Menu

Mode Gelap
Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat (25) NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 )

Islam Nusantara · 5 Mei 2023 02:44 WIB ·

Kyai Zahid Arafat, Ulama Organisatoris dan Sang Singa Podium


 Kyai Zahid Arafat  (foto istimewa) Perbesar

Kyai Zahid Arafat (foto istimewa)

oleh : Dr. Muh. Khamdan

 

nujepara.or.id-Kyai Zahid Arafat berperan instrumental dalam mendorong banyak majlis taklim dan pengajian-pengajian kampung di kawasan Jepara bagian Selatan. Konsisten merawat jemaat dalam karakter kemandirian, yang terkadang memilih jalan sunyi dari publikasi masyarakat.

Kamis dini hari dalam pergantian hari di tengah malam, berita duka bersambung-sambung di berbagai media sosial masyarakat Mayong, Nalumsari, dan Welahan. Kyai yang memilih laku merawat umat dari pinggiran itu telah meninggal dunia pada usia 69 tahun. Kyai Zahid berpulang pada pertengahan Syawal, seolah menantikan segala urusan “hak adami” dalam permaafan hari raya sudah usai. 

Kepiawaian berorasi sekaligus bernegosiasi meninggalkan jejak dalam pergerakan di masa muda. Kyai yang memiliki pertalian nasab dengan KH. Sholeh Gleget melalui jalur ibu, Nyai Maschuriyah binti KH Sholeh, pernah menjadi ketua Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PC IPNU) Kabupaten Jepara. Kemampuan mengelola organisasi sekaligus gaya pidato yang penuh inspirasi pada masa muda, menjadikannya menerima mandat sebagai ketua PC IPNU Jepara selama dua periode pada 1984-1988.

Periode 1984 sampai 1986 menjadi periode pertama dan dikenal cukup monumental. Dalam beberapa kisah yang diterima sebagian kader IPNU di Jepara bagian Selatan, kontestasi perebutan ketua terjadi antara Zahid Arafat dan Zainut Tauhid Sa’adi. Pasca-kemenangan Kyai Zahid, Zainut Tauhid kemudian hijrah ke Jakarta sampai berhasil menduduki posisi sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat IPNU selama dua periode pada 1988-1996.

Pada masa yang hampir bersamaan, Kyai Zahid Arafat diberikan amanat untuk memimpin Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Mayong sampai 1990. Ketekunan serta karakter merawat umat sebaai bentuk khidmat, dilakukan oleh Kyai Zahid dengan mengisi sejumlah majlis-majlis pengajian dari kampung ke kampung. Sebagai gambaran sampai menjelang akhir tutup usia, Kyai zahid masih mengisi pengajian rutinan di Desa Mayong Kidul, Ngemplak Pelemkerep, masjid-masjid di Mayong Lor, termasuk membidani sekaligus menjadi tokoh penting perjalanan Madrasah Diniyah Miftahul Falah di Desa Tunggul Pandean Kecamatan Nalumsari.

Persahabatan kedua tokoh yang pernah berkontestasi menuju kursi PC IPNU Jepara berlanjut. Kyai Zahid dan Kyai Zainut Tauhid sama-sama memilih jalur pengabdian politik melalui Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Kyai Zahid memerankan diri sebagai juru kampanye PPP dalam situasi politik nasional yang tidak kondusif di bawah rezim kuasa Orde Baru. Panggung-panggung pengajian warga Nahdliyin pada era ini, seringkali dijadikan strategi penyadaran politik jam’iyah sekaligus politik jamaah.

Konsistensi dan sikap tegas sebagai insan organisatoris terbawa sampai saat ini. Pilihan perjuangan sekaligus pengabdian di jalur partai politik PPP, tidak mau menyampuri urusan organisasi ke-NU-an. Kesadaran tentang khittah NU yang tidak berpolitik praksis secara langsung, menjadi sikap tegas. Sejumlah posisi yang pernah diduduki dalam organisasi NU bahkan seolah tidak terpublikasi pada kader-kader sesudahnya, karena kharisma yang cenderung melekat adalah sosok sebagai kader partai PPP. Tercatat sampai saat ini, Kyai Zahid menduduki posisi sebagai Ketua Majelis Pakar DPC PPP Kabupaten Jepara 2021-2026.

Sikap tegas yang tidak mau memanfaatkan posisi keuntungan atau aji mumpung, patut menjadi teladan. Jasa serta komitmennya untuk tidak mencampur adukkan antara jam’iyah NU dan pilihan politik adalah langkah yang langkah saat ini. Imbasnya, sebagian warga nahdliyin dan kader muda NU di Jepara cenderung mengenal Kyai Zahid sebagai orator politik daripada jabatan prestisius di Jam’iyah NU. Jalur NU kultural tetap dipelihara dengan posisi sebagai khotib di sejumlah masjid, sekaligus mengembangkan jalur pendidikan melalui Pesantren Ar-ro’I di Jalan Singkil Nomor 151 Gleget Mayonglor Jepara.

Pilihan untuk merawat umat dari jalur pinggir adalah pilihan di jalan yang sunyi. Jalan yang sedikit para aktivis maupun organisatoris mau dan mampu melalui dengan senang hati. Selamat jalan Kyai, doa kami sebagai kader muda NU dan warga nahdliyin senantiasa menyertai. Semangat dan cita-cita membangun masyarakat muslim tetap akan kami lanjutkan meski dalam jalan yang sunyi maupun jalan yang riuh, sebagaimana tarekat Satariyah yang kyai jalani.

penulis Dr. Muh. Khamdan, Kader Muda NU Nalumsari dan oktor Studi Perdamaian UIN Jakarta

Artikel ini telah dibaca 605 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!!

16 Maret 2024 - 23:52 WIB

Mulai dari Kyai, TNI dan Polri Hadiri Haul Gus Dur di “Majelis Kopi“ Gus Nasrul

24 Januari 2024 - 15:14 WIB

Haul Sultan Hadlirin Mantingan ke-490, KH. Marzuki Mustamar Ingatkan Berkah Jaga NKRI

2 Desember 2023 - 00:42 WIB

FATAL! Sekaliber Gus Muwaffiq Kok Mem”Ba’alawi”kan Sanad Keilmuan Mbah KH. Hasyim Asyari (?)

10 November 2023 - 09:14 WIB

Politik Kebudayaan Santri ala KH. Ahmad Fauzan

23 Oktober 2023 - 04:15 WIB

Ngaji Thematik : Membersamai Kanjeng Nabi Dengan Prilaku

18 September 2023 - 01:02 WIB

ILustrasi
Trending di Islam Nusantara