNU Lakukan Riset Dampak Industrialisasi di Jepara Koreksi Master Kalender 2024, Lembaga Falakiyah NU Jepara Pastikan Sesuai Perhitungan Siswi MA Nahdlatul Ulama Tengguli Sabet Harapan 2 Ajang Lomba Esai Se-Jateng dan DIY Garam : “Misi Suci” Yang Sering Terkapitalisasi!

Kabar · 25 Jan 2018 14:03 WIB ·

HIPSI: Pesantren Harus Mandiri dengan Membuka Usaha


 HIPSI: Pesantren Harus Mandiri dengan Membuka Usaha Perbesar

Jepara – Ketua Umum Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI), Mohammad Ghozali melantik pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) HIPSI Kabupaten Jepara masa khidmah 2018 – 2023 berlangsung di Pendopo Kabupaten Jepara, Selasa (23/1/2018) kemarin.
Kegiatan yang dibarengkan dengan Seminar Nasional bertajuk “Strategi Pemberdayaan Ekonomi Pesantren Untuk Kemandirian Santri” itu dihadiri ratusan peserta yang berasal dari santri dan ormas di Jepara.
Karena berhalangan hadir, Sholih selaku Sekda Jepara yang mewakili Bupati membuka secara resmi tersebut.
Di dalam sambutannya Sholih berharap setelah dilantik langsung bergerak dengan melakukan pelatihan ke pesantren-pesantren agar lembaga pendidikan islam tersebut semakin mandiri dalam bidang perekonomian.
Gus Sholahuddin yang memimpin jalannya seminar memberi kesempatan pertama kepada Masykuri Zainuri. Dalam paparanya pengusaha itu mengajak santri zaman sekarang harus mengubah mindset.
“Di lingkungan ada apa?” Hal itu yang menurut Masyuri sebagai ajakan kepada santri peka terhadap peluang.
Selain itu kata dia santri harus seimbang antara melakukan perintah-perintahnya dengan beribadah dan juga ditambah dengan berwirausaha.
Hal yang lama dengan yang disampaikan Mohammad Ghozali, Ketua Umum PP HIPSI. Selain cara berpikir santri harus diubah mereka (santri, red.) tidak boleh tentang momok soal modal.
“Usaha memang membutuhkan modal tetapi tidak harus berbentuk uang,” tandasnya yang pernah nyanti di Jombang ini.
Apa yang dipaparkannya tidak hanya asal bicara. Semasa nyanti Gus Ghozali pernah jualan kitab kuning door to door (dari rumah ke rumah), jual susu kedelai pada saat ada event kegiatan juga pernah rental komputer.
Karena itu ia menekankan pesantren sudah saatnya mempunyai usaha sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dirinya menyebut Sidogiri merupakan pesantren yang maju dengan usaha perekonomiannya. Disebutkannya salah satu usaha yang dimiliki Sidogiri adalah minimarket yang berjumlah 100 outlet. Dan masih ditambah dengan usaha-usaha yang lain.
Narasumber lain yang juga menyampaikan materi dari Bank Sinarmas dan Bolug. Sulaiman dan Abah Kiai Mahrus juga menyampaikan testimoni-testimoni keberhasilan HIPSI mulai sejak berdiri sampai sekarang. Kegiatan semakin menarik saat ahli hipnoterapi Hipsi memberikan ice breaking di sela-sela acara. (sm)

Artikel ini telah dibaca 18 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Gebyar Maulid Nabi Muhammad SAW, sebagai Ajang Kreativitas Kader IPNU-IPPNU Petekeyan

22 September 2023 - 10:11 WIB

Catatan Silaturahmi PCNU-MWCNU-PBNU Se-Eks Karisidenan Pati bersama KH Yahya Cholil Staquf

22 September 2023 - 01:17 WIB

Haul Sayyid Muhammad bin Syekh bin Abdurrahman bin Yahya, alias Mbah Daeng

22 September 2023 - 00:29 WIB

Ketua Lakpesdam PCNU Jepara, Terpilih Jadi Anggota Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

19 September 2023 - 08:16 WIB

Pesan dari Bandungharjo untuk Jepara: Pertebal Cinta Tanah Air Lewat Kirab Merah Putih, Malam Hari Langitkan Doa untuk Bangsa Bersama Habib Umar Muthohar dan Gus Muwafiq

8 September 2023 - 01:54 WIB

Mas Wiwit dan Dandim 0719/Jepara Letkol Inf Husnur Rofiq menyapa warga saat Kirab Merah Putih di Desa Bandungharjo, Donorojo, Jepara, Kamis (7/9/2023).

Habib Lutfi Bersama Mas Wiwit dan Ribuan Warga Kirab Merah Putih Sejauh 4 Km, Ada Ribuan Doorprize

5 September 2023 - 01:29 WIB

Flier Kirab Merah Putih dan pengajian umum yang bakal dihadiri Habib Luthfi, Habib Umar Muthohar dan ribuan warga yang diprakarsai Mas Wiwit, panggilan akrab Witiarso Utomo.
Trending di Hujjah Aswaja
%d blogger menyukai ini: