nujepara.or.id – Nampak keanehan ketika MC membacakan 26 nama santri putri peserta Haflah Lil Ikhtitam di Pesantren Darussa’adah Bugel Kedung Jepara, Jum’at (26/3/2021). Satu per satu santri putri yang telah selesai menghafal Al Qur’an disebut namanya, kemudian secara bergantian mereka menuju ke Majlis Khotmil Qu’an Bil Ghoib di hadapan para orang tua atau wali santri yang hadir.
Sesaat setelah peserta dengan urutan ke 26 dipanggil namanya, kemudian oleh MC dibacakan pula nama orang tua atau wali dan alamat asalnya, akan tetapi santriwati tersebut tidak juga tampak hadir menuju barisan dan duduk di atas panggung kehormatan, bersama-sama dengan para peserta lainnya yang dari tadi telah duduk berjajar rapi, namun hanya terlihat satu alas tempat duduk yang dibiarkan kosong.
Suasana pun tiba-tiba berubah hening sesaat, dan di salah satu kursi tampak seorang ibu meneteskan air matanya tepat ketika para Khotimat mengawali prosesi khataman. Ternyata, santriwati peserta yang ke-26 itu telah meninggal dunia karena sakit, yakni beberapa bulan sebelum pelaksanaan acara Khataman dan Haflah Akhirissanah pesantren pimpinan Hj. Nor Faizah Makmun tersebut.
KH Ulil Albab Arwani dalam tausiyahnya menjelaskan bahwa almarhumah tetap diikutsertakan dalam prosesi Khotmil Qur’an Bil Ghoib tahun ini, walaupun saat meninggal dunia dia belum selesai hafalan Al Qur’annya. “Orang yang sudah niat menghafalkan Al Qur’an namun belum khatam atau selesai kemudian dia meninggal dunia, maka di dalam kubur Malaikat Jibril akan membimbing dan menuntun hingga dia menyelesaikan hafalan Al Qur’an tersebut.”
Pengasuh Pesantren Tahfidzh Yanbu’ul Qur’an Kudus dalam kesempatan yang sama juga mengingatkan kepada para orang tua dan wali santri, agar senantiasa menjaga hafalan Al Qur’an anak-anak mereka dengan cara nderes atau mengulang-ulang secara rutin. Karena salah satu perkara yang paling mudah hilang, sebagaimana terlepasnya onta dari tali ikatan adalah hafalan Al Qur’an.
“Maka seyogyanya, baik para orang tua dan terlebih lagi santriwati peserta khataman harus menjadikan Al Qur’an sebagai wiridan. Kalau pun kalian tidak mampu menyamai Imam Asy Syafi’i yang sehari semalam khatam 30 juz, baiknya seminggu sekali bisa khatam dengan cara sistem harian dan menyelesaikan pada batasan surat-surat tertentu. Yakinlah, Allah SWT akan selalu memudahkan Al Qur’an bagi orang yang mau ber-dzikir atau menghafalkannya,” tegas KH. Ulil Albab Arwani.
Acara bertema Haflah Khotmil Qur’an Bil Ghoib Muqoronah Bit Tasyakur Lil Ikhtitam Fi Akhirissanah Wal Istihlal Pondok Pesantren Darussa’adah 1442 H/ 2021 M, yang untuk tahun ini dilaksanakan secara terbatas dan sederhana akibat pandemi covid-19 yang telah setahun berlangsung namun belum juga berakhir.
Sabiq Wafiyudin dalam sambutannya mewakili Khowadimul Ma’had mengatakan, “Tahun ini acara sengaja diselenggarakan hanya untuk santriwati yang Tahfidzhul Qur’an, semoga tahun depan kondisi dan situasi dapat kembali normal sehingga khataman bisa diikuti oleh seluruh santriwati pondok, baik mereka yang hafalan Al qur’an maupun yang baru program bin nadzhor.”
Gus Sabiq yang merupakan putera sulung dari KH. Abdurrofiq Amir dan Hj. Nor Faizah Makmun kemudian menambahkan, “Pondok Pesantren Darussa’adah akan terus berikhtiyar dalam mendampingi para santriwati untuk dapat menghafal Al Qur’an, karena ini adalah amanah pendiri.” Pesantren tersebut dahulu dirintis oleh KH. Makmun Maksum bersama KH. Amir Ahmad, kemudian pada tahun 1993 dikembangkan oleh KH. Abdurrofiq Amir hingga meninggal dunia pada tahun 2012.
Semenjak itu, Pesantren Darussa’adah diasuh oleh Ibu Nyai Hj. Nor Faizah Makmun dengan dibantu putra-putranya, yaitu Sabiq Wafiyudin, Farid Isnan, Muhammad Nadhif, Dzakiyul Adzhan (masih di pesantren), dan tentu turut berkhidmah pula para menantu dari almarhum KH. Abdurrofiq Amir. (na)