Oleh : Murtadho Hadi
nujepara.or.id – Syahdan, suatu pagi di hari raya idul-fitri, moment yang seharusnya penuh suka cita, tapi Bu Nyai Romli Tamim justru tampak sedih menangis di kamarnya. Istri Syaikh Romli Tamim itu menangis karena saat bangun dari tidur mengetahui jika hampir seluruh isi rumahnya raib dicuri maling.
Terutama barang-barang kebutuhan pokok yang sedianya digunakan untuk persiapan menyambut Hari Raya (seperti beras, daging, bumbu, kelapa, gula, dan lain-lain) ludes tak berbekas.
Terang saja pagi yang seharusnya disambut bahagia oleh Bu Nyai Romli, justru jadi moment yang menyedihkan. Ingin memasak dan melakukan aktifitas lainnya untuk mempersiapkan penyambutan Hari Raya pun tidak bisa dia lakukan. Bu Nyai hanya bisa menangis sedih di kamarnya.
Bu Nyai juga merasa dongkol (alias mangkel) kepada Syaikh Romli. Pasalnya, Bu Nyai yakin bahwa sebenarnya Syaikh Romli pasti tahu jika ada maling yang mencuri barang-barang di rumah mereka, tapi dasar Syaikh Romli! Justru pura-pura tidak tahu dan membiarkan maling itu pergi setelah menjarah seisi rumah.
Yang mengherankan, meski seisi rumah ludes, raib dibawa maling. Syaikh Romli Tamim malah tenang-tenang saja seolah tak terjadi apa-apa.
Mendengar suara Isak yang begitu menyayat, Syaikh Romli pun berusaha menghibur istrinya,
“Nyi, nyi…, Mbok ya kesini!,” Panggil Syaikh Romli.
Namun karena Bu Nyai melihat suaminya tenang-tenang saja meski seisi rumah ludes disatroni maling, Bu Nyai pun mendamprat habis-habisan, alias marah besar kepada Syaikh Romli.
Tapi Syaikh Romli Tamim tetap tenang, “Iya tapi ke sini dulu to!’ kata Syaikh Romli menanggapi kemarahan istrinya, sambil menghampiri dan menunjukkan sesuatu yang dibawa Syaikh Romli. Maka Bu Nyai pun jatuh pingsan demi melihat yang dibawa Syaikh Romli.
Syaikh Romli menyodorkan kepada istrinya uang sebesar 6 juta Rupiah (sebuah nominal yang sangat cukup besar di waktu itu). Tak heran istri Syaikh Romli langsung pingsan melihat banyaknya uang yang belum pernah dilihatnya.
Setelah siuman, barulah Syaikh Romli menjelaskan kepada Bu Nyai, “Seorang yang datang dan mengangkut barang-barang kita ini bukanlah rampok biasa Nyi!” Ungkap Syaikh Romli.
“Pencuri yang mengangkuti barang-barang kita ini, adalah Syuhada’ Zaman!” (Maksud Mbah Romli beliau adalah Nabiyyullah Khidir ‘Alaihis-salam). Dan, kepada Bu Nyai, Syaikh Romli pun menyodorkan uang 6 juta (Rizqi “min haitsu la-yahtasib” ) karena telah bersabar membiarkan rumahnya disatroni maling yang bukan sembarang maling alias maling yang istimewa ini.
Suasana pun berubah, Bu Nyai tampak lega menggenggam uang 6 juta, kata Bu Nyai, “Kenapa tidak bilang sedari tadi to Mbah, Mbah…!” Kalau sejak semula malingnya adalah utusan Allah SWT tak perlu marah-marah dan berburuk sangka…* (MH)
Penulis merupakan pengurus LTN NU Jepara
(Petikan Kisah Sufistik Syaikh Romli Tamim Rejoso | Sumber kisah dari Syaikh Shobibiburrohman murid Mbah Romli)