Oleh : Fuad Fahmi latif, kordinator biro dakwah dan kajian Islam PC PMII Jepara
Di akhir pengujung tahun 2019 penulis masih ingat betul ketika menghadiri haul Gus Dur di Ciganjur. Ada satu isu besar yang menggegerkan jagad media sosial, seperti facebook, twitter dan instagram. beda halnya dengan media nasional seperti Kompas, Detik, Tempo, Merdeka lebih hati-hati memblow up isu sensitif yang menyeret elit-elit politik. Isu besarnya yaitu munculnya Buku “Menjerat Gus Dur” karangan Firdika Rizky Utama.
Buku yang mengungkap dokumen rahasia berisi rencana-rencana pelengseran Gus Dur oleh Fuad Bawazier kepada Akbar Tandjung yang terkenal dengan rencana Semut Merah (semer), dengan penggalangan opini, dukungan masyarakat luas, mahasiswa, media, ormas, pengusaha, cendekiawan, preman serta masyarakat di seluruh Indonesia, dalam rangka menjatuhkan kredibilitas Presiden Abdurrahman Wahid melalui kasus Buloggate dan Bruneigate.
Pada saat itu selain lewat kekuatan parlementer dan partai politik secara inkonstitusional gerakan mahasiswa juga memberikan implikasi besar dalam pelengseran Gus Dur, menurut rangkuman penulis mulai dari BEM PTN, PTS para rektor serta BEM UI dan UMJ yang dipelopori oleh ILUNI pro-kita, di bawah komando Ketua Umum PB HMI, Fakhruddin CS, Serta tidak ketinggalan hampir seluruh barisan Mahasiswa sebagai operator lapangan yang dipimpin oleh Ketua KAMMI, AMPI, GPK, BM PAN, PB HMI, HAMMAS, IMM ikut ambil bagian melengkapi skenario menjatuhkan Gus Dur.
Di dalam buku menjerat Gus Dur banyak nama-nama yang tercantum dalam skenario “Semut Merah” (semer) rata-rata alumni HMI, seperti Akbar Tandjung, Fuad Bawazier, Hidayat Nur Wahid, Alimarwan Hanan, Hamdan Zoelva, Patrialis Akbar, Azyumardi Azra, Anas Urbaningrum, M. Fakhruddin, dan yang paling sepuh ada Amien Rais.
Dan jaringannya sering disebut dengan “HMI Connection”, kalau ada pertanyaan apakah rata-rata kader HMI terlibat dalam pelengseran Gus Dur? Nanti dulu, ingat Prof. Mahfud MD (menhan Gus Dur), KH.Yahya Cholil Staquf (Pembaca Dekrit Presiden) beliau berdua orang kuat pembela Gus Dur.
Di dalam buku ini penulis menemukan fakta menarik di balik sejarah dilengserkannya Gus Dur lewat kelompok gerakan Mahasiswa pada saat itu, satu organisasi yang absen dari barisan mahasiswa yang kontra terhadap Gus Dur dan bahkan ikut mendukung penuh sebagai kelompok pembela Gus Dur yaitu PMII, PMII ikut tergabung didalam Forkot, Gerakan Pemuda Ansor, Garda Bangsa, IPPNU, IPNU dan para santri pada umumnya ikut sebagai benteng pemajhulan Gus Dur. Di dalam buku “Menjerat Gus Dur” meski tidak banyak disebut PMII mungkin satu-satunya organisasi kemahasiswaan yang bersih dalam pelengseran Presiden Abdurrahman Wahid.
Meski Penulis merupakan kader PMII, penulis tidak sedang membanding-bandingkan dan ingin membenturkan antara PMII dan HMI, namun kebenaran sejarah harus diluruskan untuk masa depan generasi yang lebih baik, sebagai produsen kader terbesar di NU PMII harus terus berbenah karena tantangan dari masa ke masa tentu sangat berbeda jauh. Wallahua’lam bisshawab. (*)