Menu

Mode Gelap
Bronze Medal Diraih Mahasiswa UNISNU Jepara pada Japan Design, Idea & Invention Expo 2025 Mahasiswa UNISNU Sabet 2 Emas, Perak dan Perunggu pada Indonesia Challenge Taekwondo Championship 2025 Kemenpora RI Jelajah Turots Nusantara akan Dimulai dari Masjid Menara Kudus Workshop Public Speaking Pungkasi Rangkaian Harlah Muslimat NU Cabang Jepara ke-79, Diproyeksikan Tingkatkan Kualitas Kader Majelis An-Nahdloh Gus Nasrul, Himpun Kurban dari Luar Daerah Dibagikan di Jepara

Hujjah Aswaja · 12 Apr 2023 01:54 WIB ·

“Kenduri Khataman”  dan “Tuntasnya Bacaan”: Terbukti Menjaga Indonesia dari Ideologi Merusak 


 “Kenduri Khataman”  dan “Tuntasnya Bacaan”: Terbukti Menjaga Indonesia dari Ideologi Merusak  Perbesar

Oleh Murtadho Hadi*

nujepara.or.id – Apakah artinya “di penghujung Ramadhan” bagi para santri? Tentunya selain kerinduan (“syauq”) dan hati yang bergetar menunggu-nunggu “kenduri khataman”, namun jauh lebih penting daripada itu adalah “leganya hati” karena telah “menuntaskan bacaan”. 

Efek “Bacaan Yang Tidak Tuntas” 

Kenapa para kyai dan santri sangat mengagungkan “khataman”? Karena bacaan yang tidak tuntas, sering-sering jadi “benalu” dan menjadi “problem” bagi pemahaman. Otak laksana telur yang setengah dierami; terlepas dari “kemurniannya” alias sudah ada noktah darah dan tidak pernah menetas. Inilah pangkal dari “carut-marutnya berpikir” dan “sistem penalaran yang “fasid” (rusak). 

Menolak “Jahil-Murokkab”  

Dalam bab ini: “lugu” (bulhu) akan lebih selamat daripada “segolongan kaum” yang memasuki ruang remang-remang dari pemahaman (pengetahuan) dan tidak pernah menuntaskan “bacaan”. Ujungnya adalah menjadikan “sempitnya pemahaman” sebagai “isme yang tertutup” (yaitu ideologi) yang menolak kritik.

Otak dan hatinya jadi mengeras alias “jahil-murokkab”. Sedang “praktek-ngamaliyahnya” dan “basis-aqidahnya” didasarkan pada “istidlal-bighoiri-dalil” (atau: “mencari dalil yang bukan dalil”). Dan di dalam banyak hal dan kesempatan, begitulah cara segolongan kaum telah berani membid’ahkan para ulama yang berilmu bahkan berani “mengkafirkan”. 

Benteng Dari Isme Merusak 

Mengagungkan “khataman” (tuntasnya bacaan) adalah mengagungkan runtutnya sistem berpikir dan “akal yang sempurna”. Ia telah menjadi “hujjah” dan “benteng yang kokoh” bagi bangsa Indonesia di tengah silang sengkarutnya isme-isme yang bertebaran dan berpotensi mengoyak “keberislaman” dan “keindonesiaan”.

Namun tahukah anda betapa “berat” dan “masyaqotnya” para guru-guru dan Kyai (yang masyaa-Allah ada beberapa yang sudah sepuh) tapi tetap mendampingi para santri membaca kitab dari berbagai sepesifikasi dan “fann”.

Tradisi ini biasanya dimulai dari 15 Sya’ban dan berakhir di penghujung Ramadhan (non-stop, ngaji siang dan malam hanya jeda beberapa jam untuk istirahat, sholat, buka dan sahur). Meskipun di bulan-bulan tertentu juga ada khataman: semisal Muharrom, Dzul-hijjah, dan Rojab.

Tradisi Santri Dan Kyai

Maka tak heran : para Kyai yang membaca kitabnya sudah sampai pada taraf “seni” (karena sudah bertahun mujahadah dan “wiridan”; yaitu cepat, jelas dan enak didengar). Terkadang dengan berbagai “langgam” dan “tembang”. Di sini, masing-masing Kyai dan santri: ada yang merampungkan atau khatam Shohih Bukhori 4 jilid, Shohih Muslim 4 jilid, hadis Muwattho’ Imam Malik. 

Ada juga yang mengkhatamkan Tafsir Jalalalain, Tafsir Munir 2 jilid, dan Tafsir Showi 4 jilid, ihya 4 jilid, Sirojut-Tholibin 2 jilid, sampai pada risalah-risalah kecil semacam Nuruz-Zholam (Syarah Aqidatul Awam), Nasho’ihul Ibad, Irsyadul Ibad, Hadis Tanqih, Tijan Durori, dan bahkan Hadist Arba’in (40 hadits Imam Nawawi) dan juga fan-fan Ilmu Nahwu (tata bahasa) dan cabang-cabang keilmuan Fiqih: dari yang sederhana semisal Sullam Taufiq, Safinah, Fathul Qorib, Fathul Mu’in,  sampai muhaddzab dan Fathul Wahab.

Bahkan sampai yang agak tergolong aneh di Kediri Jawa Timur: wacana dari induk kitab mistik: semisal Syamsul Ma’arif Kubro, dan Mamba’, Sirrul Jalil, Minhajul-Hanif, dan Fawa’id, dan  Abu Ma’syar Al-Falaky tetap dibaca para kyai.

Inti dari semuanya adalah “penghargaan” dan mengagungkan khataman, dimana tempat nyambung (shillaturruhi) dengan para penulis (muallif kitab), menjaga keabsahan “matarantai sanad” keilmuan, dan ajang disisipkannya doa-doa keberkahan dan hajat-hajat yang sebelumnya tertutup dengan “khataman” niscaya bi-idznillah menjadi “terijabah”.

Semua kyai dan orang berilmu pasti mengagungkan khataman, (semisal mengingat Abuya Dimyathi al-Bantani) walaupun itu khatam 40 hadits dari  Arba’in-Nawawi, beliau tak segan-segan menyembelih kerbau atau kambing dalam acara “ngariyung” (kenduri besar-besaran: semua santri makan enak).

Kenapa? Jawabannya sudah pasti: “menghargai tuntasnya bacaan: menghargai ilmu”. Karena bacaan yang tidak tuntas hanya akan merusak dan menghancurkan nalar dan pemikiran (“jahil-murokkab”).*

*Sastrawan dan Budayawan, Pengurus LTN NU Jepara

Artikel ini telah dibaca 28 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Tak Punya Lapangan, Warga Perum Kuwasharjo Gelar Upacara di Pos Ronda

18 Agustus 2025 - 07:31 WIB

PAC Fatayat NU Batealit Dorong Dakwah Kreatif, Semua Ranting Siap Go Digital

12 Agustus 2025 - 12:16 WIB

https://nujepara.or.id/pac-fatayat-nu-batealit-dorong-dakwah-kreatif-semua-ranting-siap-go-digital/

NU Jepara Tegas Tolak Rencana Peternakan Babi, Bupati: Kami Dengarkan Petuah dan Fatwa Kiai

5 Agustus 2025 - 07:12 WIB

Jajaran Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jepara mengeluarkan tiga rekomendasi terkait rencana peternakan babi di Kota Ukir. Keputusan itu juga merupakan hasil bahtsul masail terkait isu yang menjadi perhatian berbagai elemen di Kota Ukir.

Gus Nasrul: Bahtsul Masail Sound Horeg Kurang Berkualitas

16 Juli 2025 - 09:16 WIB

Pakar Maqashid Syariah Indonesia, DR KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA yang akrab disapa Gus Nasrul saat pengajian.

Bronze Medal Diraih Mahasiswa UNISNU Jepara pada Japan Design, Idea & Invention Expo 2025

7 Juli 2025 - 19:58 WIB

Mahasiswa UNISNU Sabet 2 Emas, Perak dan Perunggu pada Indonesia Challenge Taekwondo Championship 2025 Kemenpora RI

6 Juli 2025 - 13:14 WIB

Trending di Kabar