Lomba Pidato Dai’yah: Salah satu peserta sedang menyampaikan materi pidato (Foto: nujepara.or.id/abd)
JEPARA – Maimunatun, perwakilan PAC Muslimat Keling menjuarai Lomba Mubalighot (Pidato Penceramah Perempuan) yang diselenggarakan Muslimat NU Jepara dalam rangka peringatan Harlah Muslimat NU ke-70, di lantai II Gedung NU Jepara Jl. Pemuda 51, Ahad (20/03/2016).
Ia berhasil menyisihkan 14 peserta lain dari perwakilan PAC Muslimat se-Jepara minus Karimunjawa. Juara kedua dan ketiga diraih oleh Malihatun (PAC Kedung) dan Khoirul Khotimah (PAC Kalinyamatan).
Para peserta diwajibkan memilih satu dari tega tema: “Muslimat Sebagai Tonggak Pembangunan Karakter Keluarga”, “Bersatu Mewujudkan Indonesia Damai dan Sejahtera” dan “Bersama Muslimat Kita Wujudkan Perempuan yang Tangguh dan Mandiri”
“Keputusan itu diambil setelah para juri menilai intonasi peserta, mimik, vocal, pengusaan materi hingga keserasian busana,” kata Ibu Nyai Hj. Hajar, juri dari LDNU, didampingi Alifah Junaidi (MUI) dan Kuswanto (Kemenag Jepara).
Walaupun durasi pidato dibatasi 10 menit, menurut Ibu Nyai Hj. Nur Aini, Ketua Muslimat NU Jepara, hal itu bisa menjadi pijakan menilai potensi ibu-ibu Muslimat menyampaikan pesan dakwah lewat bahasa lisan.
“Ingat, peserta lomba ini adalah perwakilan PAC. Bukan perwakilan ranting. Jumlah peserta hanya 15 karena kami mewajibkan per PAC hanya kirim satu orang penceramah,” ujar Aini kepada
www.nujepara.or.id.
Ia juga menyebutkan, jika lomba diambil dari seluruh ranting, jumlah penceramah yang akan hadir bisa ratusan. Aini menerangkan, Muslimat NU Jepara punya 224 ranting dengan jumlah terdata 22 ribu anggota.
“Ibu-ibu Muslimat itu memiliki semangat tinggi syiar Islam. Sayang, banyak dari mereka yang tidak mau diekspos, terutama kalau diminta ceramah di hadapan bapak-bapak. Lomba mubalighot ini dimaksudkan agar potensi yang terpendam itu bisa Nampak ke permukaan. Kita menggalin potensi mereka dari bawah,” papar Aini.
Lomba ini, lanjut Aini, sekaligus ditunjukkan sebagai kritik terhadap Pemda Jepara yang hampir tidak punya program pemberdayaan perempuan. “Alih-alih advokasi perempuan mas, anggaran untuk pemberdayaan kaum kami saja tidak ada,” tuturnya.
Potensi kaum ibu dan perempuan Muslimat harusnya dijadikan perhatian. Semakin banyak kaum ibu yang mampu berpidato, maka, semakin banyak benteng sosial, moral dan kesejahteraan terbangun tanpa biaya mahal.
Muslimat NU ingin menciptakan penceramah semacam Ibu Nyai Jamilatul Mila (Donorojo), Ibu Nyai Insiyyah (Pakis Aji), Ibu Nyai Nur Hanah (Jepara Kota), dan lainnya, yang banyak ditunggu tausiyahnya di lingkungan warga Jepara. (abd)