Menu

Mode Gelap
Kyai Mukhammad Siroj: Sosok Pendidik, Pengabdi dan Teladan Sehidup Semati Sorban Kiai Hijau dan Tali Tambang, Ini Makna Logo Harlah Ke-102 NU, Bisa Diunduh di Sini Jadwal Puasa Rajab 1446 H/2025, Beserta Niat dan Caranya Mahasiswa PAI UNISNU ikuti Kuliah Komparasi Aswaja Komunitas Muslim di Negeri Beruang Merah, bareng Dr. Amy dari PCINU Federasi Rusia Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

Headline · 9 Mei 2023 12:56 WIB ·

Kisah Madrasah Masalikil Huda yang Sempat Dicekal Pemerintah Hindia Belanda


 Bangunan YPI Masalikil Huda sekarang dan foto Kiai Ahmad Zawawi generasi kedua penerus Kiai Abu Syuja'. Perbesar

Bangunan YPI Masalikil Huda sekarang dan foto Kiai Ahmad Zawawi generasi kedua penerus Kiai Abu Syuja'.

nujepara.or.id- Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Masalikil Huda yang terletak di Desa Tahunan, Kecamatan Tahunan, merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Jepara. Di usianya yang menginjak 92 tahun (harlah 15 Mei 2023) ini, lembaga pendidikan yang didirikan oleh Kiai Abu Syuja’ pada 15 Mei 1931 banyak melahirkan kiai, ulama, serta tokoh masyarakat. Saat ini YPI Masalikil Huda menaungi beberapa lembaga pendidikan antara lain TPQ, PAUD, MI, MTs, hingga MA.

Nama Masalikil Huda sendiri diambil dari perjalanan panjang sang pendiri, Kiai Abu Syuja’, yang dimulai dari menuntut ilmu di beberapa pesantren, merintis tempat ngaji di langgar, hingga mendapatkan petunjuk dari gurunya untuk mendirikan lembaga pendidikan.

Mengapa Kiai Abu Syuja’ memberi nama lembaga pendidikannya dengan nama Masalikil Huda. “Masalikil”mempunyai arti “Beberapa Jalan”, sedangkan “Huda” mempunyai arti “Petunjuk”. Jika dimaknai, Masalikil Huda mengandung arti Beberapa Jalan Petunjuk. Salah satunya adalah petunjuk dari sang Guru untuk mendirikan lembaga pendidikan.

Rentang waktu 92 tahun (1931-2023) merupakan waktu yang cukup panjang bagi Madrasah Masalikil Huda dapat bertahan, dan tetap berdiri hingga sekarang. Berdiri sejak zaman kolonial Pemerintah Hindia Belanda, Penjajahan Jepang, Madrasah Masalikil Huda mampu melewati dinamika perubahan zaman hingga menjadi salah satu lembaga pendidikan tertua di Jepara.

Selama 25 tahun (1898-1923) Abu Syuja’ muda telah menjelajah, mengembara serta menimba ilmu kepada para kiai-kiai sepuh di tanah Jawa. 25 tahun merupakan waktu yang cukup panjang bagi seorang santri muda asal Desa Tahunan, Kabupaten Jepara ini, sebelum memutuskan untuk mendirikan Madrasah Masalikil Huda. Tercatat, tiga pondok pesantren yang mempunyai tradisi keilmuan agama Islam yang sangat tinggi pernah disinggahi Abu Syuja’ muda.

Pada tahun 1898, Saat usia remaja, tepatnya usia 15 tahun, Abu Syuja’ dikirim oleh ayahnya, Mbah Sarjono ke Pondok Pesantren Bulu Manis, Tayu Wetan. Salah satu pondok yang diasuh oleh kiai sepuh, KH. Sholeh Amin. Sholeh Amin bin KHR Asnawi adalah ayah dari KH. Mujib Sholeh dan KH. M. Amin Sholeh pendiri Madrasah Aliyah Hasyim Asy’ari Bangsri, Jepara.

Tidak cukup dengan satu pondok pesantren, Setelah menyelesaikan pendidikan sebagai santri di Bulu Manis Tayu Wetan, Abu Syuja’  muda melanjutkan pengembaraannya dalam menuntut  ilmu agama. Pilihan selanjutnya adalah Pondok Pesantren Darul Ulum, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur yang saat itu diasuh oleh Kiai Romly Tamim dan Kiai Dahlan Kholil

Sekembalinya dari Pondok Pesantren Darul Ulum, Jombang, Abu Syuja’ melanjutkan ke pondok pesantren di wilayah Jepara. Salah satu pondok pesantren tertua, yakni Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadi’in Balekambang, Nalumsari, Mayong, yang diasuh oleh Kiai Hasbullah Hazdiq.

Madrasah Masalikil Huda pada awal didirikan menerapkan sistem pendidikan dengan masuk pagi. Kurikulum yang diterapkan mengadopsi dari pesantren, dengan sistem bandongan dan sorogan. Serta pengajaran kitab-kitab klasik seperti Kitab Sulam Taufiq dan Aqidatul Awwam. Sehingga bisa dikatakan saat itu Madrasah Masalikil Huda mengalahkan Sekolah Rakyat (SR).

Hingga pada suatu ketika Pemerintah Hindia Belanda melarang Madrasah Masalikil Huda sebagai “sekolah arab” untuk masuk pagi. Sempat dicekal dan dilaporkan hingga tingkat pengadilan, namun putusan Pengadilan pada masa itu sangat tidak diduga. Pemerintah Hinda Belanda tetap memperbolehkan Madrasah Masalikil Huda untuk beroperasi dengan masuk pagi. Dengan syarat sore harinya harus masuk Sekolah Rakyat. (Sumber: Sejarah singkat Madrasah Masalikil Huda 2001).

“Pada saat itu belum ada lembaga pendidikan sebaik Masalikil Huda. Muridnya banyak yang berasal dari luar Desa Tahunan. KH. Mahmudi Rais Syuriyah MWC NU Pakis Aji salah satu teman angkatan saya yang berjalan dari desa Bulungan untuk menuntut ilmu di Madrasah Masalikil Huda. Bahkan ada teman saya yang sekolah naik kuda dari Desa Lebak bernama Tasno”, ujar Kiai Mukari Rais Syuriyah Ranting NU Ngabul, alumni Masalikil Huda tahun 1964 kepada nujepara.or.id

“Saya tiap hari jalan kaki dari Kosari, Ngabul untuk sekolah di Madrasah Masalikil Huda. Pada saat itu masih di sekolah Mualimin, cikal bakal Madrasah Tsanawiyah Masalikil Huda. Setelah menuntut ilmu di Masalikil Huda saya diberi amanah oleh guru saya Kiai Ahmad Zawawi (menantu Kiai Abu Syuja’ yang meneruskan tongkat estafet Masalikil Huda) untuk mengajar”, pungkas Kiai Mukari. (red)

Artikel ini telah dibaca 152 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

IPNU-IPPNU Ranting Pekalongan Gelar Festival Rebana Tradisional Ke- 2, Ini Daftar Juaranya

11 Januari 2025 - 23:52 WIB

Sorban Kiai Hijau dan Tali Tambang, Ini Makna Logo Harlah Ke-102 NU, Bisa Diunduh di Sini

8 Januari 2025 - 06:11 WIB

Logo Harlah Ke-102 NU.

Jadwal Puasa Rajab 1446 H/2025, Beserta Niat dan Caranya

31 Desember 2024 - 07:14 WIB

ILUSTRASI proses rukyat untuk menentukan awal bulan Rajab.

Mahasiswa PAI UNISNU ikuti Kuliah Komparasi Aswaja Komunitas Muslim di Negeri Beruang Merah, bareng Dr. Amy dari PCINU Federasi Rusia

13 Desember 2024 - 10:01 WIB

Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

9 Desember 2024 - 22:41 WIB

Jajaran NU - Peduli Bencana PCNU Jepara menggelar rakor seiring potensi terjadinya bencana imbas hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Jepara dalam beberapa hari terakhir.

Belajar dari Kasus Gus Miftah : Dakwah Harus Mengutamakan Akhlak

6 Desember 2024 - 14:57 WIB

Trending di Kabar