Menu

Mode Gelap
Kisah Hidup Alex Komang, Putra Kiai NU yang Nekat Merantau ke Jakarta Untuk Menjadi Aktor Nama 41 Tokoh yang Dilantik Jadi Pengawas dan Pengurus Yayasan RSU Anugerah Sehat Jepara, Berasal dari Berbagai Latar Belakang Isra’ Mi’raj: Relasi Langit dan Bumi Ini Agenda Muskercab 3 PCNU Jepara, Simak Penjelasannya Kyai Mukhammad Siroj: Sosok Pendidik, Pengabdi dan Teladan Sehidup Semati

Kabar · 20 Feb 2023 08:28 WIB ·

Munadharah Senin Pahing, Satukan Kerja MWC NU Nalumsari dan Mayong


 Munadharah Senin Pahing, Satukan Kerja MWC NU Nalumsari dan Mayong Perbesar

nujepara.or.id – Sebagai bentuk pelestarian tradisi pendahulu, rutinan munadharah gabungan antara MWCNU Nalumsari dan Mayong diadakan. Kegiatan secara bergantian sebagai tuan rumah itu dilaksanakan di Masjid Jami’ Tunjungsari, Desa Gemiring Lor, Kecamatan Nalumsari (20/2/2023).

Hadir ketua tanfidziyah dan Rois Syuriyah MWC NU Nalumsari yang baru terpilih pada Sabtu kemarin, yakni Habib Sholeh Al Jufri dan Kyai Nurkhan. Nuansa putih dan sarung batik menguatkan kesan tentang kearifan lokal pada masjid yang ditempati.

Masjid yang penuh ornamen ukiran dan gebyok kayu itu, berada di wilayah dukuh Krajan dan merupakan salah satu masjid kuno untuk kecamatan Nalumsari, peninggalan Syeikh Maulana Ishaq Al-Maghribi dan Mbah Tunjungsari.

Dalam sambutan secara bergantian, ketua tanfidziyah dan rois syuriyah MWC NU Nalumsari berkenalan pada para hadirin, sekaligus memohon doa restu serta dukungan.

Munadharah selain diisi dengan tahlil dan pembacaan Qur’an, juga secara rutin dibacakan kajian kitab Bidayatul Hidayah oleh Kyai Jamaluddin Ahsan, pengasuh Pesantren Al Ishlah Al-Ishom, Gleget Mayong Lor. Kajian kitab tasawwuf karangan Imam Al Ghazali tersebut menjadi ciri khas dalam kegiatan gabungan, yang dihari lebih dari dua ratus tamu undangan dan pengurus kedua MWC NU.

“Dalam kehidupan yang penuh gemerlap materi, hal yang penting dilakukan adalah membenahi hati. Adanya penyakit hati seperti hasud, dengki, dan perasaan-perasaan merasa paling lebih menyebabkan susah untuk wushul pada Allah”, demikian terang Kyai Jamal, yang juga sebagai syuriyah MWCNU Mayong.

Kyai Ali Rodli selaku pemandu acara, menutup kegiatan dengan mempersilakan forum Bahtsul Masail. Dibahas dua topik persoalan dalam forum Bahtsul Masail yang diajukan oleh hadirin. Pertama dari ranting Pelemkerep Mayong, berkaitan dengan ketentuan menjawab kumandang adzan di saat ada aktivitas lain yang lebih urgen.

Kedua, dari ranting Pelang Lor, Mayong, berkaitan ketentuan pihak yang berhak memanen hasil tanaman di lahan tertentu, akan tetapi yang menanam tanaman bukan pemilik lahan.

Tradisi kerja gabungan semacam munadharah menjadi hal yang positif, untuk membangun sinergi program kerja. Terlebih dua MWC NU yang ada di bagian ujung selatan Jepara ini, memiliki sejarah perkembangan yang sangat dekat. Ibarat kakak dan adik, begitulah posisi MWCNU Nalumsari dan Mayong selama ini. (Ibnu Nizam/MWC NU Nalumsari)

Artikel ini telah dibaca 20 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Munculnya Organisasi Berlabel NU, Aspirasi atau Fragmentasi?

3 Februari 2025 - 17:57 WIB

Kisah Hidup Alex Komang, Putra Kiai NU yang Nekat Merantau ke Jakarta Untuk Menjadi Aktor

30 Januari 2025 - 20:19 WIB

Nama 41 Tokoh yang Dilantik Jadi Pengawas dan Pengurus Yayasan RSU Anugerah Sehat Jepara, Berasal dari Berbagai Latar Belakang

27 Januari 2025 - 21:34 WIB

Isra’ Mi’raj: Relasi Langit dan Bumi

26 Januari 2025 - 23:01 WIB

Ini Agenda Muskercab 3 PCNU Jepara, Simak Penjelasannya

26 Januari 2025 - 22:14 WIB

Peringatan Harlah NU Ke-102, MWC NU Kedung Jepara Gelar Khitan Massal dan Kegiatan Religi

17 Januari 2025 - 13:48 WIB

Trending di Headline