Menu

Mode Gelap
Peduli Hutan Muria, Ratusan Siswa MTs dan MA Safinatul Huda Ikuti Matsama Bareng Perhutani NU Sorong Papua Kirimkan Santri ke Jepara, Salah Satunya Kuliah di UNISNU Dimakamkan di Mayong, Ini Kisah Raden Ayu Mas Semangkin Sang Senopati Perang Lereng Muria Rayakan 1 Muharram, NU Ranting Bulungan Gelar Doa Bersama Pawai Obor Warga NU Desa Bawu Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Momentum Perkuat Semangat Hijrah ke Arah Kebaikan

Esai · 3 Apr 2022 15:30 WIB ·

Tradisi Ngaji Posonan dan Makna Baru untuk Menjawab Tantangan Zaman 


 Tradisi Ngaji Posonan dan Makna Baru untuk Menjawab Tantangan Zaman  Perbesar

nujepara.or.id – Salah satu sisi menarik yang ada pada bulan Ramadhan adalah tradisi ngaji posonan di pondok pesantren di Nusantara. Ngaji posonan adalah model pendidikan khas di Indonesia, yang diikuti oleh para santri dari berbagai penjuru selama bulan ramadhan. Santri posonan yang berasal dari berbagai penjuru dengan sengaja mendatangi pondok pondok pesantren untuk mengaji khazanah keilmuan Islam yang tertulis dalam berbagai literatur kitab kuning. Baik di bidang tafsir, hadist, fiqh, ushul fiqh, tasawuf, politik dan lainnya.                                                       

Tradisi ngaji posonan yang sudah berjalan ratusan tahun di Nusantara tak hanya menjadi “pola unik pendidikan” praktis untuk memberikan pemahaman lebih kepada santri terkait literatur kitab kuning, namun lebih dari itu juga merupakan laku tabarrukan dan nyadong berkah lewat face to face dengan poro kyai. Terkandung di dalamnya juga proses khataman hingga ijazahan.

Ada relasi yang kuat antara kiai – kitab kuning dan santri dalam tradisi ini. Relasi ini penting agar mata rantai sanad keilmuan tetap tersambung dan tidak putus di tengah jalan.

Ngaji posonan juga merupakan bentuk dari pemahaman hermeneutika di mana teks (kitab kuning) yang ditulis oleh mushonnif pada zaman dulu tetap bisa dimaknai ulang baik secara tekstual maupun  kontekstual sesuai kondisi terkini.

Ada proses reproduksi “makna baru” dari kitab kitab kuning  yang ditulis ratusan tahun lalu lewat tradisi ngaji posonan. Proses pemaknaan baru ini penting untuk menjawab tantangan zaman dengan berbagai kompleksitas permasalahannya.

Tradisi ngaji posonan ini juga unik dan tidak bisa ditiru. Sejumlah kalangan pernah berusaha menduplikasi tradisi ngaji posonan namun gagal. Salah satu contohnya semisal pesantren kilat. Sejarah mencatat pesantren kilat hanya seumur jagung.  Mengapa pesantren kilat tidak berumur lama? Karena pesantren kilat tidak memiliki “ruh” sebagaimana tradisi ngaji posonan yaitu relasi hermeneutika yang sangat kuat dan produktif  antara  kyai – kitab kuning – santri.

Kita sebagai anak bangsa Indonesia harus bangga. Sebab ada berbagai tradisi unik dan positif selama Ramadhan yang bisa dimaksimalkan untuk menjawab tantangan zaman. Mari kita tapaki proses berpuasa ramadhan dengan semangat ibadah. Baik ibadah hati, fikir dan laku. Semoga ibadah puasa kita mendapatkan ridha, izin, dan bimbingan dari Gusti Allah SWT.

 

Kiai Hisyam Zamroni 
*Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Jepara

Artikel ini telah dibaca 7 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Peduli Hutan Muria, Ratusan Siswa MTs dan MA Safinatul Huda Ikuti Matsama Bareng Perhutani

19 Juli 2024 - 15:01 WIB

NU Sorong Papua Kirimkan Santri ke Jepara, Salah Satunya Kuliah di UNISNU

16 Juli 2024 - 16:16 WIB

Prihatin Pengguna Transportasi Umum Menurun, Mahasiswa Unisnu Ciptakan Aplikasi JETA

14 Juli 2024 - 22:46 WIB

Rayakan 1 Muharram, NU Ranting Bulungan Gelar Doa Bersama

10 Juli 2024 - 11:52 WIB

Pawai Obor Warga NU Desa Bawu Sambut Tahun Baru 1446 Hijriyah, Momentum Perkuat Semangat Hijrah ke Arah Kebaikan

10 Juli 2024 - 01:31 WIB

Peserta Pawai Obor Desa Bawu berjalan kaki menyambut Tahun Baru Islam 1446 H

YPM NU Jepara Boyong Empat Tropy Juara di Gebyar PAUD dan TPQ Tingkat Jateng

9 Juli 2024 - 09:41 WIB

Trending di Kabar