Pasca tragedi komunisme tahun 1965, Nahdlatul Ulama (NU) jadi simbol perlawanan umat Islam di seluruh negeri, termasuk di Kabupatan Jepara.
“Memperjuangkan NU waktu itu beratnya seperti memperjuangkan agama Islam,” kenang KH Abdullah Husain, Ketua Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) NU Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara, Ahad (15/7/2018) siang.
Menurutnya untuk mengenalkan NU harus amaliyahnya dulu yang dikenalkan, “pakai NU tidak bakal diterima, karena takut,” ungkap kiai yang lahir awal tahun 70an ini.
Kiai alumnus Pesantren Tegalrejo Magelang tersebut masih teringat ada rumah anggota Banser di Jepara yang dibakar oleh preman sewaan partai politik yang dikenal sangat menekan NU.
“Taruhan nyawa Kang berjuang di NU waktu itu,” imbuh Kiai Husain di sela-sela mengikuti sidang komisi Bahtsul Masail Muskercab NU Jepara ke-5, di Ndalem Kiai Imam Husni.
Waktu itu, lanjutnya warga NU di Jepara memang terasa betul menghidupi NU. “Ngaku NU waktu itu sangat membahayakan, tidak seperti sekarang, siapa saja ngaku-ngaku,” tambahnya.
Ia menerangkan, “yang ngaku-ngaku aswaja belum tentu NU, tapi NU pasti aswaja,” tegasnya.
Karena itulah, Kiai Husain mendukung pernyataan KH Munif Zuhri yang menyebut “NU sudah agama”.
“Saking banget pentingnya NU hingga beratnya seperti memerjuangkan
agama Islam itu sendiri,” pungkasnya. (ab)
