Menu

Mode Gelap
Bronze Medal Diraih Mahasiswa UNISNU Jepara pada Japan Design, Idea & Invention Expo 2025 Mahasiswa UNISNU Sabet 2 Emas, Perak dan Perunggu pada Indonesia Challenge Taekwondo Championship 2025 Kemenpora RI Jelajah Turots Nusantara akan Dimulai dari Masjid Menara Kudus Workshop Public Speaking Pungkasi Rangkaian Harlah Muslimat NU Cabang Jepara ke-79, Diproyeksikan Tingkatkan Kualitas Kader Majelis An-Nahdloh Gus Nasrul, Himpun Kurban dari Luar Daerah Dibagikan di Jepara

Kabar · 6 Nov 2017 14:12 WIB ·

Tradisi Keilmuan Bisa Dorong Kebangkitan Islam


 Tradisi  Keilmuan Bisa Dorong Kebangkitan Islam Perbesar

JEPARA – Kalangan akademis di negara-negara Barat di Eropa, termasuk di Jerman, menjadikan kajian keislaman dari berbagai sudut pandang sebagain bahan riset yang seksi. Objek kajian tak hanya yang bersifat doktrin tentang Islam, namun juga secara dinamis meneliti tentang muslim. Kemajuan teknologi informasi memberi ruang para peneliti di Barat tak hanya mengkaji dari literatur-literatur induk, namun juga melalui beragam media yang “memotret” corak keislaman berbagai negara.
Hal itu dikemukakan Syafiq Hasyim PhD dari Freie Universitaet, Berlin, Jerman saat menjadi narasumber dalam seminar nasional dan kajian keislaman yang diselenggarakan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepar di lantai 3 kampus setempat, Minggu (5/11). Seminar bertema Isu-isu Aktual dalam Kajian Keislaman (Pandangan Barat terhadap Islam) tersebut dibuka Dekan FSH Unisnu Mayadina Rohma Musfiroh.
“Di banyak universitas di Barat ada yang secara khusus mengkaji keislaman. Tapi jika tak ada secara khusus, islamic studies masuknya di satu departemen, yaitu religious studies. Disitu ada banyak kajian agama,” kata Syafiq  yang asli kelahiran Desa Ngeling Kecamatan Pecangaan, Jepara.
Risest di Barat, termasuk keislaman sangat didukung negara. “Jika di Indonesia anggaran riset masih nol koma sekian persen dari gross domestic product (GDP), maka di Jerman misalnya sudah empat persen dari GDP. Di sini, riset kesanya masih menjadi barang mewah dan kurang mendapatkan apresiasi dan dukungan,” lanjut dia.
Riset-riset kontemporer yang sedang dilakukan di Barat saat ini adalah seputar radikalisme dalam agama-agama, termasuk Islam.  Riset yang sedang aktual saat ini adalah tentang Alquran. Ada manuskrip Alquran yang tulisannya tanpa titik dan menjadi objek penelitian. Selain itu, yang bersifat empiris adalah perilaku umat Islam, termasuk fenomena banyaknya penduduk Timur Tengah yang bermigrasi ke negara-negara Barat. Saat terjadi konflik di Syuriah  misalnya, ada sekitar 800 ribu emigran muslim negara itu yang diterima Jerman. Sebelumnya, tiap  tahun ada 250 ribu penduduk negara-negara Timur Tengah yang masuk ke  Eropa. “Motovasi emigran muslim, bagaimana perilakunya saat berada di Barat, kerap menjadi objek penelitian. Banyak di antara mereka yang hidupnnyadi Barat, namun masih tetap mengikuti pengajian secara virtual melalui imam-imam dari negaranya,” ungkap Syafiq.
Keseriusan Barat dalam meriset Islam dan keislaman pemeluknya, kata dia bisa dibuktikan dari banyaknya literatur tradisi keilmuan dalam Islam yang berbahasa Barat, bahkan lebih banyak dibanding yang berbahasa Arab.
Tradisi riset seperti itu yang justru kurang bergeliat di negara-negara Islam, meski sejarah peradaban mencatat sebelum kebangkitan di Barat, dunia Islam lebih dulu maju setelah era Yunani kuno. “Ini pekerjaan di Islam sendiri, mengapa setelah era keemasan itu tumbang, belum segera bangkit. Kita bisa lihat bagaimana kebangkitan di Barat seperti aufklarung di Jerman, revolusi industri di Inggris, revolusi Prancis, juga renaissance. Islam dan tradisi keislaman di Indonesia bisa menata ini. Gagasan Islam Nusantara oleh NU misalnya, bisa menjadi pintu masuk bagaimana kultur moderasi di Islam bisa menepis isu-isu miring soal Islam di benak Barat,” kata Syafiq.
Dalam kesempatan itu Syafiq mendorong ratusan mahasiswa yang ikut seminar untuk menjadi bagian dari agen perubahan, Secara sosial, nahdliyyin harus siap dalam dua hal, yaitu secaramental dan tehnik siap dengan modernitas. Bahwa kultur di NU secara pemikiran terbuka sudah, namun bagaimana menguasai ilmu-ilmu exact juga sangat penting. Tradisi-tradisi riset yang berkualitas bisa ditumbuhkembangkan untuk mendorong kebangkiatn di kalangan Islam. (ms)

Artikel ini telah dibaca 17 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Bronze Medal Diraih Mahasiswa UNISNU Jepara pada Japan Design, Idea & Invention Expo 2025

7 Juli 2025 - 19:58 WIB

Mahasiswa UNISNU Sabet 2 Emas, Perak dan Perunggu pada Indonesia Challenge Taekwondo Championship 2025 Kemenpora RI

6 Juli 2025 - 13:14 WIB

Jelajah Turots Nusantara akan Dimulai dari Masjid Menara Kudus

5 Juli 2025 - 17:39 WIB

Workshop Public Speaking Pungkasi Rangkaian Harlah Muslimat NU Cabang Jepara ke-79, Diproyeksikan Tingkatkan Kualitas Kader

30 Juni 2025 - 20:50 WIB

Suasana Workshop Public Speaking Muslimat NU Jepara yang digelar di Mutia Vie Cafe & Resto, Senenan, Tahunan, Jepara, Sabtu (28/6/2025).

Ranting NU Demangan Catatkan Sejarah, Lantik Tiga Banom Sekaligus dalam Acara Lailatul Ijtima’

27 Juni 2025 - 11:45 WIB

Majelis An-Nahdloh Gus Nasrul, Himpun Kurban dari Luar Daerah Dibagikan di Jepara

12 Juni 2025 - 09:54 WIB

Suasana penyembelihan hewan kurban Iduladha 1446 H di Majelis An-Nahdhoh Balekambang Jepara.
Trending di Kabar