Menu

Mode Gelap
NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 ) Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat ( 2 )

Kabar · 2 Agu 2016 03:26 WIB ·

Nasionalisme KH Asnawi Kudus dalam Syair Shalawat


 Nasionalisme KH Asnawi Kudus dalam Syair Shalawat Perbesar

Pengajian Qudsiyah

JEPARA – Tidak banyak yang mengetahui kalau KH Asnawi Kudus adalah seorang penyair. Salah satu karyanya adalah shalawat Asnawiyah. Demikian dikatakan KH Em Najib Hasan dalam pengajian umum 1 Abad Qudsiyah di Halaman Masjid Baitus Salam, Mindahan, Batealit, Jepara pada Sabtu (30/07/2016) malam.

Menurut Kiai Najib, Mbah Asnawi memiliki cara dakwah sendiri. Meski bukan ahli ceramah seperti ustadz-ustadz di televisi, ulama yang memimpin komite hijaz di awal berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) tersebut berdakwah dengan laku (bil hal). “Beliau lugas dalam berdakwah,” kata Kiai Najib.

Soal nasionalisme, Kiai Najib punya cerita sendiri. Ketika menulis syair shalawat Asnawiyah, Mbah Asnawi lebih suka mengucapkan Indonesia dengan “Undunesia”, pakai “u”, dalam bahasa Arab dibaca dengan harakat dhammah. Alasannya, jika Indonesia pakai “I” atau kasrah (logat Arab), terkesan rendah karena posisinya selalu di bawah.

Karena itulah dalam menyusun syiir shalawat, ketika sampai kata “Indonesia Raya Aman”, Mbah Asnawi menambah dengan huruf “Ba”. Bacanya jadi “Bindunesia Raya Aman”, artinya; dengan Indonesia Raya yang aman. Syiir ini kemudian terkenal dengan sebutan syiir shalawat Asnawiyah karena digubah langsung oleh KH Asnawi Bendan Kudus.

Nama asli KH Asnawi adalah Ahmad Syamsi. Lahir di Desa Damaran Kudus pada tahun 1281 H, wafat di usia 98 pada tahun 1379 H. Ia keturunan ke-15 dari Sunan Kudus dan ke-5 dari Kh Mutamakkin, Kajen, Pati. Sejak kecil belajar ke ayahnya bernama KH Abdullah Husnain. Pada usia 18 tahun, Kiai Asnawi muda belajar ke Tulungagung.

Setelah itu, melanjutkan belajar ke Makkah, Madinah, Baghdad dan Mesir. Perjalanan ini mirip jejak rihlah Imam Syafi’i ketika menuntut ilmu. Dalam sejarah, Imam Syafi’i memang studi di empat pusat ilmu paling berpengaruh di masanya tersebut.

Pengajian bertema meneladani Dakwah KHR Asnawi itu dihadiri oleh ratusan orang dari warga sekitar dan alumni Madrasah Qudsiyah. Acara yang dirangkai dengan agenda Halal Bihalal IKAQ Jepara dan Haul KH Moch Mahmudi ke-16 itu juga menghadirkan KH Yusrul Hana Sya’roni (Gus Hana) dan KH Idham Khalid. Mantan Gubernur Ali Mufiz juga hadir mewakili keluarga KH Moch Mahmudi. (ab)

Artikel ini telah dibaca 714 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang

20 Maret 2024 - 19:56 WIB

Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan?

19 Maret 2024 - 13:50 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (2)

18 Maret 2024 - 23:03 WIB

Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!!

16 Maret 2024 - 23:52 WIB

Sedulur Papat Limo Pancer, Wejangan Ruhani Sunan Kalijaga

15 Maret 2024 - 00:06 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (1)

13 Maret 2024 - 17:35 WIB

Trending di Headline