Menu

Mode Gelap
Ribuan Warga Ikuti Sepeda Santai Harlah NU ke-102 di Desa Bulungan Live : Muskercab Ke-3 PCNU Jepara Video Full : Resepsi Peringatan Hari Lahir ke-102 Nahdlatul Ulama Fenomena Minuman Keras di Jepara, Antara Wisata Halal dan Tantangan Regulasi Kisah Hidup Alex Komang, Putra Kiai NU yang Nekat Merantau ke Jakarta Untuk Menjadi Aktor

Kabar · 27 Sep 2022 14:42 WIB ·

Perayaan Maulid Nabi itu Ekspresi Cinta !! 


 Perayaan Maulid Nabi itu Ekspresi Cinta !!  Perbesar

Oleh Ustadz Hisyam Zamroni*

nujepara.or.id – Dua hari terakhir ini di masjid-masjid dan mushola semarak merayakan maulid Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW yang diikuti oleh kaum muslimin baik tua, muda maupun anak anak. Mereka menggunakan beragam cara dalam merayakan maulid Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW; ada yang membaca Barzanji, Diba, Simtuth Durar, Burdah dan lainnya sebagai sebuah sarana untuk menperbanyak sholawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW.

Lalu pertanyaannya adalah bidengahnya di mana? Kadang kita tak habis fikir mengapa ada yang begitu massif sistematis dan progresif dengan menggunakan dalil yang “berbusa busa” mengatakan bahwa merayakan maulid Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW adalah bidengah. Alasannya karena perayaan seperti itu tidak ada pada zaman Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW.

Pertanyaan berikutnya adalah mereka itu memaknai perayaan maulid Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW itu apa? Tampaknya, mereka yang tidak suka dan yang suka dengan perayaan maulid Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW berbeda pemahaman dan pensikapan. Mereka yang tidak suka terhadap perayaan maulid Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW membayangkan secara “tekstual” bahwa dulu pada zaman Nabi masih hidup tidak ada perayaan maulid. Sehingga suatu perbuatan yang tidak ada pada zaman Nabi maka dikatakan bidengah. 

Sebaliknya, mereka yang suka perayaan maulid Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW memaknai perayaan itu dengan makna “ekspresi cinta dan rindu” kepada Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW walau pun tidak pernah bertemu dengan kekasih Alloh SWT ini.

Nah, dari perbedaan pemaknaan dan pemahaman ini harus dikomunikasikan satu sama lain. Sehingga mereka yang tidak suka kepada perayaan maulid Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW paham dan mau memahami bahwa makna perayaan maulid bukan seperti yang dibayangkan yaitu sebuah perbuatan yang “asing” pada zaman Nabi sehingga pantas dilebeli bidengah. Akan tetapi harus dipahamkan bahwa perayaan maulid Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW adalah sebuah ekspresi cinta dan rindu.

Pada zaman sahabat ketika itu begitu cinta dan rindunya kepada Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW diekspresikan dengan cara bertabarruk melalui rambut, sisa air wudhu, keringat, cangkir, jubah  Rosulullah SAW. Bahkan betapa para sahabat ketika akan wafat begitu bahagia karena akan segera bertemu dengan kekasih hatinya yang sangat dirindu yaitu Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW. 

Cinta kasih dan rindu tersebut “diwarisi” oleh kaum muslimin sekarang yang masanya begitu jauh dengan kekasih hatinya yaitu Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW melalui ekspresi barzanjinan, diba’an, burdahan dan lainnya.

Metamorfosis cinta kasih dan rindu ini memang banyak yang salah memahami. Bahkan kurang bisa membedakan rasa cinta kasih rindu yang bertemu langsung dengan kekasih hatinya dan yang jarak waktunya jauh sekali dengan kekasihnya. 

Siapa pun yang melarang bahkan membidengahkan perasaan suka cinta dan rindu kepada Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW pada moment bulan maulid Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW maka hatinya tidak selembut daun sutra. 

Marilah kita rayakan bersama maulid Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW dengan bersuka ria bahagia. Sebagai tanda bahwa kita begitu cinta dan rindu kepada Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW.

*Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Jepara

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Ribuan Warga Ikuti Sepeda Santai Harlah NU ke-102 di Desa Bulungan

9 Februari 2025 - 18:37 WIB

Produsen Miras Jadi Sponsor Event, Pengkhianatan Komitmen Pemberantasan Miras di Jepara

6 Februari 2025 - 20:13 WIB

Fenomena Minuman Keras di Jepara, Antara Wisata Halal dan Tantangan Regulasi

5 Februari 2025 - 22:32 WIB

Munculnya Organisasi Berlabel NU, Aspirasi atau Fragmentasi?

3 Februari 2025 - 17:57 WIB

Kisah Hidup Alex Komang, Putra Kiai NU yang Nekat Merantau ke Jakarta Untuk Menjadi Aktor

30 Januari 2025 - 20:19 WIB

Nama 41 Tokoh yang Dilantik Jadi Pengawas dan Pengurus Yayasan RSU Anugerah Sehat Jepara, Berasal dari Berbagai Latar Belakang

27 Januari 2025 - 21:34 WIB

Trending di Kabar