Menu

Mode Gelap
Kyai Mukhammad Siroj: Sosok Pendidik, Pengabdi dan Teladan Sehidup Semati Sorban Kiai Hijau dan Tali Tambang, Ini Makna Logo Harlah Ke-102 NU, Bisa Diunduh di Sini Jadwal Puasa Rajab 1446 H/2025, Beserta Niat dan Caranya Mahasiswa PAI UNISNU ikuti Kuliah Komparasi Aswaja Komunitas Muslim di Negeri Beruang Merah, bareng Dr. Amy dari PCINU Federasi Rusia Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

Headline · 1 Sep 2023 10:28 WIB ·

Khoyal Penyair itu boleh Terbang Tinggi, Tapi Kakinya Tetap Harus Berpijak Bumi


 Ilustrasi (sumber: google) Perbesar

Ilustrasi (sumber: google)

Oleh: Murtadho Hadi

Puisi yang berjudul “Gelombang Rasa” (Karya Karolina AF) mencoba mendedah masa lalu tapi sekaligus menyongsong hari esok yang penuh harap, melenggang dengan diksinya: “Dalam kenangan yang suram aku belajar makna kehidupan”.

Dalam setiap masa pasti ada ujian itulah kesadaran yang dibangun dari sang Aku Lirik (dari Sang penyair), melalui diksinya: “Badai pasti datang” tapi optimisme kembali dibangkitkan dalam kata “ombak pantai selalu terurai”. Bahwa ujian dan cobaan yang serupa “ombak” memang selalu datang bertubi-tubi, tapi oleh pantai yang landai (oleh jiwa yang lapang), ia akan terpecah dan terurai.

Ketika kesadaran itu belum cukup menggugah rasa, maka nyala jiwa itu dbangkitan lagi dan dipertegas melalui kebenaran teologis yang paling hakiki: Katanya, “Tak perlu risau takdirmu sudah tertulis bersama ribuan kisah semesta”.

Ketika upaya insaniyah sudah mentok, maka penting sekali menatap takdir, bahwa manusia memang dicipta dengan batas-batas ketentuan dan ketetapan dari Sang Pencipta (Al-Kholiq), dengan begitu al-insan akan selalu dalam kesadaran kehambaan dan bisa berdamai dengan “kenyataan”.

Puisi ini dengan apik, ditutup dengan “kesadaran semesta”: Bahwa senja kan sirna/terganti oleh gelapnya malam/Fajar kan melebur bersama sinarnya mentari pagi.

Di sini, terpenting dan peringatan bagi para penyair pemula: bahwa para penyair itu boleh terbang dengan daya ‘khoyal” dan melapangkan aktivitas batiniyah, tapi ketika “pengalaman itu hendak ditulis” tetap harus sesuai kaidah kebenaran di dalam ilmu. Kasarnya tidak boleh menabrak pakem “Pendapat umum”. Contoh diksi yang menggangu dalam diksi di atas Adalah: “Ruh di kepala…” Naah pernyataan-pernyataan yang senada baiknya dihindari. Karena benarkah ruh itu di kepala? Barangkali yang dimaksud adalah pikiran yang ada di kepala. Blunder seperti itu banyak terjadi, dan maaf terkadang bukan hanya pada penyair pemula. Intinya, seorang sastrawan pun harus punya basis pengetahuan meskipun pengalaman-pengalam itu ditulis dengan: “metafor”, pasemon, dalam bait-bait yang puitis!

Salam Kepada Semua Santrawan.

(Murtadho Hadi, Sastrawan dan Budayawan Tinggal di Jepara)

Gelombang Rasa

Oleh: Karolina Akfi Falizha

Dalam kenangan yang suram ku belajar makna kehidupan

Melangkah pasti meski kadang ragu menyelimuti hati

Riuh dikepala selalu menemani hari yang sepi

Tak bisa dipungkiri, banyak kicauan burung yang mengusik

Kupu-kupu yang beterbangan menghadang tuk bisa terbang tinggi

Badai pasti datang, ombak pantai selalu terurai

Tak perlu risau takdirmu sudah tertulis, bersama ribuan kisah semesta

Terus terbang tinggi, tetap menapakkan kaki

Senja kan sirna terganti oleh gelapnya malam

Fajar kan melebur bersama sinarnya mentari pagi

Artikel ini telah dibaca 61 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

IPNU-IPPNU Ranting Pekalongan Gelar Festival Rebana Tradisional Ke- 2, Ini Daftar Juaranya

11 Januari 2025 - 23:52 WIB

Haul Sultan Hadlirin Mantingan ke-491, Prof KH. Said Aqil Siradj Ingatkan NU sebagai Benteng Akidah Aswaja

19 November 2024 - 02:00 WIB

Diskusi Pahlawan Jaman Now, Pemdes Tahunan Gandeng Jaringan GUSDURian

10 November 2024 - 20:44 WIB

Ngaji Kitab Minahus Saniyah Jatman MWC NU Tahunan Putaran Lima, Bahas Cinta Dunia

3 November 2024 - 19:14 WIB

MWC NU Kedung Jepara Gelar Acara Spesial untuk Hari Santri 2024

22 Oktober 2024 - 17:10 WIB

Meriah, 1000 Lebih Peserta Ikuti Kemah Santri 2024 MWC NU Donorojo

21 Oktober 2024 - 10:53 WIB

Trending di Headline