nujepara.or.id – Gedung MWC NU Bangsri, Sabtu (28/5/2022) malam, ramai dengan alunan suara gamelan dan dialog ala seni tradisional ketoprak. Hal ini tergolong tak lazim. Sebab biasanya gedung MWC itu digunakan untuk rapat pengurus NU, pengajian atau aktivitas lain yang sejenis.
Rupanya, malam itu memang digelar pementasan ketoprak dengan lakon Ki Ageng Bangsri, Laskar Tunggul Wali. Hadir Ketua Tanfidziyah PCNU Jepara, KH Charis Rohman, Penjabat Bupati (Pj.) Bupati Jepara Edy Supriyanta, Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah Andang Wahyu Triyanto, para pejabat terkait dan warga dari berbagai elemen.
Sutradara pementasan ketoprak dengan lakon Ki Ageng Bangsri Aminan Basyari mengatakan Ketoprak Lesbumi ini dimainkan para seniman Kota Ukir. Menurutnya talenta seniman di Jepara tidak kalah dibanding daerah lainnya. Ia berharap pementasan ini ikut menyemangati geliat kreativitas berkesenian di Jepara.
Sementara itu, penulis naskah Muhammad Burhan mengatakan kisah Ki Ageng Bangsri diangkat karena belum banyak masyarakat yang mengetahui tentang sosok legendaris ini. Padahal bagi masyarakat Bangsri, sosok tersebut tidak hanya cerita legenda tapi juga tokoh sejarah yang nyata.
Tokoh Ki Ageng Bangsri ini tercatat dalam babad dan pernah hidup dalam sejarah. Dalam babad tanah Jawi disebut anak Ki Ageng Selo adalah Nyai Ageng Bangsri. Ada kemungkinan Ki Ageng Bangsri adalah menantu Ki Ageng Selo.
“Juga ditulis dalam Babad Pajang. Syeh Siti Jenar mendidik 40 santri dan diberi gelar Ki Ageng dan disebar ke seluruh Jawa. Salah satunya adalah Ki Ageng Bangsri,” tandas Burhan yang juga pengurus Lesbumi NU Jepara ini.
Pj. Bupati Jepara Edy Supriyanta mengatakan, ketoprak ini merupakan salah satu media tradisional untuk menggali nilai luhur dalam kearifan lokal dan budaya nusantara.
“Pada prinsipnya Pemkab Jepara mendukung kesenian dan tradisional ini berkembang luas di masyarakat,” kata Edy.
Edy juga akan menggagas panggung seni budaya di Kabupaten Jepara. Kesenian kesenian tradisional yang ada di Jepara akan ditampilkan secara rutin dalam panggung seni budaya tersebut.
“Kita akan buat panggung seni budaya. Bisa kita pakai pendopo kabupaten atau Alun-alun Jepara. Agar bisa dinikmati oleh masyarakat,” kata dia.
Andang Wahyu Triyanto mengatakan, rasa nasionalisme ini bisa tumbuh kembang melalui sejarah dan budaya. Jepara sangat kental dengan budaya dan sejarah.
Ketua Dewan Kesenian Daerah (DKD) Jepara Kustam Ekajalu mengatakan, kesenian di Jepara harus terus dilestarikan. Perlu dukungan pemerintah daerah untuk menghidupkan kesenian di Jepara.
“Kalau seluruh elemen bergerak maka masa depan kesenian Jepara lebih cerah,” tandasnya. (mo)