Menu

Mode Gelap
Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (25) NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 )

Kabar · 12 Sep 2022 06:17 WIB ·

Suluk Mantingan VI: Kartini Adalah Santri 


 Suluk Mantingan VI: Kartini Adalah Santri  Perbesar

nujepara.or.id- PC LESBUMI NU Jepara kembali menggelar Suluk Mantingan. Kali ini, diskusi itu mengetengahkan tema tentang Kartini dan santri.

Diskusi Suluk mantingan yang keenam bertepatan dengan peringatan Haul Raden Ajeng Kartini yang ke- 118. Salah satu narasumber, Zaenal Abidin, memaparkan bahwa untuk memahami pemikiran R.A. Kartini diperlukan kajian yang koheren atau menyeluruh, tidak bisa sepotong-sepotong. Tidak pula cukup membaca terjemahan surat-surat kartini yang dikirim kepada Ny. Abendanon ataupun kepada kawan-kawan kartini yang lain.

Menurutnya, ada beberapa buku yang dapat dijadikan sumber rujukan untuk mempelajari R.A Kartini. Di antara adalah “Kartini Sebuah Biografi” karya Sitisoemandari Soeroto, “Habis Gelap Terbitlah Terang’ karya Armijn Pane, “Tuhan & Agama Dalam Pergulatan Batin Kartini” karya Th. Sumartana, dan tentu Tafsir Al Qur’an monumental yang telah mengilhami pemikiran keIslaman Kartini, yaitu Kitab Tafsir Faidhur Rohman karya ulama besar Kiai Soleh Darat.

Zaenal menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemikiran tentang keIslaman yang dialami oleh R.A Kartini antara sebelum dan sesudah beliau bertemu Kiai Soleh Darat.

“Eyang Kartini adalah sosok perempuan yang tidak mau taklid buta”, kata Zaenal, 11 September 2022.

Hal ini bisa dilihat dari isi dari surat-surat beliau sebelum bertemu dengan Kyai Soleh Darat. Isinya, keresahan R.A Kartini tentang agama yang dipeluknya perlahan tercerahkan setelah beliau bertemu langsung dengan Kiai soleh Darat di Demak.

Beroleh bekal pengetahuan agama dari Kyai Soleh Darat, pemahaman kartini tentang keIslaman mulai berubah. Hal ini bisa dilihat dari kutipan terjemahan surat beliau kepada Ny. Abendanon pada tanggal 12 Oktober 1902. Dari pertemuan dengan Kiai Soleh Darat inilah pemikiran-pemikiran R.A Kartini tentang Islam mengalami transformasi.

“Sudut pandang Kartini sebagai santri inilah yang belum banyak dikaji oleh para akademisi atau peneliti. Lesbumi harus mampu mengawal kajian tersebut kalau perlu cari literaturnya sampai ke Belanda,” jelas Zaenal.

Sementara itu, narasumber yang lain, Dr. Mayadina Rohmi Musfiroh, berpendapat, jika ingin menyimpulkan bahwa kartini adalah santri, maka kita harus tahu dulu definisi dan batasan santri. Kalau santri dimaknai sebagai seorang yang mempelajari literasi untuk memperdalam ilmu keagamaannya, maka kartini adalah salah satunya.

Dosen Qur’an studies dari UNISNU Jepara ini lantas melanjutkan bahwa Kartini adalah sosok multidimensi. Ia manusia penuh gagasan sebagai refleksi atas pembacaannya terhadap realitas sosial dan budaya di sekitarnya. Kartini sebagai persona tak bisa dipahami sepenggal-parsial namun penting menilik keseluruhan rangkaian perjalanan hidup serta sisik melik berbagai  situasi dan peristiwa yang menjadi konteks dan inspirasi tulisan kritisnya, agar kita mendapat gambar ‘mendekati’ utuh tentang ‘esensi’ Kartini.  (Kurnia Widi Tetuko/Qih)

Artikel ini telah dibaca 136 kali

Baca Lainnya

Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (25)

5 April 2024 - 15:18 WIB

Kiai Hisyam Zamroni (Wakil Ketua PCNU Jepara), Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat.

Tidak Pandang Suku, Agama dan Ras, NUPB Jepara Siap Bantu Korban Bencana

31 Maret 2024 - 21:57 WIB

NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang

20 Maret 2024 - 19:56 WIB

Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan?

19 Maret 2024 - 13:50 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (2)

18 Maret 2024 - 23:03 WIB

Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!!

16 Maret 2024 - 23:52 WIB

Trending di Kabar