Menu

Mode Gelap
Peduli Hutan Muria, Ratusan Siswa MTs dan MA Safinatul Huda Ikuti Matsama Bareng Perhutani NU Sorong Papua Kirimkan Santri ke Jepara, Salah Satunya Kuliah di UNISNU Dimakamkan di Mayong, Ini Kisah Raden Ayu Mas Semangkin Sang Senopati Perang Lereng Muria Rayakan 1 Muharram, NU Ranting Bulungan Gelar Doa Bersama Pawai Obor Warga NU Desa Bawu Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Momentum Perkuat Semangat Hijrah ke Arah Kebaikan

Kabar · 6 Nov 2017 14:12 WIB ·

Tradisi Keilmuan Bisa Dorong Kebangkitan Islam


 Tradisi  Keilmuan Bisa Dorong Kebangkitan Islam Perbesar

JEPARA – Kalangan akademis di negara-negara Barat di Eropa, termasuk di Jerman, menjadikan kajian keislaman dari berbagai sudut pandang sebagain bahan riset yang seksi. Objek kajian tak hanya yang bersifat doktrin tentang Islam, namun juga secara dinamis meneliti tentang muslim. Kemajuan teknologi informasi memberi ruang para peneliti di Barat tak hanya mengkaji dari literatur-literatur induk, namun juga melalui beragam media yang “memotret” corak keislaman berbagai negara.
Hal itu dikemukakan Syafiq Hasyim PhD dari Freie Universitaet, Berlin, Jerman saat menjadi narasumber dalam seminar nasional dan kajian keislaman yang diselenggarakan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepar di lantai 3 kampus setempat, Minggu (5/11). Seminar bertema Isu-isu Aktual dalam Kajian Keislaman (Pandangan Barat terhadap Islam) tersebut dibuka Dekan FSH Unisnu Mayadina Rohma Musfiroh.
“Di banyak universitas di Barat ada yang secara khusus mengkaji keislaman. Tapi jika tak ada secara khusus, islamic studies masuknya di satu departemen, yaitu religious studies. Disitu ada banyak kajian agama,” kata Syafiq  yang asli kelahiran Desa Ngeling Kecamatan Pecangaan, Jepara.
Risest di Barat, termasuk keislaman sangat didukung negara. “Jika di Indonesia anggaran riset masih nol koma sekian persen dari gross domestic product (GDP), maka di Jerman misalnya sudah empat persen dari GDP. Di sini, riset kesanya masih menjadi barang mewah dan kurang mendapatkan apresiasi dan dukungan,” lanjut dia.
Riset-riset kontemporer yang sedang dilakukan di Barat saat ini adalah seputar radikalisme dalam agama-agama, termasuk Islam.  Riset yang sedang aktual saat ini adalah tentang Alquran. Ada manuskrip Alquran yang tulisannya tanpa titik dan menjadi objek penelitian. Selain itu, yang bersifat empiris adalah perilaku umat Islam, termasuk fenomena banyaknya penduduk Timur Tengah yang bermigrasi ke negara-negara Barat. Saat terjadi konflik di Syuriah  misalnya, ada sekitar 800 ribu emigran muslim negara itu yang diterima Jerman. Sebelumnya, tiap  tahun ada 250 ribu penduduk negara-negara Timur Tengah yang masuk ke  Eropa. “Motovasi emigran muslim, bagaimana perilakunya saat berada di Barat, kerap menjadi objek penelitian. Banyak di antara mereka yang hidupnnyadi Barat, namun masih tetap mengikuti pengajian secara virtual melalui imam-imam dari negaranya,” ungkap Syafiq.
Keseriusan Barat dalam meriset Islam dan keislaman pemeluknya, kata dia bisa dibuktikan dari banyaknya literatur tradisi keilmuan dalam Islam yang berbahasa Barat, bahkan lebih banyak dibanding yang berbahasa Arab.
Tradisi riset seperti itu yang justru kurang bergeliat di negara-negara Islam, meski sejarah peradaban mencatat sebelum kebangkitan di Barat, dunia Islam lebih dulu maju setelah era Yunani kuno. “Ini pekerjaan di Islam sendiri, mengapa setelah era keemasan itu tumbang, belum segera bangkit. Kita bisa lihat bagaimana kebangkitan di Barat seperti aufklarung di Jerman, revolusi industri di Inggris, revolusi Prancis, juga renaissance. Islam dan tradisi keislaman di Indonesia bisa menata ini. Gagasan Islam Nusantara oleh NU misalnya, bisa menjadi pintu masuk bagaimana kultur moderasi di Islam bisa menepis isu-isu miring soal Islam di benak Barat,” kata Syafiq.
Dalam kesempatan itu Syafiq mendorong ratusan mahasiswa yang ikut seminar untuk menjadi bagian dari agen perubahan, Secara sosial, nahdliyyin harus siap dalam dua hal, yaitu secaramental dan tehnik siap dengan modernitas. Bahwa kultur di NU secara pemikiran terbuka sudah, namun bagaimana menguasai ilmu-ilmu exact juga sangat penting. Tradisi-tradisi riset yang berkualitas bisa ditumbuhkembangkan untuk mendorong kebangkiatn di kalangan Islam. (ms)

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Peduli Hutan Muria, Ratusan Siswa MTs dan MA Safinatul Huda Ikuti Matsama Bareng Perhutani

19 Juli 2024 - 15:01 WIB

NU Sorong Papua Kirimkan Santri ke Jepara, Salah Satunya Kuliah di UNISNU

16 Juli 2024 - 16:16 WIB

Prihatin Pengguna Transportasi Umum Menurun, Mahasiswa Unisnu Ciptakan Aplikasi JETA

14 Juli 2024 - 22:46 WIB

Rayakan 1 Muharram, NU Ranting Bulungan Gelar Doa Bersama

10 Juli 2024 - 11:52 WIB

Pawai Obor Warga NU Desa Bawu Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Momentum Perkuat Semangat Hijrah ke Arah Kebaikan

10 Juli 2024 - 01:31 WIB

Peserta Pawai Obor Desa Bawu berjalan kaki menyambut Tahun Baru Islam 1446 H

YPM NU Jepara Boyong Empat Tropy Juara di Gebyar PAUD dan TPQ Tingkat Jateng

9 Juli 2024 - 09:41 WIB

Trending di Kabar