Menu

Mode Gelap
Kyai Mukhammad Siroj: Sosok Pendidik, Pengabdi dan Teladan Sehidup Semati Sorban Kiai Hijau dan Tali Tambang, Ini Makna Logo Harlah Ke-102 NU, Bisa Diunduh di Sini Jadwal Puasa Rajab 1446 H/2025, Beserta Niat dan Caranya Mahasiswa PAI UNISNU ikuti Kuliah Komparasi Aswaja Komunitas Muslim di Negeri Beruang Merah, bareng Dr. Amy dari PCINU Federasi Rusia Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

Headline · 21 Apr 2023 01:08 WIB ·

WNA Pesta Miras, Keterkejutan Budaya dan Bom Waktu Ekosistem Industri Jepara


 Tangkapan layar video viral aktivitas makan bersama disertai minum miras WNA dan karyawan perempuan salah satu pabrik di Jepara. Perbesar

Tangkapan layar video viral aktivitas makan bersama disertai minum miras WNA dan karyawan perempuan salah satu pabrik di Jepara.

Oleh Dr. Muh Khamdan, MA.Hum*

nujepara.or.id – Viral tersebar sebuah video singkat yang mempertontonkan aktivitas Warga Negara Asing (WNA) bersama sejumlah pegawai pabrik di Jepara, merayakan sesuatu sembari meminum minuman keras. Sontak video itu menyulut reaksi dari sebagian besar masyarakat Jepara yang sedang menjalani ibadah puasa Ramadhan.

Video tersebut seolah membuka kotak pandora atas sejumlah persoalan menyangkut relasi buruh, pabrik, dan perubahan sosial masyarakat Jepara.
Industrialisasi yang diiringi migrasi penduduk dari satu daerah ke daerah lain, seringkali menjadi sebab konflik sosial.

Satu hal yang tak bisa dihindari dalam proses industrialisasi di manapun terjadi adalah culture shock atau keterkejutan budaya. Masyarakat Jepara yang dikenal religius, secara tiba-tiba menghadapi budaya baru pengabaian nilai keagamaan.

Fenomena buruh pabrik garmen yang tidak puasa Ramadhan misalnya, tersebar di wilayah Jepara bagian Selatan. Realitas itu ditandai dengan ramainya warung dan rumah makan yang diserbu para buruh saat jam makan siang. Belum lagi jam kerja pabrik yang berjalan seperti bulan-bulan biasa, seolah pabrik dengan investasi dari WNA itu tidak memberikan rasa hormat pada masyarakat Jepara atas bulan Ramadhan. 

Sebagai buruh jelas tidak memiliki otonomisasi atas pekerjaan. Jam kerja seperti bulan-bulan biasa, diperparah dengan “imingan” lembur. Tak heran jika suasana cuti bersama Ramadhan yang mestinya dirayakan oleh kaum muslim, justru diganjar resiko potong gaji maupun konsekuensi ketenagakerjaan lain jika tidak patuh atas jam masuk kerja.

Realitas demikian tak bisa hanya menjadi tontonan tetapi perlu penyikapan serius untuk menjaga hak-hak buruh dan penjagaan atas kearifan lokal masyarakat Jepara.

Sebagai bom waktu, masyarakat Jepara seolah tak lagi menjadi tuan di kampungnya sendiri. Benturan nilai-nilai yang ada seolah menyadarkan bahwa investor dan pengusaha sudah berjasa memberikan pekerjaan sehingga tak boleh atau tak bisa diganggu.

Puncaknya, video pesta minuman keras menjadi tamparan serius. Patut diduga bahwa WNA sudah melakukan pelanggaran atas Peraturan Daerah (Perda) Minuman Keras, termasuk menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Kesadaran masyarakat menjadi momentum untuk meningkatkan pengawasan orang asing terkait pelanggaran izin tinggal terbatas atau ijin tinggal kunjungan di Jepara.

Sudah sangat jelas bahwa kebijakan pemberian visa atau ijin tinggal bagi WNA di Indonesia menganut asas kebijakan selektif. Artinya, izin tinggal hanya diberikan bagi orang asing yang memberi manfaat dan tidak mengganggu keamanan serta ketertiban umum.

Manakala terjadi hal-hal yang meresahkan dan berpotensi menimbulkan gesekan konflik sosial, maka patut diduga telah terjadi pelanggaran administrasi maupun pidana keimigrasian.

Kepedulian masyarakat adalah kunci sebelum “bom waktu” benar-benar meledak atas efek negatif industrialisasi melalui pabrik asing di Jepara.

Semua pihak harus mau dan mampu menjaga ekosistem industri di Jepara, tentunya dengan tetap saling mengawasi dan saling ingat mengingatkan untuk kebaikan. Semoga kembali kepada fitrah pasca-Ramadhan, juga beriringan dengan kembali pada fitrah industri yaitu memanusiakan manusia sesuai harkat martabat kemanusiaannya.

*Kader Muda NU Nalumsari, Doktor Studi Perdamaian UIN Jakarta

Artikel ini telah dibaca 89 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Peringatan Harlah NU Ke-102, MWC NU Kedung Jepara Gelar Khitan Massal dan Kegiatan Religi

17 Januari 2025 - 13:48 WIB

Harlah NU dan Haul Gus Dur Digelar Bersama, PCNU Jepara Ajak Teladani Para Pejuang NU

16 Januari 2025 - 07:32 WIB

IPNU-IPPNU Ranting Pekalongan Gelar Festival Rebana Tradisional Ke- 2, Ini Daftar Juaranya

11 Januari 2025 - 23:52 WIB

Sorban Kiai Hijau dan Tali Tambang, Ini Makna Logo Harlah Ke-102 NU, Bisa Diunduh di Sini

8 Januari 2025 - 06:11 WIB

Logo Harlah Ke-102 NU.

Jadwal Puasa Rajab 1446 H/2025, Beserta Niat dan Caranya

31 Desember 2024 - 07:14 WIB

ILUSTRASI proses rukyat untuk menentukan awal bulan Rajab.

Mahasiswa PAI UNISNU ikuti Kuliah Komparasi Aswaja Komunitas Muslim di Negeri Beruang Merah, bareng Dr. Amy dari PCINU Federasi Rusia

13 Desember 2024 - 10:01 WIB

Trending di Kabar