Menu

Mode Gelap
Kyai Mukhammad Siroj: Sosok Pendidik, Pengabdi dan Teladan Sehidup Semati Sorban Kiai Hijau dan Tali Tambang, Ini Makna Logo Harlah Ke-102 NU, Bisa Diunduh di Sini Jadwal Puasa Rajab 1446 H/2025, Beserta Niat dan Caranya Mahasiswa PAI UNISNU ikuti Kuliah Komparasi Aswaja Komunitas Muslim di Negeri Beruang Merah, bareng Dr. Amy dari PCINU Federasi Rusia Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya

Headline · 5 Apr 2024 16:10 WIB ·

Kritis, Kelahiran Anak Muslim Indonesia Melambat


 Ilustrasi Perbesar

Ilustrasi

nujepara.or.id – Bertahun-tahun Indonesia selalu menduduki peringkat pertama dalam sisi jumlah penduduk muslim di dunia. Indonesia dalam pergaulan dunia pun selalu diidentikkan sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, meski jika ditelisik secara mendalam mungkin lebih banyak juga yang hanya sekadar Islam “KTP”. Akan tetapi, predikat itu sejak 2024 ini sudah terkalahkan oleh Pakistan.

World Population Review melaporkan bahwa Pakistan kini memiliki penduduk muslim sebanyak 240,8 juta orang atau 98,19 persen dari total penduduknya. Pada posisi lain, Indonesia memiliki 236 juta orang atau 84,35 persen dari total penduduk. Laporan yang disiarkan pada 3 April 2024 itu, juga menempatkan India pada urutan ketiga dengan 200 juta penduduk muslim, posisi keempat oleh Bangadesh dengan jumlah 150,8 juta penduduk muslim, dan posisi kelima oleh Nigeria dengan penganut muslim sebanyak 97 juta jiwa.

Kebanggaan sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar, kini tidak bisa lagi diandalkan. Klaim sepihak sebagai mayoritas muslim itu bahkan disorot sejumlah lembaga riset keagamaan. Pasalnya, Mahkamah Konstitusi (MK) pada 2016 telah mengabulkan pencantuman aliran kepercayaan sebagai keyakinan menggantikan kolom agama di Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el). Konsekuensi dari Putusan MK Nomor 97/PUU-XIV/2016 tentang yudicial review Undang-Undang Administrasi Kependudukan, pengakuan sejumlah penduduk tidak sebagai penganut Islam bisa lebih terverifikasi.

Pada 2024 ini, persentase pengikut Islam di Indonesia pada kisaran 84,3 persen atau 236 juta orang. Kondisi adanya pengakuan sejumlah penghayat kepercayaan disertai pelambatan kelahiran anak bagi kaum muslim Indonesia, tentu menjadi suatu tantangan. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan 2023 juga menguraikan adanya trend laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus menurun drastis. Penurunan laju pertumbuhan bisa jadi adalah bagian dari keberhasilan dari program keluarga berencana (KB) yang disosialisasikan secara massif oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Manakala penekanan kelahiran dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu sedangkan kelompok lainnya justru memacu peningkatan untuk merubah komposisi demografi, maka sangat dimungkinkan terjadi culture shock.

Pada 1970-an, Total Fertility Rate (TFR) atau angka kelahiran total anak di Indonesia adalah sekitar 6 anak dari 1 orang ibu. Pada 2023, trend angka kelahiran anak berubah hanya pada angka 2 anak dari tiap ibu. Data itu masih didukung adanya masa reproduksi wanita di Indonesia adalah usia 15 sampai 40 tahun. Artinya, seorang ibu yang berusia 40 tahun ke atas sudah tidak menginginkan punya anak, atau hanya mampu melahirkan 2 atau 1 anak saja.

Trend Cerai Muda

Seorang ibu dalam batas reproduksi di umur 40 tahun dengan hanya 2 atau 1 anak, diperparah dengan trend cerai muda. Pada kasus di Jepara misalnya, terjadi trend gugatan cerai yang diajukan para istri dalam usia muda dan didominasi sebagai buruh pabrik. Pada 2020, angka perceraian mencapai 2.154 putusan. Pada 2021, angka perceraian turun menjadi 2.072 putusan. Pada 2022, angka gugatan meningkat kembali menjadi 2.135 putusan. Pada akhir 2023 kemarin, sebanyak 1.923 gugatan cerai diajukan ke Pengadilan Agama Jepara.

Sejumlah negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, bahkan Rusia dan Jerman sudah beberapa tahun mengumumkan krisis anak atau keturunan. Sejumlah kebijakan agar generasi mudanya mau menikah serta melahirkan keturunan sudah dilakukan. Rupanya, Indonesia mengalami ancaman pada fenomena serupa. Suatu penduduk yang mengalami pertumbuhan ekonomi seringkali diiringi pertumbuhan penduduk yang menurun. Penyebab utamanya, banyak wanita karier lebih memilih tidak mau menikah dan tidak mau melahirkan. Kerja dan karier menjadi hal utama dibandingkan yang lain. Kerja, kerja, kerja sampai lupa umur makin tua, dan lupa menikah atau lupa dengan reproduksi keturunan. Secara spontan tentu dapat dijawab bahwa trend wanita karier dengan adanya pabrik di kawasan Jepara bagian selatan, setidaknya turut menyumbang.

Jika fenomena krisis anak terus berlanjut, jumlah penduduk terus menyusut, dan demografi kaum muslim mulai tergeser komposisinya, tentu bisa menjadi bencana awal. Indonesia sebagai berpenduduk muslim terbesar sudah terkalahkan. Apakah siap dengan komposisi di setiap daerah yang tidak lagi mayoritas karena adanya pendatang dan proses urbanisasi serta industrialisasi?

Penulis: Dr. Muhammad Khamdan. Pengurus LTN NU MWCNU Nalumsari, alumni program doktoral (S3) Studi Perdamaian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Artikel ini telah dibaca 105 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Peringatan Harlah NU Ke-102, MWC NU Kedung Jepara Gelar Khitan Massal dan Kegiatan Religi

17 Januari 2025 - 13:48 WIB

Harlah NU dan Haul Gus Dur Digelar Bersama, PCNU Jepara Ajak Teladani Para Pejuang NU

16 Januari 2025 - 07:32 WIB

IPNU-IPPNU Ranting Pekalongan Gelar Festival Rebana Tradisional Ke- 2, Ini Daftar Juaranya

11 Januari 2025 - 23:52 WIB

Haul Sultan Hadlirin Mantingan ke-491, Prof KH. Said Aqil Siradj Ingatkan NU sebagai Benteng Akidah Aswaja

19 November 2024 - 02:00 WIB

Diskusi Pahlawan Jaman Now, Pemdes Tahunan Gandeng Jaringan GUSDURian

10 November 2024 - 20:44 WIB

Ngaji Kitab Minahus Saniyah Jatman MWC NU Tahunan Putaran Lima, Bahas Cinta Dunia

3 November 2024 - 19:14 WIB

Trending di Headline