Menu

Mode Gelap
Peduli Hutan Muria, Ratusan Siswa MTs dan MA Safinatul Huda Ikuti Matsama Bareng Perhutani NU Sorong Papua Kirimkan Santri ke Jepara, Salah Satunya Kuliah di UNISNU Dimakamkan di Mayong, Ini Kisah Raden Ayu Mas Semangkin Sang Senopati Perang Lereng Muria Rayakan 1 Muharram, NU Ranting Bulungan Gelar Doa Bersama Pawai Obor Warga NU Desa Bawu Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Momentum Perkuat Semangat Hijrah ke Arah Kebaikan

Hujjah Aswaja · 23 Mei 2016 20:25 WIB ·

KH Hasyim Asy’ari Peletak Dasar Kemerdekaan


 KH Hasyim Asy’ari Peletak Dasar Kemerdekaan Perbesar

gus mus
TAHUNAN – Kawan KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) seorang pelukis keturunan Tionghoa pernah memamerkan karyanya di musium OHD Magelang. Yang dilukis Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari dan gambar Gus Dur. Dalam hati, Gus Mus heran ada pelukis cina tapi yang digambar Gus Dur. “Kalau tidak ada orang itu, tidak ada NKRI,” pria itu menjawab sambil menuding lukisan Mbah Hasyim.
Cerita itu diutarakan Gus Mus dalam pengajian umum di Asrama Pelajar Islam Mathali’ul Anwar (APIMA), Randusari, Rt. 04 Rw. 01, Tahunan, Jepara dalam rangka Haflah At-Tasyakkur lil Ikhtitam ke 22, Senin (23/05/2016) malam. Ribuan orang hadir dalam acara tersebut.
Pria itu, ujar Gus Mus, mengatakan kalau Mbah Hasyim adalah kiainya kiai yang mencetak kiai-kiai di Indonesia, yakni kiai-kiai yang menggerakkan orang Indonesia sehingga Indonesia merdeka. Dia juga mengajak Gus Mus membangun museum NU karena NU, -bagi pelukis yang tidak disebut namanya itu,- adalah kelanjutan pondok-pondok pesantren para kiai. Museum NU itu dimaksudkan untuk meluruskan sejarah.
Banyak para kiai dan santri pesantren yang berperan dalam kemerdekaan Indonesia namun tidak tertulis dalam sejarah. “Wah, sampeyan itu tidak tahu. Kiai-kiai itu memang tidak mau disebut jasanya karena takut pahala ikhlasnya hilang,” ujar Gus Mus kepada sang pelukis.
Para kiai itu, lanjut Gus Mus dalam pengajian, tidak ada yang usul diri ingin disebutkan jasa-jasanya. Semua orang sudah tahu, sebelum ada TNI, ada Sabilillah dan Hizbullah. Semua yang membuat adalah para kiai.
Tapi memang betul, yang heroik mengajak perang pada 10 November (Hari Pahlawan Nasional), tidak disebut nama-nama dan aktornya. Ketika sekutu mendarat di Surabaya, ketika itu pemerintah pusat di Jakarta tidak mengambil kebijakan apapun. Semuanya diserahkan kepada daerah. Akhirnya Bung Tomo sowan ke KH Hasyim Asy’ari yang kemudian melahirkan resolusi jihad.
“Sayangnya, siapa yang memimpin 10 November tidak dicatat dalam sejarah, yaitu Kiai Abbas Buntet. Santri-santri banyak yang jadi korban, tidak ada catatannya juga. Begitu juga Kiai Subki Parakan yang terkenal Bambu Runcingnya, juga tidak tercatat,” papar Gus Mus.
Teman pelukis Gus Mus itu mengingatkan temuannya atas sebuah buku cetakan Kuwait  dengan penulis Sayyid Muhammad Hasan Syihab, seorang wartawan Arab yang pernah bertugas meliput ketika Revolusi Indonesia. “Tulisannya panjang, mulai zaman Diponegoro hingga kemerdekaan,” tuturnya.
“Judulnya, al-Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadli’u Ashliyati Istiqlali Indonesia. Kalau diterjemahkan jadinya Maha Kiai Hasyim Asy’ari Peletak Batu Pertama Kemerdekaan Indonesia,” tandas Gus Mus. (abd)

Artikel ini telah dibaca 4 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Peduli Hutan Muria, Ratusan Siswa MTs dan MA Safinatul Huda Ikuti Matsama Bareng Perhutani

19 Juli 2024 - 15:01 WIB

NU Sorong Papua Kirimkan Santri ke Jepara, Salah Satunya Kuliah di UNISNU

16 Juli 2024 - 16:16 WIB

Prihatin Pengguna Transportasi Umum Menurun, Mahasiswa Unisnu Ciptakan Aplikasi JETA

14 Juli 2024 - 22:46 WIB

Rayakan 1 Muharram, NU Ranting Bulungan Gelar Doa Bersama

10 Juli 2024 - 11:52 WIB

Pawai Obor Warga NU Desa Bawu Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Momentum Perkuat Semangat Hijrah ke Arah Kebaikan

10 Juli 2024 - 01:31 WIB

Peserta Pawai Obor Desa Bawu berjalan kaki menyambut Tahun Baru Islam 1446 H

YPM NU Jepara Boyong Empat Tropy Juara di Gebyar PAUD dan TPQ Tingkat Jateng

9 Juli 2024 - 09:41 WIB

Trending di Kabar