Menu

Mode Gelap
Romantisnya Hubungan NU dan Ba’alawi di Jepara, Pondasinya Dibangun Keturunan Habib Pengikut Pangeran Diponegoro Resmi Dilantik, Ini Daftar Pengurus PWNU Jateng Masa Khidmat 2024 – 2029 Peduli Hutan Muria, Ratusan Siswa MTs dan MA Safinatul Huda Ikuti Matsama Bareng Perhutani NU Sorong Papua Kirimkan Santri ke Jepara, Salah Satunya Kuliah di UNISNU Dimakamkan di Mayong, Ini Kisah Raden Ayu Mas Semangkin Sang Senopati Perang Lereng Muria

Esai · 3 Apr 2022 15:30 WIB ·

Tradisi Ngaji Posonan dan Makna Baru untuk Menjawab Tantangan Zaman 


 Tradisi Ngaji Posonan dan Makna Baru untuk Menjawab Tantangan Zaman  Perbesar

nujepara.or.id – Salah satu sisi menarik yang ada pada bulan Ramadhan adalah tradisi ngaji posonan di pondok pesantren di Nusantara. Ngaji posonan adalah model pendidikan khas di Indonesia, yang diikuti oleh para santri dari berbagai penjuru selama bulan ramadhan. Santri posonan yang berasal dari berbagai penjuru dengan sengaja mendatangi pondok pondok pesantren untuk mengaji khazanah keilmuan Islam yang tertulis dalam berbagai literatur kitab kuning. Baik di bidang tafsir, hadist, fiqh, ushul fiqh, tasawuf, politik dan lainnya.                                                       

Tradisi ngaji posonan yang sudah berjalan ratusan tahun di Nusantara tak hanya menjadi “pola unik pendidikan” praktis untuk memberikan pemahaman lebih kepada santri terkait literatur kitab kuning, namun lebih dari itu juga merupakan laku tabarrukan dan nyadong berkah lewat face to face dengan poro kyai. Terkandung di dalamnya juga proses khataman hingga ijazahan.

Ada relasi yang kuat antara kiai – kitab kuning dan santri dalam tradisi ini. Relasi ini penting agar mata rantai sanad keilmuan tetap tersambung dan tidak putus di tengah jalan.

Ngaji posonan juga merupakan bentuk dari pemahaman hermeneutika di mana teks (kitab kuning) yang ditulis oleh mushonnif pada zaman dulu tetap bisa dimaknai ulang baik secara tekstual maupun  kontekstual sesuai kondisi terkini.

Ada proses reproduksi “makna baru” dari kitab kitab kuning  yang ditulis ratusan tahun lalu lewat tradisi ngaji posonan. Proses pemaknaan baru ini penting untuk menjawab tantangan zaman dengan berbagai kompleksitas permasalahannya.

Tradisi ngaji posonan ini juga unik dan tidak bisa ditiru. Sejumlah kalangan pernah berusaha menduplikasi tradisi ngaji posonan namun gagal. Salah satu contohnya semisal pesantren kilat. Sejarah mencatat pesantren kilat hanya seumur jagung.  Mengapa pesantren kilat tidak berumur lama? Karena pesantren kilat tidak memiliki “ruh” sebagaimana tradisi ngaji posonan yaitu relasi hermeneutika yang sangat kuat dan produktif  antara  kyai – kitab kuning – santri.

Kita sebagai anak bangsa Indonesia harus bangga. Sebab ada berbagai tradisi unik dan positif selama Ramadhan yang bisa dimaksimalkan untuk menjawab tantangan zaman. Mari kita tapaki proses berpuasa ramadhan dengan semangat ibadah. Baik ibadah hati, fikir dan laku. Semoga ibadah puasa kita mendapatkan ridha, izin, dan bimbingan dari Gusti Allah SWT.

 

Kiai Hisyam Zamroni 
*Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Jepara

Artikel ini telah dibaca 21 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mbah Makmun Balekambang Buka Acara Rutin Idaroh Syu’biyyah Jatman

30 Agustus 2024 - 06:48 WIB

Mbah Makmun Balekambang Membuka Acara Rutin Idaroh Syu'biyyah Jatman Kab. Jepara

Dilakukan Konservasi Cagar Budaya Makam Mantingan

27 Agustus 2024 - 08:49 WIB

Konservasi gapura dan pagar Mamakm mantingan oleh BPK X jawa Tenga DIY.

Pilkada, PCNU Jepara Serukan Cermati Man Wara’a dan Maa Wara’a

24 Agustus 2024 - 11:24 WIB

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jepara KH. Zaenuri Toha menyerukan kepada warga nahdliyyin agar mencermati "man wara'a" dan "maa wara'a" setiap pasangan calon bupati dan calon wakil bupati.

Gali Potensi Kreativitas Anak, KKN Unisnu Dampingi Pembuatan Ecoprint Teknik Pounding di SD Negeri 3 Dudakawu

19 Agustus 2024 - 08:46 WIB

Kemerdekaan RI dan Imajinasi Kolektif Rakyat

17 Agustus 2024 - 11:35 WIB

Upacara HUT ke-79 Ri, Sabtu (17/8/2024) di Lapangan Tahunan Jepara.

Romantisnya Hubungan NU dan Ba’alawi di Jepara, Pondasinya Dibangun Keturunan Habib Pengikut Pangeran Diponegoro

15 Agustus 2024 - 01:53 WIB

Katib Syuriah PCNU Jepara Kiai M Nasrullah Huda, Sekretaris Tanfidziyah PCNU Jepara Kiai Ahmad Sahil berfoto bersama dengan Rois Syuriah dan Ketua Tanfidziyah MWC NU Nalumsari periode 2023 - 2028, Kiai Nurkhan dan Habib Sholeh usai kegiatan konferensi yang digelar Sabtu (18/2/2023).
Trending di Hujjah Aswaja