Menu

Mode Gelap
Peduli Hutan Muria, Ratusan Siswa MTs dan MA Safinatul Huda Ikuti Matsama Bareng Perhutani NU Sorong Papua Kirimkan Santri ke Jepara, Salah Satunya Kuliah di UNISNU Dimakamkan di Mayong, Ini Kisah Raden Ayu Mas Semangkin Sang Senopati Perang Lereng Muria Rayakan 1 Muharram, NU Ranting Bulungan Gelar Doa Bersama Pawai Obor Warga NU Desa Bawu Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Momentum Perkuat Semangat Hijrah ke Arah Kebaikan

Kabar · 28 Nov 2017 10:15 WIB ·

Nabi Muhammad SAW adalah Teladan yang Paling Baik


 Nabi Muhammad SAW adalah Teladan yang Paling Baik Perbesar

Jepara – KH Ahmad Muwafiq dalam Pengajian Maulid Nabi di Masjid Jamik Al Ikhlas desa Jambu kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara, Selasa (21/11/2017) malam mengutip potongan dalil bahwa nabi adalah uswah hasanah (teladan yang paling baik).
Sebagai panutan katanya umat wajib menyontohnya. Persoalannya, “Apa sampeyan pernah ketemu Nabi kok mau menyontohnya?” tanya dia kepada jamaah yang hadir.
Apalagi dikemukakan kiai yang akrab disapa Gus Muwafiq antara nabi dan umatnya sudah beda zaman. “Nabi tahun 600 kita tahun 2017,” paparnya.
Sehingga menurutnya untuk meniru persis jelas tidak mampu. Meski begitu penceramah berambut gondrong itu menyebutkan rumus ahlus sunnah wal jamaah (aswaja).
Dijabarkan Gus Muwafiq, kiai muda yang familiar dengan humor-homornya bahwa aswaja merupakan cara umat untuk kenal Nabi.
Nabi Muhammad itu berjenggot terus meniru berjenggot, bercelana cingkrang, banyak istrinya lanjut kiai Muwafiq itu hanya qaul jarene (katanya, red). Karena belum pernah sama-sama melihat Nabi.
Kiai nyentik asal Yogyakarta itu pun tidak susah-sudah menganalogikan. “Meniru Rhoma Irama persis pun susah,” tandasnya di halaman masjid jamik.
Ada yang meniru gayanya saja, Mara Karma, namanya. Disebutnya juga ada yang meniru grup dangdutnya, Monata. Tak hanya itu, ada pula yang meniru bentuk rambutnya. Ia menyebut gondrong deso (gondes).
Ada yang meniru berkalung tasbih, pakai gitar tumpul dan ada juga meniru omongannya saja. “Terlallu.” Sontak disambut tawa jamaah.
Maka, kembali ke aswaja bagi dia enak diucapkan tetapi susah dikerjakan. Dalam pengajian yang diguyur hujan lebat itu dirinya membeberkan umat dan Nabi Muhammad hidup di tahun yang berbeda. Umat Muhammad juga bukan penduduk Arab saja tetapi umat islam Indonesia juga termasuk umatnya.
Nabi, jelasnya itu ahlus sunnah, pemilik sunnah. Wal jamaah di dalamnya ada sahabat. Setelah sahabat ada tabiin. Tabiit tabiin yang sangat panjang jika dituliskan. Lalu umat Islam Indonesia ikut siapa?
Gus Muwafiq menjawab umat Islam di Indonesia ialah penderek (pengikut) KH Hasyim Asyari yang jika diurutkan sanadnya sampai kepada Sayyidina Ali.
“Kita itu melakukan sunnah nabi tapi pangkatnya ikut ulama Indonesia,” begitu urainya.
Sunnah nabi itu tetap yang mengalami perubahan, wal jamaah. Misalnya di Arab Nabi memakan kurma maka cukup dengan tangan. Sedangkan di Indonesia makan soto, jika hanya pakai tangan, kata dia tangannya kepanasan.
Dirinya juga menyontohkan hal lain. “Di Arab kurban pakai onta. Di sini pakai kerbau dan sapi. Kok ada yang memaksa kurban pakai onta ya dicekal Polisi,” guyonnya.
Dalam paparan kiai yang juga paham sejarah itu disampaikan Nabi bukan sosok yang tegolong kaku. Hal baru dari sahabat tidak dituduhnya bidah maupun penyebar aliran model anyar (baru, red) maupun sesat.
Contoh dia, dulu di kalangan sahabat jika terlambat jamaah ada kode jari tangan yang diangkat sehingga sahabat harus mengebut rekaat yang tertinggal hingga bisa salam dengan Nabi.
Lama kelamaan masih menurutnya seorang sahabat Ubai bin Ka’b saat telat tidak ngebut tetapi di tambah sendiri usai Nabi salam.
“Benar Ubai kamu membuat hal baru dalam shalat?” tanya Nabi usai dituduh para sahabat.
Ubai bin Ka’b pun klarifikasi jika harus mengebut rekaat yang tertinggal terasa kewalahan dan tidak khusuk. Mendengar jawaban itu Nabi tandas Gus Muwafiq malah menyuruh sahabat untuk meniru shalatnya.
“Sejak itu makmum yang telat menambahi kekurangannya sendiri usai Nabi salam. Inilah teladan Nabi kepada sahabat yang begitu indah,” tandas Gus Muwafiq. (sm)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Kabar · 28 Nov 2017 10:15 WIB ·

Nabi Muhammad SAW adalah Teladan yang Paling Baik


 Nabi Muhammad SAW adalah Teladan yang Paling Baik Perbesar

Jepara – KH Ahmad Muwafiq dalam Pengajian Maulid Nabi di Masjid Jamik Al Ikhlas desa Jambu kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara, Selasa (21/11/2017) malam mengutip potongan dalil bahwa nabi adalah uswah hasanah (teladan yang paling baik).
Sebagai panutan katanya umat wajib menyontohnya. Persoalannya, “Apa sampeyan pernah ketemu Nabi kok mau menyontohnya?” tanya dia kepada jamaah yang hadir.
Apalagi dikemukakan kiai yang akrab disapa Gus Muwafiq antara nabi dan umatnya sudah beda zaman. “Nabi tahun 600 kita tahun 2017,” paparnya.
Sehingga menurutnya untuk meniru persis jelas tidak mampu. Meski begitu penceramah berambut gondrong itu menyebutkan rumus ahlus sunnah wal jamaah (aswaja).
Dijabarkan Gus Muwafiq, kiai muda yang familiar dengan humor-homornya bahwa aswaja merupakan cara umat untuk kenal Nabi.
Nabi Muhammad itu berjenggot terus meniru berjenggot, bercelana cingkrang, banyak istrinya lanjut kiai Muwafiq itu hanya qaul jarene (katanya, red). Karena belum pernah sama-sama melihat Nabi.
Kiai nyentik asal Yogyakarta itu pun tidak susah-sudah menganalogikan. “Meniru Rhoma Irama persis pun susah,” tandasnya di halaman masjid jamik.
Ada yang meniru gayanya saja, Mara Karma, namanya. Disebutnya juga ada yang meniru grup dangdutnya, Monata. Tak hanya itu, ada pula yang meniru bentuk rambutnya. Ia menyebut gondrong deso (gondes).
Ada yang meniru berkalung tasbih, pakai gitar tumpul dan ada juga meniru omongannya saja. “Terlallu.” Sontak disambut tawa jamaah.
Maka, kembali ke aswaja bagi dia enak diucapkan tetapi susah dikerjakan. Dalam pengajian yang diguyur hujan lebat itu dirinya membeberkan umat dan Nabi Muhammad hidup di tahun yang berbeda. Umat Muhammad juga bukan penduduk Arab saja tetapi umat islam Indonesia juga termasuk umatnya.
Nabi, jelasnya itu ahlus sunnah, pemilik sunnah. Wal jamaah di dalamnya ada sahabat. Setelah sahabat ada tabiin. Tabiit tabiin yang sangat panjang jika dituliskan. Lalu umat Islam Indonesia ikut siapa?
Gus Muwafiq menjawab umat Islam di Indonesia ialah penderek (pengikut) KH Hasyim Asyari yang jika diurutkan sanadnya sampai kepada Sayyidina Ali.
“Kita itu melakukan sunnah nabi tapi pangkatnya ikut ulama Indonesia,” begitu urainya.
Sunnah nabi itu tetap yang mengalami perubahan, wal jamaah. Misalnya di Arab Nabi memakan kurma maka cukup dengan tangan. Sedangkan di Indonesia makan soto, jika hanya pakai tangan, kata dia tangannya kepanasan.
Dirinya juga menyontohkan hal lain. “Di Arab kurban pakai onta. Di sini pakai kerbau dan sapi. Kok ada yang memaksa kurban pakai onta ya dicekal Polisi,” guyonnya.
Dalam paparan kiai yang juga paham sejarah itu disampaikan Nabi bukan sosok yang tegolong kaku. Hal baru dari sahabat tidak dituduhnya bidah maupun penyebar aliran model anyar (baru, red) maupun sesat.
Contoh dia, dulu di kalangan sahabat jika terlambat jamaah ada kode jari tangan yang diangkat sehingga sahabat harus mengebut rekaat yang tertinggal hingga bisa salam dengan Nabi.
Lama kelamaan masih menurutnya seorang sahabat Ubai bin Ka’b saat telat tidak ngebut tetapi di tambah sendiri usai Nabi salam.
“Benar Ubai kamu membuat hal baru dalam shalat?” tanya Nabi usai dituduh para sahabat.
Ubai bin Ka’b pun klarifikasi jika harus mengebut rekaat yang tertinggal terasa kewalahan dan tidak khusuk. Mendengar jawaban itu Nabi tandas Gus Muwafiq malah menyuruh sahabat untuk meniru shalatnya.
“Sejak itu makmum yang telat menambahi kekurangannya sendiri usai Nabi salam. Inilah teladan Nabi kepada sahabat yang begitu indah,” tandas Gus Muwafiq. (sm)

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Peduli Hutan Muria, Ratusan Siswa MTs dan MA Safinatul Huda Ikuti Matsama Bareng Perhutani

19 Juli 2024 - 15:01 WIB

NU Sorong Papua Kirimkan Santri ke Jepara, Salah Satunya Kuliah di UNISNU

16 Juli 2024 - 16:16 WIB

Prihatin Pengguna Transportasi Umum Menurun, Mahasiswa Unisnu Ciptakan Aplikasi JETA

14 Juli 2024 - 22:46 WIB

Rayakan 1 Muharram, NU Ranting Bulungan Gelar Doa Bersama

10 Juli 2024 - 11:52 WIB

Pawai Obor Warga NU Desa Bawu Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Momentum Perkuat Semangat Hijrah ke Arah Kebaikan

10 Juli 2024 - 01:31 WIB

Peserta Pawai Obor Desa Bawu berjalan kaki menyambut Tahun Baru Islam 1446 H

YPM NU Jepara Boyong Empat Tropy Juara di Gebyar PAUD dan TPQ Tingkat Jateng

9 Juli 2024 - 09:41 WIB

Trending di Kabar