Menu

Mode Gelap
PC Muslimat NU Jepara Gelar Diklat Paralegal, Bentuk Pos Pengaduan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Fatayat Jepara Kota Lantik Kepengurusan 11 Ranting Baru Turba ke Ranting, MWCNU Nalumsari Targetkan Kinerja Lazisnu Lima Tahun Terakhir Tidak Produksi, Teater Tuman Bangkit melalui Winara Kisah Syekh Ihsan Al-Jampesi, Pengarang Kitab Sirojut Tholibin yang Menolak Tawaran Raja Mesir untuk Mengajar di Al-Azhar

Kabar · 2 Apr 2022 00:26 WIB ·

PBNU : Puasa 1 Ramadhan 1443 H, Ahad 3 April 2022


 PBNU : Puasa 1 Ramadhan 1443 H, Ahad 3 April 2022 Perbesar

nujepara.or.id – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama memutuskan 1 Ramadhan 1443 Hijriah atau awal puasa Ramadhan 2022 jatuh pada hari Ahad 3 April. Dengan kata lain pada Sabtu malam 2 April 2022, warga nahdliyin juga sudah melakukan salat tarawih dan ibadah-ibadah lain yang dianjurkan untuk mengisi malam-malam selama Ramadhan.
Ilustrasi awal Ramadhan 1443 H
Hal itu diumumkan langsung oleh Ketua Umum PBNU Kiai Haji Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya melalui siaran langsung, Jumat (1/4/2022) bakda Magrib.
“Lembaga Falaqiyah PBNU, pada hari Jumat ini, telah melakukan pemantauan hilal di 50 lokasi,” kata Gus Yahya.
Berdasarkan laporan lembaga tersebut, kata dia, di seluruh lokasi tempat dilakukannya rukyatul hilal, tidak berhasil terlihat hilal. Dengan demikian, umur bulan Syaban 1443H adalah 30 hari atau dengan kata lain istiqmal.
“Atas dasar tersebut, dengan ini, PBNU mengikrarkan bahwa, awal bulan Ramadhan 1443H jatuh pada hari Ahad Wage, tanggal 3 April 2022.”
Apa itu Rukyatul hilal?
Rukyatul hilal adalah metode yang digunakan untuk menentukan kapan 1 Ramadhan 2022. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk menentukan awal bulan Dzulhijah dan syawal.
Pengamatan hilal biasanya dilakukan dengan menggunakan teleskop ataupun dengan mengamatan mata telanjang. Hilal diamati pada waktu sore hari menjelang waktu maghrib untuk mendapatkan hasil terbaik. Simak penjelasan mengenai apa itu hilal.
Apa Itu Hilal?
Metode pengamatan hilal dipelajari dalam ilmu falak. Menurut ilmu falak, hilal adalah bulan baru berbentuk sabit yang muncul pertama setelah ijtima’.
Pengertian ijtima’ merupakan konjungsi geosentris di mana posisi bumi dan bulan berada di antara bujur yang sama ketika diamati dari bumi sesaat setelah matahari terbenam. Demikian dilansir dari suara.com
Sedangkan hilal menurut bahasa, dilansir dari NU Online berasal dari tiga huruf ha-lam-lam, huruf ini sama dengan terbentuknya kata fi’il ha-la dan a-ha-la. Jadi menurut bahasa Arab, hilal adalah bulan sabit yang nampak pada awal bulan.

Ilustrasi hilal

                                                                                                                   Ilustrasi hilal


Dalam agama Islam, hilal dijadikan sebagai penentu perbedaan waktu dan menentukan kapan waktu yang tepat untuk beribadah kepada Allah SWT. Metode ini juga digunakan oleh Rasulullah dan para sahabat pada zaman dahulu untuk menentukan awal bulan dalam kalender islam.
Hal tersebut dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 189 yang artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah keistimewaan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebiasaabn itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu menjadi beruntung” (QS Al Baqarah:189).
Melalui pemahaman penggalan ayat tersebut dapat diketahui bahwa fenomena Hilal digunakan sebagai penentu waktu datangnya bulan baru (qamariyah) atau awal bulan (hijriyah) menjadi tolak ukur waktu mulainya peribadatan umat muslim di dunia, salah satunya penentuan awal mulainya ibadah puasa Ramadan.
Dari beberapa pengertian menurut Al-Qur’an, As-Sunnah dan ilmu sains, hilal atau bulan sabit akan nampak dengan cahaya yang terlihat dari bumi di awal bulan. Hal ini menandakan bahwa hilal muncul bukan hanya sekedar pemikiran atau dugaan yang dibuat oleh manusia.
Oleh sebab itu, jika bentuk atau cahayanya tidak nampak maka tidak disebut dengan hilal. Hal ini dijadikan sebagai penentu berakhirnya bulan dan datangnya bulan baru. (M)

Artikel ini telah dibaca 67 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Gerakan SIDoWaRaS MWC NU Tahunan: Bermula dari Data Terbitlah Dana

5 Juni 2023 - 10:42 WIB

Musyawarah Kerja MWCNU Nalumsari Tegaskan Sinergi Program Seluruh Banom

2 Juni 2023 - 16:04 WIB

Ida Lestari, S.H., M.H.Kabid Kebudayaan Disparta Jepara Buka Festival Memeden Gadhu ke 14 di Kepuk

2 Juni 2023 - 15:39 WIB

Satukan Komando, Satkoryon Banser Nalumsari Kumpulkan Para Komandan

2 Juni 2023 - 15:17 WIB

PC Muslimat NU Jepara Gelar Diklat Paralegal, Bentuk Pos Pengaduan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan

1 Juni 2023 - 08:51 WIB

Peserta Diklat Paralegal foto bersama di sela-sela kegiatan yang digelar di Gedung Ma'arif NU Jepara, 29 - 31 Mei 2023.

Apa Itu Ngaji Syuriyahan dan Siapa Penggeraknya di Jepara, Simak Penjelasannya

30 Mei 2023 - 00:24 WIB

Trending di Headline
%d blogger menyukai ini: