Menu

Mode Gelap
Mahasiswa PAI UNISNU ikuti Kuliah Komparasi Aswaja Komunitas Muslim di Negeri Beruang Merah, bareng Dr. Amy dari PCINU Federasi Rusia Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya Belajar dari Kasus Gus Miftah : Dakwah Harus Mengutamakan Akhlak Arafani, Mahasiswi UNISNU Sabet Prestasi di Lomba Esai Hari Santri Lakpesdam PWNU Jateng Pengajian Umum Gus Muwafiq, Sedekah Bumi Desa Tanjung Jepara

Hujjah Aswaja · 1 Mei 2016 04:53 WIB ·

Habib Amin Alatas: Tidak Ada Malam, Wali Allah Lebih Memilih Mati


 Habib Amin Alatas: Tidak Ada Malam, Wali Allah Lebih Memilih Mati Perbesar

nurul musthafaNGABUL – Ada hikmah dalam isra’ mi’raj yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Perjalanan Nabi pada waktu malam bukan kebetulan. Malam adalah waktu spesial. Ada ketenangan di sana. Para wali Allah lebih memilih mati saja daripada tidak ada malam (fakhtartul maut). Orang Islam yang tahu titik ketenangan malam, akan ketaguhan shalat malam. Itu kenikmatan dalam rahasia malam.
Itulah salah satu poin yang disampaikan oleh Habib Muhammad Amin bin Abdurrahman Alatas Semarang dalam “Tabligh Akbar menyambut Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, Haul Massal dan Majelis Rutinan Jumat Wage malam Sabtu Kliwon” di Yayasan Pesantren Nurul Musthafa, Ngabul, Tahunan, Jepara, Jumat (29/04) malam.
Di hadapan ratusan hadirin, Habib Amin lebih lanjut menjelaskan, ada 39 perawi hadits Isra’ Mi’raj Nabi sebagaimana ditulis pula oleh Sayyid Muhammad Alwy al Maliki dalam kitabnya, Wahuwa fil Ufuqil A’la. “Perjalanan Nabi itu sangat singkat. Ketika Nabi pulang isra mi’raj, tempat duduknya masih hangat,” papar Habib Lulusan Hadramaut, Yaman ini.
Sebelum melakukan perjalanan isra’ dan mi’raj, hati Nabi Muhammad disucikan dulu. Namun itu bukan berarti bahwa sebelum disucikan, hatinya kotor. Sangat jauh dari anggapan itu. Habib Amin menegaskan, penyucian hati Nabi itu penjagaan hati yang selalu bersih dan suci.
“Sebelum isra’, hati Nabi pernah disucikan empat kali. Pertama ketika masih disusui Ibu Halimatus Sa’diyah, kedua ketika umur 10 tahun, ketiga pas diutus jadi rasul saat berusia 40 tahun. Jadi, dari kecil, hati Nabi selalu bersih,” terangnya.
Peristiwa isra’ mi’raj terjadi malam Senin, sebagaimana hari kelahiran Rasul, diutusnya beliau jadi Rasulullah, hijrahnya ke Madinah dan meninggalnya. Semuanya jatuh pada hari Senin. Karena itulah, Senin, menurut Habib Amin, adalah hari yang mulia. Perjalanan isra’ mi’raj disebutnya sebagai rihlah maimunah (perjalanan indah).
“Kalau ngantuk mendengarkan keterangan saya, harus disediakan kopi. Kopi itu berkah, menarik malaikat datang. Tapi kalau habis minum kopi lalu merokok, setan datang juga. Makanya rokok dulu baru kopi,” ujar murid Habib Salim As Sayathiry itu yang disambut tawa hadirin. (abd)

Artikel ini telah dibaca 52 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mahasiswa PAI UNISNU ikuti Kuliah Komparasi Aswaja Komunitas Muslim di Negeri Beruang Merah, bareng Dr. Amy dari PCINU Federasi Rusia

13 Desember 2024 - 10:01 WIB

Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

9 Desember 2024 - 22:41 WIB

Jajaran NU - Peduli Bencana PCNU Jepara menggelar rakor seiring potensi terjadinya bencana imbas hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Jepara dalam beberapa hari terakhir.

Belajar dari Kasus Gus Miftah : Dakwah Harus Mengutamakan Akhlak

6 Desember 2024 - 14:57 WIB

Arafani, Mahasiswi UNISNU Sabet Prestasi di Lomba Esai Hari Santri Lakpesdam PWNU Jateng

6 Desember 2024 - 14:16 WIB

“Thoriqoh Al Mu’tabaroh Itu Semuanya dari Nabi, yang Beda Hanya Faidnya” Pesan Kiai Masduqi Saat Manaqib Kubro, Istighotsah dan Temu Mursyid di Ponpes Mangunan

2 Desember 2024 - 18:01 WIB

Manaqib Kubro Idaroh Syu'biyah Jatman Kabupaten Jepara digelar di Ponpes An-nur Mangunan Tahunan Jepara, Minggu (1/12/2024)

Haul Sultan Hadlirin Mantingan ke-491, Prof KH. Said Aqil Siradj Ingatkan NU sebagai Benteng Akidah Aswaja

19 November 2024 - 02:00 WIB

Trending di Headline