nujepara.or.id- Asal mula penciptaan alam semesta selalu menjadi perdebatan di kalangan ateis. Mereka menganggap terbentuknya alam semesta ini terjadi karena adanya ledakan dahsyat atau yang dikenal dengan teori Big Bang. Berdasarkan teori Big Bang alam semesta ini awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini.
Seorang ilmuwan ahli fisika yang juga seorang ateis, Stephen Hawking mengemukakan pendapatnya tentang asal mula penciptaan alam semesta. Menurut dia, ‘waktu’ masih belum terbentuk sebelum Big Bang. “Jadi tak ada waktu bagi tuhan untuk menciptakan alam semesta”, kata Hawking, seperti dikutip dari qureta.
Menurut Hawking, Tuhan hanyalah sebuah kesenjangan yang mengganggu hidup kita. Bahkan menurutnya manusia sebenarnya tidak memerlukan keberadaan Tuhan dan segala teori tentang keberadaan Tuhan dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan
Hal ini tentu sangat bertentangan dengan ajaran Islam, dan dapat mempengaruhi aqidah seseorang tentang keberadaan Tuhan. Dikutip dari situs Santri Gayeng, KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha’) menjelaskan dengan sangat logis tentang awal mula terciptanya alam semesta saat dirinya ditanyai oleh seorang ateis.
“Dalam ilmu Mantiq sudah diterangkan, dengarkan, alam ini sudah ada. Secara logika, sesuatu yang ada ya adanya itu tidak bisa mengadakan dirinya sendiri”, kata Gus Baha’.
“Berhubung sudah ada, pasti kita rumuskan ini pasti ada sebab. Nah, penyebab ini dalam ilmu Mantiq disebut Musabbibul Asbab (penyebab dari semuanya). Bisa causa prima, bisa Musabbibul Asbab, atau wujud awal (eksistensi awal)”, terang Gus Baha’.
Lebih lanjut Gus Baha’ menerangkan, ilmu Mantiq tidak menemukan wujud awal itu bernama siapa. Islam datang, eksistensi awal ini dinamai Allah SWT. “Karena lebih tidak masuk akal alam yang wujud ini disebabkan oleh sesuatu yang tidak wujud”, beber Gus Baha’.
“Di manapun tempatnya, sesuatu yang tidak ada tidak bisa menjadi sebab. Ini bertentangan dengan logika orang ateis yang mengatakan ketiadaan penyebab dari kewujudan. Atau sesuatu yang ada disebabkan dari sesuatu yang tidak ada”, lanjut Gus Baha’. (ua)