JEPARA – Kelompok Perempuan Cahaya Mandiri Desa Dermolo Kembang dan Suku Dayak Losarang Indramayu melakukan kunjungan belajar inklusi di Plajan, Pakis Aji, Jumat, 22/4. Kegiatan ini difasilitasi oleh Pengurus Cabang Lembaga Kajian dan Pengembangan Manusia NU (PC Lakpesdam NU) Kabupaten Jepara yang bertujuan untuk saling bertukar pengalaman tentang penanaman nilai-nilai keragaman budaya.
Ketua PC Lakpesdam NU Jepara, Ahmad Sahil, dalam sambutan acara tersebut menekankan bahwa saat ini prinsip toleransi antar umat beragama sangat diperlukan untuk menghindari konflik yang disebabkan oleh perbedaan keyakinan. “Semoga dengan agenda belajar kunjungan inklusi ini, kita bisa menambah wawasan dan pembelajaran tentang arti kemajemukan. Kita berharap perbedaan dalam bentuk apapun, baik agama, budaya, maupun etnis, tidak menjadikan penghambat untuk saling menghargai dan menghormati,” kata Gus Sahil.
Desa Plajan dipilih sebagai tempat kunjungan karena mempunyai kultur masyarakat yang heterogen dan terdiri dari berbagai macam agama, seperti Islam, Hindu, dan Kristen. Uniknya, mereka mampu hidup berdampingan secara harmonis. Hal ini tidak lepas dari peran aparat pemerintah desa yang selalu melibatkan warganya dalam setiap perumusan kebijakan yang bersifat publik.
“Pemeluk Islam di Plajan ada 7.223 orang, Kristen 37 orang, dan Hindu 789 orang. Untuk mencegah konflik, pemerintah desa berusaha melibatkan seluruh golongan dalam setiap kebijakan yang akan diambil. Kami duduk bersama, dialog, kira-kira apa saja yang perlu kita kerjakan bersama,” kata Priyatin, Petinggi Plajan.
Dalam acara tersebut, masing-masing perwakilan tokoh lintas agama di desa Plajan memberikan pandangannya mengenai pentingnya makna multikulturalisme dan kebhinekaan. Tupomo selaku perwakilan tokoh agama Islam berpandangan bahwa keyakinan agama seseorang tidak bisa dipaksakan, sebab berkaitan dengan hati dan petunjuk Tuhan. “Bagi umat Islam, agama adalah hidayah. Itu adalah hak prerogatif Allah. Sampai kini, kami tidak curiga terhadap agama Hindu dan Kristen karena mereka juga bersikap baik kepada kami,” ujarnya.
Berbeda dengan Islam, agama Hindu memegang teguh ajaran memanusiakan manusia dan mempercayai Karmapala. “Jika kita memaksakan orang lain untuk ikut agama kita, itu bertentangan dengan ajaran Hindu, karena kami mengusung humanisme. Di Hindu juga ada konsep karmapala, yaitu setiap perbuatan baik maupun buruk pasti akan kembali pada diri kita. Jika saya memaksakan agama Hindu untuk dianut orang lain, pasti agama lain juga akan bertindak yang sama. Makanya, masing-masing agama harus saling instropeksi dari dalam,” kata Mulyadi, Sekretaris Parisada Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Jepara.
Hal senada juga diungkapkan Pdt. Sumihar Tambunan dari perwakilan tokoh agama Kristen. “Saya berterima kasih kepada pemerintah desa Plajan dan seluruh masyarakat. Meskipun kami termasuk golongan minoritas, tapi selalu dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan.”
Acara ini juga dihadiri oleh tokoh lintas agama desa Plajan, Lakpesdam Indramayu, Perangkat Desa Krimun Kecamatan Losarang Indramayu, IPNU-IPPNU, Karang Taruna Desa Dermolo, dan Perangkat Desa Dermolo Kembang Jepara. Peserta juga diajak berkeliling ke kawasan Gong Perdamaian Dunia di desa Plajan sebagai simbol kerukunan yang sudah diakui oleh 202 Negara yang ada di dunia.