Menu

Mode Gelap
Workshop Public Speaking Pungkasi Rangkaian Harlah Muslimat NU Cabang Jepara ke-79, Diproyeksikan Tingkatkan Kualitas Kader Majelis An-Nahdloh Gus Nasrul, Himpun Kurban dari Luar Daerah Dibagikan di Jepara Angkatan ke-10 PD-PKPNU Resmi Digelar di MWCNU Kalinyamatan Jepara Mantan Rektor UNISNU Dr. Sa’dullah Tutup Usia, Sang Lentera Filsuf Santri Rayakan Harlah ke-79, Muslimat NUYPM NU Cabang Jepara Gelar Gebyar Lomba PAUD dan TPQ

Kabar · 28 Nov 2017 10:15 WIB ·

Nabi Muhammad SAW adalah Teladan yang Paling Baik


 Nabi Muhammad SAW adalah Teladan yang Paling Baik Perbesar

Jepara – KH Ahmad Muwafiq dalam Pengajian Maulid Nabi di Masjid Jamik Al Ikhlas desa Jambu kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara, Selasa (21/11/2017) malam mengutip potongan dalil bahwa nabi adalah uswah hasanah (teladan yang paling baik).
Sebagai panutan katanya umat wajib menyontohnya. Persoalannya, “Apa sampeyan pernah ketemu Nabi kok mau menyontohnya?” tanya dia kepada jamaah yang hadir.
Apalagi dikemukakan kiai yang akrab disapa Gus Muwafiq antara nabi dan umatnya sudah beda zaman. “Nabi tahun 600 kita tahun 2017,” paparnya.
Sehingga menurutnya untuk meniru persis jelas tidak mampu. Meski begitu penceramah berambut gondrong itu menyebutkan rumus ahlus sunnah wal jamaah (aswaja).
Dijabarkan Gus Muwafiq, kiai muda yang familiar dengan humor-homornya bahwa aswaja merupakan cara umat untuk kenal Nabi.
Nabi Muhammad itu berjenggot terus meniru berjenggot, bercelana cingkrang, banyak istrinya lanjut kiai Muwafiq itu hanya qaul jarene (katanya, red). Karena belum pernah sama-sama melihat Nabi.
Kiai nyentik asal Yogyakarta itu pun tidak susah-sudah menganalogikan. “Meniru Rhoma Irama persis pun susah,” tandasnya di halaman masjid jamik.
Ada yang meniru gayanya saja, Mara Karma, namanya. Disebutnya juga ada yang meniru grup dangdutnya, Monata. Tak hanya itu, ada pula yang meniru bentuk rambutnya. Ia menyebut gondrong deso (gondes).
Ada yang meniru berkalung tasbih, pakai gitar tumpul dan ada juga meniru omongannya saja. “Terlallu.” Sontak disambut tawa jamaah.
Maka, kembali ke aswaja bagi dia enak diucapkan tetapi susah dikerjakan. Dalam pengajian yang diguyur hujan lebat itu dirinya membeberkan umat dan Nabi Muhammad hidup di tahun yang berbeda. Umat Muhammad juga bukan penduduk Arab saja tetapi umat islam Indonesia juga termasuk umatnya.
Nabi, jelasnya itu ahlus sunnah, pemilik sunnah. Wal jamaah di dalamnya ada sahabat. Setelah sahabat ada tabiin. Tabiit tabiin yang sangat panjang jika dituliskan. Lalu umat Islam Indonesia ikut siapa?
Gus Muwafiq menjawab umat Islam di Indonesia ialah penderek (pengikut) KH Hasyim Asyari yang jika diurutkan sanadnya sampai kepada Sayyidina Ali.
“Kita itu melakukan sunnah nabi tapi pangkatnya ikut ulama Indonesia,” begitu urainya.
Sunnah nabi itu tetap yang mengalami perubahan, wal jamaah. Misalnya di Arab Nabi memakan kurma maka cukup dengan tangan. Sedangkan di Indonesia makan soto, jika hanya pakai tangan, kata dia tangannya kepanasan.
Dirinya juga menyontohkan hal lain. “Di Arab kurban pakai onta. Di sini pakai kerbau dan sapi. Kok ada yang memaksa kurban pakai onta ya dicekal Polisi,” guyonnya.
Dalam paparan kiai yang juga paham sejarah itu disampaikan Nabi bukan sosok yang tegolong kaku. Hal baru dari sahabat tidak dituduhnya bidah maupun penyebar aliran model anyar (baru, red) maupun sesat.
Contoh dia, dulu di kalangan sahabat jika terlambat jamaah ada kode jari tangan yang diangkat sehingga sahabat harus mengebut rekaat yang tertinggal hingga bisa salam dengan Nabi.
Lama kelamaan masih menurutnya seorang sahabat Ubai bin Ka’b saat telat tidak ngebut tetapi di tambah sendiri usai Nabi salam.
“Benar Ubai kamu membuat hal baru dalam shalat?” tanya Nabi usai dituduh para sahabat.
Ubai bin Ka’b pun klarifikasi jika harus mengebut rekaat yang tertinggal terasa kewalahan dan tidak khusuk. Mendengar jawaban itu Nabi tandas Gus Muwafiq malah menyuruh sahabat untuk meniru shalatnya.
“Sejak itu makmum yang telat menambahi kekurangannya sendiri usai Nabi salam. Inilah teladan Nabi kepada sahabat yang begitu indah,” tandas Gus Muwafiq. (sm)

Artikel ini telah dibaca 25 kali

badge-check

Penulis

Kabar · 28 Nov 2017 10:15 WIB ·

Nabi Muhammad SAW adalah Teladan yang Paling Baik


 Nabi Muhammad SAW adalah Teladan yang Paling Baik Perbesar

Jepara – KH Ahmad Muwafiq dalam Pengajian Maulid Nabi di Masjid Jamik Al Ikhlas desa Jambu kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara, Selasa (21/11/2017) malam mengutip potongan dalil bahwa nabi adalah uswah hasanah (teladan yang paling baik).
Sebagai panutan katanya umat wajib menyontohnya. Persoalannya, “Apa sampeyan pernah ketemu Nabi kok mau menyontohnya?” tanya dia kepada jamaah yang hadir.
Apalagi dikemukakan kiai yang akrab disapa Gus Muwafiq antara nabi dan umatnya sudah beda zaman. “Nabi tahun 600 kita tahun 2017,” paparnya.
Sehingga menurutnya untuk meniru persis jelas tidak mampu. Meski begitu penceramah berambut gondrong itu menyebutkan rumus ahlus sunnah wal jamaah (aswaja).
Dijabarkan Gus Muwafiq, kiai muda yang familiar dengan humor-homornya bahwa aswaja merupakan cara umat untuk kenal Nabi.
Nabi Muhammad itu berjenggot terus meniru berjenggot, bercelana cingkrang, banyak istrinya lanjut kiai Muwafiq itu hanya qaul jarene (katanya, red). Karena belum pernah sama-sama melihat Nabi.
Kiai nyentik asal Yogyakarta itu pun tidak susah-sudah menganalogikan. “Meniru Rhoma Irama persis pun susah,” tandasnya di halaman masjid jamik.
Ada yang meniru gayanya saja, Mara Karma, namanya. Disebutnya juga ada yang meniru grup dangdutnya, Monata. Tak hanya itu, ada pula yang meniru bentuk rambutnya. Ia menyebut gondrong deso (gondes).
Ada yang meniru berkalung tasbih, pakai gitar tumpul dan ada juga meniru omongannya saja. “Terlallu.” Sontak disambut tawa jamaah.
Maka, kembali ke aswaja bagi dia enak diucapkan tetapi susah dikerjakan. Dalam pengajian yang diguyur hujan lebat itu dirinya membeberkan umat dan Nabi Muhammad hidup di tahun yang berbeda. Umat Muhammad juga bukan penduduk Arab saja tetapi umat islam Indonesia juga termasuk umatnya.
Nabi, jelasnya itu ahlus sunnah, pemilik sunnah. Wal jamaah di dalamnya ada sahabat. Setelah sahabat ada tabiin. Tabiit tabiin yang sangat panjang jika dituliskan. Lalu umat Islam Indonesia ikut siapa?
Gus Muwafiq menjawab umat Islam di Indonesia ialah penderek (pengikut) KH Hasyim Asyari yang jika diurutkan sanadnya sampai kepada Sayyidina Ali.
“Kita itu melakukan sunnah nabi tapi pangkatnya ikut ulama Indonesia,” begitu urainya.
Sunnah nabi itu tetap yang mengalami perubahan, wal jamaah. Misalnya di Arab Nabi memakan kurma maka cukup dengan tangan. Sedangkan di Indonesia makan soto, jika hanya pakai tangan, kata dia tangannya kepanasan.
Dirinya juga menyontohkan hal lain. “Di Arab kurban pakai onta. Di sini pakai kerbau dan sapi. Kok ada yang memaksa kurban pakai onta ya dicekal Polisi,” guyonnya.
Dalam paparan kiai yang juga paham sejarah itu disampaikan Nabi bukan sosok yang tegolong kaku. Hal baru dari sahabat tidak dituduhnya bidah maupun penyebar aliran model anyar (baru, red) maupun sesat.
Contoh dia, dulu di kalangan sahabat jika terlambat jamaah ada kode jari tangan yang diangkat sehingga sahabat harus mengebut rekaat yang tertinggal hingga bisa salam dengan Nabi.
Lama kelamaan masih menurutnya seorang sahabat Ubai bin Ka’b saat telat tidak ngebut tetapi di tambah sendiri usai Nabi salam.
“Benar Ubai kamu membuat hal baru dalam shalat?” tanya Nabi usai dituduh para sahabat.
Ubai bin Ka’b pun klarifikasi jika harus mengebut rekaat yang tertinggal terasa kewalahan dan tidak khusuk. Mendengar jawaban itu Nabi tandas Gus Muwafiq malah menyuruh sahabat untuk meniru shalatnya.
“Sejak itu makmum yang telat menambahi kekurangannya sendiri usai Nabi salam. Inilah teladan Nabi kepada sahabat yang begitu indah,” tandas Gus Muwafiq. (sm)

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Workshop Public Speaking Pungkasi Rangkaian Harlah Muslimat NU Cabang Jepara ke-79, Diproyeksikan Tingkatkan Kualitas Kader

30 Juni 2025 - 20:50 WIB

Suasana Workshop Public Speaking Muslimat NU Jepara yang digelar di Mutia Vie Cafe & Resto, Senenan, Tahunan, Jepara, Sabtu (28/6/2025).

Ranting NU Demangan Catatkan Sejarah, Lantik Tiga Banom Sekaligus dalam Acara Lailatul Ijtima’

27 Juni 2025 - 11:45 WIB

Majelis An-Nahdloh Gus Nasrul, Himpun Kurban dari Luar Daerah Dibagikan di Jepara

12 Juni 2025 - 09:54 WIB

Suasana penyembelihan hewan kurban Iduladha 1446 H di Majelis An-Nahdhoh Balekambang Jepara.

Angkatan ke-10 PD-PKPNU Resmi Digelar di MWCNU Kalinyamatan Jepara

12 Juni 2025 - 09:27 WIB

Jajaran PCNU Jepara, MWC NU Kalinyamatan foto bersama dengan instruktur di sela-sela kegiatan PD-PKPNU angkatan ke-10 yang digelar akhir Mei lalu di Kalinyamatan.

Mantan Rektor UNISNU Dr. Sa’dullah Tutup Usia, Sang Lentera Filsuf Santri

2 Juni 2025 - 15:58 WIB

Rayakan Harlah ke-79, Muslimat NUYPM NU Cabang Jepara Gelar Gebyar Lomba PAUD dan TPQ

1 Juni 2025 - 12:15 WIB

Salah seorang peserta lomba vocal anak Muslimat NU menunjukkan kemampuan terbaiknya saat kegiatan Lomba PAUD dan TPQ yang digelar YPMNU Cabang Jepara, Sabtu (31/5/2025).
Trending di Kabar