nujepara.or.id – Program calistung yang mengharuskan anak usia dini bisa membaca, menulis, dan berhitung ketika akan masuk SD merupakan sesuatu yang kurang tepat.
Terlebih seiring berlakunya kurikulum merdeka yang memang mengeliminir kewajiban anak harus bisa calistung saat akan masuk SD.
Hal itu ditegaskan oleh dosen Unisnu Jepara Dina Amalia, M.Pd., saat menjadi pembicara pada kegiatan penyuluhan yang diselenggarakan bimbingan belajar Ilman Nafi’ Klaling Jekulo pada Jumat (02/05/23) di Aula Balaidesa Tanjungrejo, Jekulo Kudus.
“Bahwasannya pada usia PAUD itu yang perlu ditekankan lebih ke enam kemampuan fondasi anak. Pertama, mengakui nilai-nilai agama dan moral,” Kata Dina.
Kemudian, tambah alumnus Pascasarjana Unnes Semarang tersebut, keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi.
“Kemudian kematangan emosi untuk berfungsinya lingkungan belajar,” jelasnya.
Selanjutnya, kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan pembelajaran, seperti keterampilan literasi dasar.
“Kelima, pengembangan kemampuan motorik dan perawatan diri agar mampu berpartisipasi secara mandiri dalam lingkungan belajar. dan terakhir, pemaknaan pentingnya belajar positif,” terangnya.
Dina menambahkan, Keterampilan dasar ini terus dikembangkan dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan dasar kelas dua.
“Oleh karena itu, standar kompetensi lulusan PAUD tidak berdasarkan usia, melainkan capaian yang perlu dicapai di akhir fase dan dapat dipenuhi hingga kelas dua SD,” tegasnya.
Kegiatan yang bertajuk “Strategi Mendampingi dan Menstimulasi Membaca AUD” tersebut dihadiri oleh guru dan wali murid bimbingan belajar Ilman Nafi’ Kelaling Jekulo.
Hal yang sama juga disampaikan dosen Unisnu lainnya, Aliva Rosdiana, M.Pd. Aliva memberikan pandangan bahwa pembelajaran yang diterapkan pada anak usia dini terdiri dari enam hal.
“Dimulai dengan pengetahuan tentang ajaran dasar agama, keterampilan sosial dan bahasa, kematangan emosi dan pengembangan keterampilan motorik,” ujarnya
Dengan demikian, kegiatan literasi tidak lagi berdasarkan hafalan saja.
“Melainkan anak memperoleh kemampuan berpikir logis dan akhirnya meningkatkan kemampuan membaca,” ungkapnya.
Aliva menerangkan, untuk memudahkan guru dan orangtua dalam mendampingi atau menstimulasi membaca anak.
“Maka guru dan orang tua perlu menyiapkan buku ajar yang diinovasikan lebih banyak gambar dan cerita,” Terangnya.(Wafa)