Menu

Mode Gelap
Kyai Mukhammad Siroj: Sosok Pendidik, Pengabdi dan Teladan Sehidup Semati Sorban Kiai Hijau dan Tali Tambang, Ini Makna Logo Harlah Ke-102 NU, Bisa Diunduh di Sini Jadwal Puasa Rajab 1446 H/2025, Beserta Niat dan Caranya Mahasiswa PAI UNISNU ikuti Kuliah Komparasi Aswaja Komunitas Muslim di Negeri Beruang Merah, bareng Dr. Amy dari PCINU Federasi Rusia Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

Headline · 30 Mar 2024 01:51 WIB ·

Akulturasi Budaya Islam-Jawa Lewat Pujian Ba’da Tarawih


 Akulturasi Budaya Islam-Jawa Lewat Pujian Ba’da Tarawih Perbesar

nujepara.or.id – Pujian Ba’da Tarawih Bahasa Jawa merupakan sebuah syair Bahasa Jawa yang substansinya adalah puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW dan hal-hal ketauhidan. Pujian ini dilantunkan setelah salat tarawih. Di beberapa daerah tradisi ini hampir hilang, akan tetapi berbeda dengan Desa Wanusobo Kedung Jepara, tradisi ini terus dibudayakan, para sesepuh desa, tokoh agama dan remaja pun masih hafal dan melantunkannya.

Setiap selesai sholat Tarawih, pujian tersebut berkumandang di musolah-musolah di desa Wanusobo Kedung Jepara. Masyarakat meyakini bahwa shalawat Jawa tersebut diciptakan oleh walisonggo yaitu Sunan (Sunan Kalijaga). Keyakinan ini yang menjadikan warga terus menjaga tradisi ini. Banyak versi syiir, mungkin karena generasi-kegenarasi, sehingga berbeda-beda dengan tempat lain. Akan tetapi secara umum subtansinya banyak yang sama.

Adapun pujian itu berlirik seperti dibawa ini:

Shollallahu ‘ala Nabi Muhammad
Muhammad Syafi’il Khalqi fi yaumil qiyamah
Ya Robbana Ya Robbana waghfir lana dzunubana taqabbal du’aana
Huwarrohman Huwarrohim
Sing Rohim Dzat kang sampurna
Sampurnané wong alam kabèh.

Allah wujud, qidam, baqo’, mukholafatu lil hawaditsi, wal qiyamu binafsihi, wahdaniyyah, qudrat, irodat, ‘ilmu, hayyat, sama’, bashar, kalam.
Kalam qadiran, muridan, ‘aliman, hayyan, sami’an, bashiran, mutakaliman.

Ingsung ngimanaken malaikat iku
Utusané Allah kawulané Allah
Kang werna-werna rupané, kang werna-werna gawéné, werna-werna ngibadahé
Tanpa syahwat tanpa nafsu, ora bapa ora ibu, ora lanang, ora wadon, ora mangan ora nginum
Jisimé jisim alus, bangsa nur

Pujian di atas sangat bagus dilestarikan, walaupun pujian tersebut bagian dari akulturasi Islam dengan budaya Jawa, akan tetapi baik untuk mengajarkan pujian-pujian dan ketauhidan untuk Masyarakat.
Tradisi tersebut selain meiliki kekhasan lokal yang bernilai tinggi, juga mengajarkan bahwa Islam mampu bersinergi dengan adat dan budaya, dan tentunya menunjukan bahwa Islam adalah Rahmatan lil A’lamain. Mudah-mudahan tradisi-tradisi tersebut akan terus lestari di Indonesia sebagai sebuah tradisi Islam di Nusantara ini.

Penulis: Ali Mustofa (Warga Wanusobo). Dosen STIT Al Urwatul Wutsqo Jombang, Sekretaris LPTNU Diwek Jombang.

Artikel ini telah dibaca 91 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Peringatan Harlah NU Ke-102, MWC NU Kedung Jepara Gelar Khitan Massal dan Kegiatan Religi

17 Januari 2025 - 13:48 WIB

Harlah NU dan Haul Gus Dur Digelar Bersama, PCNU Jepara Ajak Teladani Para Pejuang NU

16 Januari 2025 - 07:32 WIB

IPNU-IPPNU Ranting Pekalongan Gelar Festival Rebana Tradisional Ke- 2, Ini Daftar Juaranya

11 Januari 2025 - 23:52 WIB

Haul Sultan Hadlirin Mantingan ke-491, Prof KH. Said Aqil Siradj Ingatkan NU sebagai Benteng Akidah Aswaja

19 November 2024 - 02:00 WIB

Diskusi Pahlawan Jaman Now, Pemdes Tahunan Gandeng Jaringan GUSDURian

10 November 2024 - 20:44 WIB

Ngaji Kitab Minahus Saniyah Jatman MWC NU Tahunan Putaran Lima, Bahas Cinta Dunia

3 November 2024 - 19:14 WIB

Trending di Headline