
Iringan Pesta Baratan Ratu Kalinyamat di Desa Kriyan, Senin malam (21/03). foto: dok. GP Ansor Kriyan
nujepara.or.id – Sambut bulan suci Ramadhan dan menghormati malam Nisyfu Sya’ban, para pemuda di Desa Kriyan Kalinyamatan Jepara menggelar pesta Baratan dan arak-arakan Ratu Kalinyamat, Senin malam (21/03/2022).
Mengusung konsep “Pekan Budaya Desa Kriyan” pesta baratan yang diinisiasi oleh PR GP Ansor Kriyan ini digelar secara sederhana dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Bersama para pemuda Desa Kriyan, kegiatan berlangsung di Pelataran Masjid Al Makmur Kriyan.
Muhammad Hisyam Maliki selaku Ketua Panitia Pelaksana menjelaskan kegiatan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat memanfaatkan momentum di bulan Sya’ban dengan menebar welas asih, toleransi dan saling memaafkan. Hal ini dilakukan untuk membersihkan hati dari sifat-sifat buruk .
“Baratan ini berasal dari kata Barokatan yang artinya mengharap keberkahan di bulan Sya’ban, jadi supaya kita tidak lupa dengan peninggalan para leluhur, kita agendakan setiap tahun,” kata Hisyam kepada nujepara.or.id, Selasa (22/03/2022).
Acara baratan dimulai dengan titik pemberangkatan dari Masjid Al Makmur Kriyan. Kemudian, Ratu Kalinyamat yang diperankan oleh Choiru Nisa Wulandari diiring mengelilingi Desa Kriyan dan kembali ke Pelataran Masjid Al Makmur. Untuk tahun ini, kata Hisyam, konsep baratan yang diusung lebih ingin menampilkan benda-benda peninggalan Kerajaan Jepara di masa lampau.
“Di antaranya Masjid Al Makmur, Siti Hinggil, Watu Gilang, dan Toponimi lokasi yang menunjukkan keberadaan Kerajaan Kalinyamat, ini bisa menunjukkan eksistensi Kerajaan di Jepara,” sebutnya.
Adanya iringan Ratu Kalinyamat pada pesta baratan tahun ini cukup mengundang antusias masyarakat. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya digelar dengan selametan sederhana di Masjid Al Makmur Kriyan.
“Mengingat pada masa pandemi tersebut, terdapat pembatasan aktivitas masyarakat,” terangnya.
Pihaknya berharap kegiatan ini dapat memperkenalkan kepada generasi muda untuk lebih mencintai dan mengetahui tradisi yang ada di daerahnya. “Setidaknya, mereka diajak untuk nguri-nguri budaya peninggalan Kerajaan Jepara dan memahami peninggalan tersebut,” tambahnya. (syim)