Menu

Mode Gelap
Bronze Medal Diraih Mahasiswa UNISNU Jepara pada Japan Design, Idea & Invention Expo 2025 Mahasiswa UNISNU Sabet 2 Emas, Perak dan Perunggu pada Indonesia Challenge Taekwondo Championship 2025 Kemenpora RI Jelajah Turots Nusantara akan Dimulai dari Masjid Menara Kudus Workshop Public Speaking Pungkasi Rangkaian Harlah Muslimat NU Cabang Jepara ke-79, Diproyeksikan Tingkatkan Kualitas Kader Majelis An-Nahdloh Gus Nasrul, Himpun Kurban dari Luar Daerah Dibagikan di Jepara

Headline · 30 Mar 2024 01:51 WIB ·

Akulturasi Budaya Islam-Jawa Lewat Pujian Ba’da Tarawih


 Akulturasi Budaya Islam-Jawa Lewat Pujian Ba’da Tarawih Perbesar

nujepara.or.id – Pujian Ba’da Tarawih Bahasa Jawa merupakan sebuah syair Bahasa Jawa yang substansinya adalah puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW dan hal-hal ketauhidan. Pujian ini dilantunkan setelah salat tarawih. Di beberapa daerah tradisi ini hampir hilang, akan tetapi berbeda dengan Desa Wanusobo Kedung Jepara, tradisi ini terus dibudayakan, para sesepuh desa, tokoh agama dan remaja pun masih hafal dan melantunkannya.

Setiap selesai sholat Tarawih, pujian tersebut berkumandang di musolah-musolah di desa Wanusobo Kedung Jepara. Masyarakat meyakini bahwa shalawat Jawa tersebut diciptakan oleh walisonggo yaitu Sunan (Sunan Kalijaga). Keyakinan ini yang menjadikan warga terus menjaga tradisi ini. Banyak versi syiir, mungkin karena generasi-kegenarasi, sehingga berbeda-beda dengan tempat lain. Akan tetapi secara umum subtansinya banyak yang sama.

Adapun pujian itu berlirik seperti dibawa ini:

Shollallahu ‘ala Nabi Muhammad
Muhammad Syafi’il Khalqi fi yaumil qiyamah
Ya Robbana Ya Robbana waghfir lana dzunubana taqabbal du’aana
Huwarrohman Huwarrohim
Sing Rohim Dzat kang sampurna
Sampurnané wong alam kabèh.

Allah wujud, qidam, baqo’, mukholafatu lil hawaditsi, wal qiyamu binafsihi, wahdaniyyah, qudrat, irodat, ‘ilmu, hayyat, sama’, bashar, kalam.
Kalam qadiran, muridan, ‘aliman, hayyan, sami’an, bashiran, mutakaliman.

Ingsung ngimanaken malaikat iku
Utusané Allah kawulané Allah
Kang werna-werna rupané, kang werna-werna gawéné, werna-werna ngibadahé
Tanpa syahwat tanpa nafsu, ora bapa ora ibu, ora lanang, ora wadon, ora mangan ora nginum
Jisimé jisim alus, bangsa nur

Pujian di atas sangat bagus dilestarikan, walaupun pujian tersebut bagian dari akulturasi Islam dengan budaya Jawa, akan tetapi baik untuk mengajarkan pujian-pujian dan ketauhidan untuk Masyarakat.
Tradisi tersebut selain meiliki kekhasan lokal yang bernilai tinggi, juga mengajarkan bahwa Islam mampu bersinergi dengan adat dan budaya, dan tentunya menunjukan bahwa Islam adalah Rahmatan lil A’lamain. Mudah-mudahan tradisi-tradisi tersebut akan terus lestari di Indonesia sebagai sebuah tradisi Islam di Nusantara ini.

Penulis: Ali Mustofa (Warga Wanusobo). Dosen STIT Al Urwatul Wutsqo Jombang, Sekretaris LPTNU Diwek Jombang.

Artikel ini telah dibaca 287 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Jelajah Turots Nusantara akan Dimulai dari Masjid Menara Kudus

5 Juli 2025 - 17:39 WIB

Ranting NU Demangan Catatkan Sejarah, Lantik Tiga Banom Sekaligus dalam Acara Lailatul Ijtima’

27 Juni 2025 - 11:45 WIB

NASAB SYAIKH ABDUL HAMID KUDUS CUCU KHATHIB MASJID AL-AQSHA MENARA KUDUS

19 Juni 2025 - 12:45 WIB

Enterpreneurship, Dari Musala ke Marketplace, Kiprah GP Ansor Mendorong UMKM Naik Kelas

13 Mei 2025 - 06:04 WIB

Ansor Jepara

NU dan GP Ansor Sukosono Gelar Takbir Keliling Bersama Pemerintah Desa dengan Tema ‘Menjaga Pribadi Islami di Tengah Gempuran Teknologi’

31 Maret 2025 - 23:46 WIB

Solusi Praktis Bayar Zakat Fitrah via Online, Begini Penjelasannya

30 Maret 2025 - 10:06 WIB

Trending di Bahtsul Masail