KELING – Didampingi Syamsuri, Ketua Ranting II Desa Kunir, Keling, Jepara, puluhan warga mustadl’afin yang berkumpul di Gedung NU Dukuh Jihan itu, menerima bantuan berupa beras, pakaian dan Al-Qur’an dari Kiai Taufiqul Hakim, pengarang Buku Amtsilati dan Pengasuh Pesantren Darul Falah Bangsri, Jumat (22/04/2016) pagi.
Penyerahan secara simbolik dilakukan oleh Perwakilan PCNU Jepara, KH. Hisyam Zamroni, Rais MWC NU Jepara, Kiai Ali Murtadlo dan Ustadzah Munashiroh al-Hamilah, Ketua Ikatan Dai’yah Muda Bangsri (IKDAMUBA), selaku tangan pertama yang bekerjasama dengan NU menyampaikan amanat bantuan dari Kiai Taufiq.
Dalam sambutan, KH. Hisyam Zamroni menyebut bantuan beras merupakan simbol kebutuhan umat yang harus juga dipikirkan oleh NU untuk warganya yang kurang mampu. “Jangan menilai bantuannya seberapa, namun perhatikanlah bahwa apa yang dilakukan oleh Kiai Taufiq itu bagian dari nandur kebecikan kepada warga,” ujarnya kepada hadirin.
Dalam keterangan yang disampaikan Nyai Munashiroh, Ketua Fatayat NU Jepara dan sekaligus Ketua Ikdamuba, Kiai Taufiq memiliki agenda rutin sedekah tiap Bulan Rajab yang khusus diberikan kepada fakir miskin dan muallaf. Selama sebulan, sedekah yang dikeluarkan minimal satu juta per hari. “Namun dirupakan dalam bentuk beras,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, ada 500 kg beras, ratusan Al-Qur’an dan beberapa dus besar berisi pakaian yang dibawa Ikdamuba ke Keling. Tujuan pertama ke Desa Kunir, (mustadlafin), lalu ke Desa Medono (muallafin). Rombongan yang dibawa PCNU terdiri atas MWC Keling, PC IPPNU, PC Fatayat, Lembaga Ta’lif wan Nasr (LTN) dan Banser sebagai pengawal 3 mobil yang jalan.
Di Medono, rombongan PCNU disambut langsung Ustadz Fathoni, Ketua Anak Ranting (KAR) NU Dukuh Medono, bersama puluhan warga. Ada 70-an orang berkumpul di Masjid al-Iman yang semuanya ternyata muallaf.
Bagi para muallaf tersebut, beras memang diperlukan. Namun, sedekah Kiai Taufiq berupa Al-Qur’an ternyata lebih dibutuhkan karena mereka tidak memiliki. “Muallaf yo nembe kok, yi,” jawab salah satu warga ketika ditanya sudah bisa baca al-Qur’an atau belum.
Dua Orang Masuk Islam
Setelah bantuan diserahkan, Kiai Hisyam diminta oleh warga untuk mensyahadatkan dua calon muallaf yang sudah siap. Yang pertama bernama Mbah Pa’i (75). Lokasi di masjid al-Iman menjelang shalat Jumat.
Untuk memastikan, Kiai Hisyam bertanya kepada calon muallaf dari Medono yang berusia senja itu: Apakah sudah siap syahadat? Apakah dipaksa orang lain? Apakah atas keinginan sendiri? Semuanya dijawab Mbah Pa’i dengan: “Iya, atas keinginan sendiri.”
Seisi masjid yang menyaksikan terharu. Rombongan perempuan dari Ranting Muslimat setempat, IPPNU, Fatayat, Ikdamuba, memeluknya sembari menyerahkan seperangkat alat shalat (mukena) dan uang satu juta. Beberapa saat mengalir gelinang air mata menyambut hadirnya saudara seiman yang baru.
Calon muallaf kedua bernama Sagini (70). Karena sakit, rombongan PCNU menuju rumah Mbah Sagini yang ada di Rt. 06 Rw. 04 Desa Medono. Sekitar 20 meter dari masjid al-Iman. Keluarga sangat terharu menyambut datangnya rombongan. Di dalam kamar berukuran sekitar 2×3 meter, dekat bak mandi rumah itu, Kiai Hisyam kembali menuntun syahadat calon muslimah tersebut. Tak lupa bantuan tambahan berupa mukena dan uang satu juta diserahkan.
Kini, Mbah Sagini dan Mbah Pa’i jadi warga NU baru dibawah bimbingan MWC NU Keling Jepara. Kiai Ali Murtadlo akan mengajari shalat hingga membaca Al-Qur’an. “Ikdamuba memang fokus membantu umat yang minoritas ekonomi dan minim agama,” kata Nyai Munashiroh. Alhamdulillah. (abd)