Oleh: Ustazd Hisyam Zamroni
nujepara.or.id- Jaburan adalah sebuah nama penanda terhadap suguhan dan sajian makanan pada waktu waktu tertentu, — seperti di bulan Ramadhan, Mawlid, dan acara acara lain yang,— berupa makanan kecil, nasi tumpeng dan lain lain untuk para peserta acara. Jaburan adalah juga “simbol” kedermawanan, sillaturrahim dan kebersamaan.
Jaburan mengajarkan seseorang dan jamaah menjadi seorang yang dermawan atawa sakho di mana seseorang dan jamaah memberikan makanan dengan bentuk apa pun di acara acara tertentu untuk disuguhkan kepada para peserta acara yang kemudian di makan bersama dengan istilah “kepungan” tanpa memandang kasta sehingga menciptakan sillaturrahim yang “egaliter’.
Kepungan menciptakan tali sillaturrahim yang “egaliter” di mana mereka tidak pernah memandang temannya yang ikut kepungan satu “nampan” dengan “muluk” nasi bersama dan “meyek meyek kuwaregen” bersama sehingga tanpa sadar tercipta kebersamaan.
Kebersamaan yang diciptakan oleh proses suguhan jaburan memberikan kekuatan “relasi sosial” yang natural di mana mereka melakukan interaksi sosial dengan sukarela dan ikhlas.
Realitas “jaburan” yang membentuk “harmoni” sosial diatas, memiliki nilai “spiritualitas” yang tinggi ketika jaburan bersinergis dengan acara mauludan sehingga memunculkan tajalliyah yaitu jaburan memancarkan syafaat Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW.
Konsekwensinya relasi sosial jaburan yang bersenyawa dengan acara Mauludan dengan sendirinya akan memancarkan “cahaya profetik” yaitu berupa Syafaat Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW bagi seluruh ummat bahkan bagi alam semesta sehingga keselamatan dan keseimbangan hidup dan kehidupan di dunia tetap terjaga atas pancaran cahaya Syafaat Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW
Olehnya, Jangan sampai kita lengah saat moment maulid Kanjeng Nabi Muhammad Rosulillah SAW tiba dengan berbondong bondong mengikuti acara perayaan maulid sembari membawa jaburan ke masjid dan mushollah.
(Ustazd Hisyam Zamroni, Wakil Ketua Tanfizdiyah PCNU Jepara)