Menu

Mode Gelap
Bronze Medal Diraih Mahasiswa UNISNU Jepara pada Japan Design, Idea & Invention Expo 2025 Mahasiswa UNISNU Sabet 2 Emas, Perak dan Perunggu pada Indonesia Challenge Taekwondo Championship 2025 Kemenpora RI Jelajah Turots Nusantara akan Dimulai dari Masjid Menara Kudus Workshop Public Speaking Pungkasi Rangkaian Harlah Muslimat NU Cabang Jepara ke-79, Diproyeksikan Tingkatkan Kualitas Kader Majelis An-Nahdloh Gus Nasrul, Himpun Kurban dari Luar Daerah Dibagikan di Jepara

Kabar · 2 Agu 2016 03:26 WIB ·

Nasionalisme KH Asnawi Kudus dalam Syair Shalawat


 Nasionalisme KH Asnawi Kudus dalam Syair Shalawat Perbesar

Pengajian Qudsiyah

JEPARA – Tidak banyak yang mengetahui kalau KH Asnawi Kudus adalah seorang penyair. Salah satu karyanya adalah shalawat Asnawiyah. Demikian dikatakan KH Em Najib Hasan dalam pengajian umum 1 Abad Qudsiyah di Halaman Masjid Baitus Salam, Mindahan, Batealit, Jepara pada Sabtu (30/07/2016) malam.

Menurut Kiai Najib, Mbah Asnawi memiliki cara dakwah sendiri. Meski bukan ahli ceramah seperti ustadz-ustadz di televisi, ulama yang memimpin komite hijaz di awal berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) tersebut berdakwah dengan laku (bil hal). “Beliau lugas dalam berdakwah,” kata Kiai Najib.

Soal nasionalisme, Kiai Najib punya cerita sendiri. Ketika menulis syair shalawat Asnawiyah, Mbah Asnawi lebih suka mengucapkan Indonesia dengan “Undunesia”, pakai “u”, dalam bahasa Arab dibaca dengan harakat dhammah. Alasannya, jika Indonesia pakai “I” atau kasrah (logat Arab), terkesan rendah karena posisinya selalu di bawah.

Karena itulah dalam menyusun syiir shalawat, ketika sampai kata “Indonesia Raya Aman”, Mbah Asnawi menambah dengan huruf “Ba”. Bacanya jadi “Bindunesia Raya Aman”, artinya; dengan Indonesia Raya yang aman. Syiir ini kemudian terkenal dengan sebutan syiir shalawat Asnawiyah karena digubah langsung oleh KH Asnawi Bendan Kudus.

Nama asli KH Asnawi adalah Ahmad Syamsi. Lahir di Desa Damaran Kudus pada tahun 1281 H, wafat di usia 98 pada tahun 1379 H. Ia keturunan ke-15 dari Sunan Kudus dan ke-5 dari Kh Mutamakkin, Kajen, Pati. Sejak kecil belajar ke ayahnya bernama KH Abdullah Husnain. Pada usia 18 tahun, Kiai Asnawi muda belajar ke Tulungagung.

Setelah itu, melanjutkan belajar ke Makkah, Madinah, Baghdad dan Mesir. Perjalanan ini mirip jejak rihlah Imam Syafi’i ketika menuntut ilmu. Dalam sejarah, Imam Syafi’i memang studi di empat pusat ilmu paling berpengaruh di masanya tersebut.

Pengajian bertema meneladani Dakwah KHR Asnawi itu dihadiri oleh ratusan orang dari warga sekitar dan alumni Madrasah Qudsiyah. Acara yang dirangkai dengan agenda Halal Bihalal IKAQ Jepara dan Haul KH Moch Mahmudi ke-16 itu juga menghadirkan KH Yusrul Hana Sya’roni (Gus Hana) dan KH Idham Khalid. Mantan Gubernur Ali Mufiz juga hadir mewakili keluarga KH Moch Mahmudi. (ab)

Artikel ini telah dibaca 177 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Bronze Medal Diraih Mahasiswa UNISNU Jepara pada Japan Design, Idea & Invention Expo 2025

7 Juli 2025 - 19:58 WIB

Mahasiswa UNISNU Sabet 2 Emas, Perak dan Perunggu pada Indonesia Challenge Taekwondo Championship 2025 Kemenpora RI

6 Juli 2025 - 13:14 WIB

Jelajah Turots Nusantara akan Dimulai dari Masjid Menara Kudus

5 Juli 2025 - 17:39 WIB

Workshop Public Speaking Pungkasi Rangkaian Harlah Muslimat NU Cabang Jepara ke-79, Diproyeksikan Tingkatkan Kualitas Kader

30 Juni 2025 - 20:50 WIB

Suasana Workshop Public Speaking Muslimat NU Jepara yang digelar di Mutia Vie Cafe & Resto, Senenan, Tahunan, Jepara, Sabtu (28/6/2025).

Ranting NU Demangan Catatkan Sejarah, Lantik Tiga Banom Sekaligus dalam Acara Lailatul Ijtima’

27 Juni 2025 - 11:45 WIB

Majelis An-Nahdloh Gus Nasrul, Himpun Kurban dari Luar Daerah Dibagikan di Jepara

12 Juni 2025 - 09:54 WIB

Suasana penyembelihan hewan kurban Iduladha 1446 H di Majelis An-Nahdhoh Balekambang Jepara.
Trending di Kabar