Menu

Mode Gelap
Kisah Hidup Alex Komang, Putra Kiai NU yang Nekat Merantau ke Jakarta Untuk Menjadi Aktor Nama 41 Tokoh yang Dilantik Jadi Pengawas dan Pengurus Yayasan RSU Anugerah Sehat Jepara, Berasal dari Berbagai Latar Belakang Isra’ Mi’raj: Relasi Langit dan Bumi Ini Agenda Muskercab 3 PCNU Jepara, Simak Penjelasannya Kyai Mukhammad Siroj: Sosok Pendidik, Pengabdi dan Teladan Sehidup Semati

Hujjah Aswaja · 2 Apr 2024 05:19 WIB ·

Al-Qur’an dan Serial Wahyu Langit


 Al-Qur’an dan Serial Wahyu Langit Perbesar

DR. H. Ahmad Maghfurin. Dosen UIN Walisongo Semarang, Ketua LPT NU-Jepara dan Pengasuh Pondok Pesantren Sadamiyyah- Guyangan, Bangsri, Jepara

nujepara.or.id- Islam mengajarkan bahwa tanda-tanda kebesaran Allah dimanifestasikan dalam kitab suci, alam semesta, dan sejarah manusia. Manusia mengakui keberadaan Sang Pencipta melalui keteraturan alam semesta, dan melalui peristiwa sejarah manusia, mereka mengumpulkan pelajaran tentang kehendak Ilahi atas ciptaan-Nya.

Selanjutnya, berkat rahmat-Nya yang luas, Allah mengirim serangkaian wahyu kepada para nabi untuk membimbing mereka menuju kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat. Jika kitab suci adalah salah satu tanda wujud Allah dan sudah diturunkan kepada generasi sebelumnya, apa yang bisa dikatakan tentang Al-Qur’an dan Muhammad? Mengapa al-Qur’an diturunkan, dan bagaimana hubungannya dengan kitab suci sebelumnya? Muhammad SAW. sendiri mengakui bahwa dia bukan satu-satunya nabi yang menerima wahyu dari Allah. Al-Qur’an juga menyatakan bahwa Allah telah mengirimkan Taurat kepada Musa AS, Zabur kepada Daud AS, dan Injil kepada Isa/Yesus AS. Iman seorang Muslim tidak lengkap tanpa percaya pada kitab-kitab ini dan para nabi yang membawanya. Namun, Al-Qur’an menjelaskan bahwa kitab-kitab suci ini telah diubah dan terdistorsi dari waktu ke waktu, dan teks-teks yang ada saat ini telah teraduk antara firman Allah dan campur tangan manusia.


Al-Qur’an menegaskan bahwa keturunan Bani Israil, baik Yahudi maupun Kristen, gagal mempertahankan keaslian kitab-kitab suci mereka setelah kematian para nabinya, bahkan mengubahnya agar sesuai dengan keinginan mereka, seperti yang juga mereka lakukan dengan mengubah agama dari monoteisme menjadi menyembah dan mengkultuskan individu. Al-Qur’an juga menyatakan bahwa Allah mengutus Yesus sebagai nabi, tetapi ajarannya diubah menjadi menyembah kepadanya setelah kematiannya.
Dengan distorsi yang terjadi dalam Taurat dan Injil, Allah mewahyukan Al-Qur’an sebagai kitab terakhir. Nabi Muhammad SAW juga menyatakan bahwa ia tidak membawa wahyu baru dari Tuhan baru tetapi menyeru manusia untuk menyembah satu Tuhan dan mengikuti hukum yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Dia lebih lanjut menegaskan bahwa menyembah satu Tuhan bukanlah kelanjutan dari politeisme yang dilakukan oleh orang Arab pada waktu itu, tetapi kembali ke monoteisme yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim.
Al-Qur’an memandang bahwa agama Allah adalah satu, bernama Islam. Keragaman yang muncul dalam sejarah agama umat manusia bukanlah berasal dari Tuhan tetapi hasil dari campur tangan manusia. Esensi agama adalah monoteisme, dan umat manusia telah mengenal ajaran ini sejak awal. Dengan demikian, Adam, manusia pertama, adalah orang pertama yang memeluk monoteisme dan menjadi seorang muslim pertama. Ayat-ayat Al-Qur’an menggambarkan para nabi, dan pengikut mereka sebagai Muslim, dan menegaskan kesatuan agama dari awal hingga akhir.


Karena itu dakwah para nabi adalah sama, yaitu ketaatan dan ketundukan manusia kepada satu Tuhan. Namun, keberadaan politeisme dan penyembahan berhala adalah penyimpangan dari monoteisme. Kemunculan berulang para nabi dalam sejarah agama manusia bertujuan untuk mengembalikan mereka yang menyimpang, memperbaiki keadaan religiusitas manusia, mengakhiri praktik politeisme dan penyembahan berhala, dan menegaskan kembali ketundukan dan ketaatan manusia pada kehendak Allah, Sang Pencipta.


Islam, sebagai keyakinan agama, dimulai dengan dimulainya kehidupan manusia. Oleh karena itu, Islam bukanlah agama baru dengan kitab baru, tetapi Islam adalah agama Ibrahim, Musa, Yesus, dan para nabi sebelum mereka. Munculnya Islam sebagai institusi agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dalam sejarah menandai puncak sejarah agama, berfungsi sebagai koreksi terakhir terhadap agama ilahi yang dirusak oleh manusia. Ini juga menandakan pengumuman kesempurnaan agama. Dengan demikian, Islam menyimpulkan wahyu ilahi, dengan Muhammad menjadi yang pemungkas para nabi.


Al-Qur’an menyatakan bahwa setiap nabi yang diutus dan setiap kitab yang diwahyukan datang sebagai konfirmasi dari apa yang mendahuluinya. Injil mengkonfirmasi Taurat, dan Quran mengkonfirmasi Taurat dan Injil serta semua kitab suci sebelumnya. Ini adalah hubungan kitab Allah dengan kitab suci sebelumnya dalam bentuk aslinya, sebelum berubah oleh waktu atau campur tangan manusia. Al-Qur’an secara konsisten menegaskan dirinya sebagai konfirmasi (mushaddiqan) dan otorisasi (muhaiminan) atas kitab suci sebelumnya.


Konfirmasi Al-Qur’an terhadap asal-usul keilahian dan pengakuan bahwa semua nabi adalah Muslim. Otoritasnya bertindak sebagai mekanisme pengawasan dan pengamanan. Dengan demikian, Al-Qur’an, sebagai kitab suci terakhir dan penjaga atas kitab suci sebelumnya, tidak hanya memperkuat apa yang ada dalam sejarah tetapi juga melindunginya dari unsur-unsur asing yang diselundupkan masuk. Al-Qur’an menjadi standar penting untuk mengenali sisa-sisa wahyu yang ada dalam kitab-kitab sebelumnya dan menentukan apa yang bukan wahyu

Artikel ini telah dibaca 90 kali

Baca Lainnya

Syair Para Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)

27 Januari 2025 - 11:52 WIB

Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

9 Desember 2024 - 22:41 WIB

Semangat Kepahlawanan dan Jiwa Altruisme Sosial

8 November 2024 - 15:47 WIB

MWC NU Tahunan Serukan Jaga Kondusifitas Selama Pilkada

2 November 2024 - 13:32 WIB

YPMNU Jepara Adakan Simulasi Manasik Haji

1 November 2024 - 20:32 WIB

Jagong Ngayeng di Hari Sumpah Pemuda

28 Oktober 2024 - 06:58 WIB

Trending di Hujjah Aswaja