Menu

Mode Gelap
Peduli Hutan Muria, Ratusan Siswa MTs dan MA Safinatul Huda Ikuti Matsama Bareng Perhutani NU Sorong Papua Kirimkan Santri ke Jepara, Salah Satunya Kuliah di UNISNU Dimakamkan di Mayong, Ini Kisah Raden Ayu Mas Semangkin Sang Senopati Perang Lereng Muria Rayakan 1 Muharram, NU Ranting Bulungan Gelar Doa Bersama Pawai Obor Warga NU Desa Bawu Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Momentum Perkuat Semangat Hijrah ke Arah Kebaikan

Esai · 21 Apr 2022 08:38 WIB ·

Spiritualitas RA Kartini : Relasi Sosial dan Kontekstualisasi Al Qur’an


 Ilustrasi RA Kartini dan ayat-ayat Alquran (dok.detiknews) Perbesar

Ilustrasi RA Kartini dan ayat-ayat Alquran (dok.detiknews)

Oleh: KH. Hisyam Zamroni

nujepara.or.id- Jepara memiliki sejarah ke-perempuan-an yang membanggakan, diawali dari Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan Raden Ajeng Kartini.

RA. Kartini memiliki darah inteltektual yang komplit yaitu dari jalur ayah melalui Bupati RM. A.A. Sosroningrat Bupati Jepara, RA. Kartini mewarisi intelektual sosial, budaya dan politik sedangkan dari jalur ibu yaitu Ibu Nyai Ngasirah, RA. Kartini mewarisi intelektual bidang agama yang mumpuni sehingga kecerdasan RA. Kartini secara inhern dan geneologis sudah menjadi pembawaannya.

Para sejarawan menulis RA. Kartini mayoritas lebih condong pada pendekatan “kebangsaan” dan relasi intelektual “sekuler” yang jarang sekali memahami RA. Kartini dari sisi spiritualitasnya yang justru dijadikan analisis dan pijakan oleh RA Kartini dalam memahami realitas dan kondisi sosial, ekonomi, budaya dan politiknya saat itu yang menjadi kritis dan tajam.

RA. Kartini dalam darahnya mengalir nasab seorang ulama yaitu dari pihak ibunya Ngasirah binti Kyai Madirono sehingga sejak kecil RA. Kartini bersama kakaknya RM. Sosrokartono sudah diantar mendapatkan pendidikan agama dari Simbah Abdul Qodir dan Istrinya di Mushalla Syaripan. RA. Kartini belajar membaca al Qur’an dengan Istri Simbah Abdul Qodir yang menjadi dasar intelektualnya dalam menelusuri pemahaman al Qur’an selanjutnya melalui gurunya ke dua yaitu Simbah Sholeh Darat Semarang.

Simbah Sholeh Darat Semarang adalah seorang ulama besar kelahiran Jepara yang memiliki santri terkenal alim allamah yaitu Mbah Yai Ahmad Dahlah pendiri Muhammadiyah, Mbah Yai Hadratusy Syech Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama dan RA. Kartini Penggerak Emansipasi Wanita Indonesia.

Pertemuan RA. Kartini dengan Simbah Sholeh Darat Semarang memberi kesan yang mendalam kepada gurunya karena tanpa terduga RA. Kartini memohon kepada Simbah Sholeh Darat Semarang untuk menterjemahkan al Qur’an ke dalam bahasa Jawa dengan alasan yang sangat rasional: bagaimana mungkin orang orang Islam bisa memahami al Qur’an jika tidak tahu dan paham arti dan maksudnya. Permohonan RA. Kartini dikabulkan oleh Simbah Sholeh Darat Semarang yang kemudian menulis tafsir yang terkenal dengan nama “Tafsir Faidhur Rohman”.

Ide Cerdas RA. Kartini dalam permohonannya kepada Simbah Sholeh Darat Semarang untuk menafsirkan al Qur’an dengan bahasa “pegon” Jawa ini adalah hasil dari dialektika antara teks dan konteks yaitu relasi antara al Qur’an dan realitas sosial yang menjadikan al Qur’an bisa “nyambung” dan “tersampaikan” kepada masyarakat melalui “bahasanya ibunya” sehingga masyarakat dapat melaksanakan dan mengamalkan isi al Qur’an dalam kehidupan sehari hari.

Dari kitab Tafsir Faidhur Rohman ini memberikan inspirasi besar pergerakan sosial, pendidikan, ekonomi, budaya dan politik yang ada pada diri RA Kartini dalam mendobrak “ke-akut-an” budaya yang “closed” dan pola pikir masyarakat dan bangsanya yang “terbelakang” yang beliau bingkai dalam satu visi yaitu “habis gelap, terbit lah terang” yang dalam al Qur’an termaktub jelas: “minadz-dzulumat ilan-nur”.

Kontekstualisasi RA. Kartini ini tidak hanya menjadi inspirasi “pergerakan” kemerdekaan dan kebangsaan yang bersamai terus menerus, melainkan juga menginspirasi proses “keberagamaan” yang diharapkan selalu kontekstual melalui “menafsir” al Qur’an yang terus menerus sesuai tantangan dan harapan masyarakat “lizamanin wa makanin” sehingga proses “keberagamaan” mampu menciptakan kebudayaan dan peradaban baru yang berkelanjutan.

Ahirnya, selamat hari Kartini.. semoga kita mampu meneruskan perjuangan beliau menjadikan Indonesia terlepas dari kegelapan menjadi bercahaya yang mempesona.

(KH. Hisyam Zamroni, Wakil Ketua Tanfizdiyah PCNU Jepara, tinggal di Desa Ngabul)

Artikel ini telah dibaca 4 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Peduli Hutan Muria, Ratusan Siswa MTs dan MA Safinatul Huda Ikuti Matsama Bareng Perhutani

19 Juli 2024 - 15:01 WIB

NU Sorong Papua Kirimkan Santri ke Jepara, Salah Satunya Kuliah di UNISNU

16 Juli 2024 - 16:16 WIB

Prihatin Pengguna Transportasi Umum Menurun, Mahasiswa Unisnu Ciptakan Aplikasi JETA

14 Juli 2024 - 22:46 WIB

Rayakan 1 Muharram, NU Ranting Bulungan Gelar Doa Bersama

10 Juli 2024 - 11:52 WIB

Pawai Obor Warga NU Desa Bawu Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Momentum Perkuat Semangat Hijrah ke Arah Kebaikan

10 Juli 2024 - 01:31 WIB

Peserta Pawai Obor Desa Bawu berjalan kaki menyambut Tahun Baru Islam 1446 H

YPM NU Jepara Boyong Empat Tropy Juara di Gebyar PAUD dan TPQ Tingkat Jateng

9 Juli 2024 - 09:41 WIB

Trending di Kabar