Menu

Mode Gelap
Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 ) Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat ( 2 ) Niat Puasa Ramadan Sebulan Penuh ? Ini Bacaan Niatnya

Esai · 29 Apr 2022 04:05 WIB ·

Iedul Fitri dan Hari Anti-Kelaparan Sedunia


 Iedul Fitri dan Hari Anti-Kelaparan Sedunia Perbesar

Oleh : Ustadz Hisyam Zamroni

nujepara.or.id – Ramadhan memberikan pembelajaran istimewa kepada manusia. Proses pembelajaran Ramadhan menajamkan mindset manusia untuk hidup selalu optimis dengan memberikan pencerahan bahwa hidup itu adalah sebuah realitas yang harus dijalani dengan harapan baru dan kebahagian baru menuju cita cita abadi.

Cita-cita abadi ini menjadi tujuan “paripurna” yang menjadikan rasa di dalam hati menjadi peka dan tajam yaitu “ta’aluq” hanya kepada Gusti Allah SWT. Yang olehnya puasa Ramadhan adalah proses “penghambaan” kepada Gusti Allah SWT semata, pun dengan pahalanya menjadi hak prerogatif Gusti Allah SWT juga.

Proses puasa Ramadhan ini jika kita laksanakan dengan sungguh sungguh maka dalam diri kita mempunyai konsekwensi nilai kepekaan sosial dan spiritual yang tinggi sehingga diri kita menjadi normal kembali sebagai “abdun” yang dalam hal ini disebut Iedul Fitri.

Iedul Fitri adalah muara “ketuntasan” proses belajar Ramadhan di mana hati seseorang menjadi sudah “manjing Ilahiyyat” dan “manjing insaniyyat”. Manjing Ilahiyyat atas dasar tempaan proses belajar Ramadhan meng-indikasi-kan bahwa hubungan antara kita sebagai manusia dengan Gusti Allah SWT adalah hubungan yang “mesra dan merindu” dengan penuh saling cinta kasih sehingga apa pun “proposal” yang kita ajukan kepada Gusti Allah SWT akan dikabulkan yang dalam bahasa al Qur’an didawuhkan:

“Wa idza Sa’alaka ibadiy ‘anniy Fa Inniy Qorib, Ujibudda’wataddai idza da’an, Falyastajibu Liy wal Yu’minu Biy La’allahum Yarsyudun”

Sedangkan ketuntasan proses belajar Ramadhan selanjutnya adalah manjing insaniyyat yaitu proses pendidikan yang bisa memanusiakan manusia atau nguwongno uwong dengan memiliki jiwa yang berakhlaqul karimah, sopan santun, saling menghormati, memahami, tolong menolong, dermawan dan lain lain.

Dari sifat sifat positif Manjing Insaniyyat ini maka di puncak proses belajar Ramadhan adalah merayakan “iedul fitri” yaitu hari tanpa kekerasan, hari tanpa caci makian, hari tanpa kebencian dan hari tanpa kelaparan.

Iedul Fitri menjadikan semua orang “menyapa dan rindu” antara satu dengan yang lain, sehingga yang jauh pun ka-royo-royo “mudik” pulang kampung untuk “bersua” dengan orang tuanya, keluarganya, kyainya, guru gurunya, tetangganya, teman sejawatnya, dan handai tolan untuk saling memaafkan, nostalgia, bercengkrama, berbagi rizki, dan mungkin juga saling “besanan” bahkan lebih dari itu “bersua doa” dengan orang orang yang telah meninggal dunia di kuburan kuburan.

Olehnya, Iedul fitri tidak hanya ramai dipelataran rumah dan lorong lorong desa tapi juga ramai di kuburan kuburan desa dan kota.

Sungguh, kesan iedul fitri adalah kesan kebahagian, kasih sayang dan kesan ketidak-ingin-an saudaranya kelaparan. Semua orang baik lintas agama, suku dan ras di hari iedul fitri menjadi orang orang yang dermawan dengan saling memberi apa pun bentuknya baik ampaw uang, makanan, pakaian karena tidak ingin ada satu pun menderita “tertetes air matanya” di hari bahagia dan suci iedul fitri.

Selamat merayakan iedul fitri, semoga apa yang sudah diajarkan secara sistemik “piwulang” di bulan Ramadhan dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari hari dan kita diberikan umur panjang bisa menjalankan puasa Ramadhan penuh tahun yang akan datang… Aamiin Aamiin Aamiin

Penulis merupakan Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Jepara

Artikel ini telah dibaca 251 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan?

19 Maret 2024 - 13:50 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (2)

18 Maret 2024 - 23:03 WIB

Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!!

16 Maret 2024 - 23:52 WIB

Sedulur Papat Limo Pancer, Wejangan Ruhani Sunan Kalijaga

15 Maret 2024 - 00:06 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (1)

13 Maret 2024 - 17:35 WIB

Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 )

13 Maret 2024 - 04:54 WIB

Kiai Hisyam Zamroni
Trending di Kabar