nujepara.or.id – Memaksimalkan peran kader-kader terampil semisal yang diplot sebagai pelatih dan instruktur, tidak sekadar hanya asal berani. Namun, bagaimana memahami kemampuan berbicara di hadapan publik, menganalisis persoalan publik, sampai strategi pemecahan masalah menjadi hal yang sangat penting.
Sebagai bagian dari proses pemantasan dan pengukuran kemampuan para calon pelatih dan calon instruktur, Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Jepara menggelar workshop kaderisasi. Kegiatan ini dilakukan dalam dua tahapan.
Tahap pertama bersamaan pada peringatan ulang tahun IPNU ke-69, pada 25 Pebruari 2023. Sedang tahap kedua, bersamaan dengan peringatan ulang tahun IPPNU ke-68, pada 4 Maret 2023.
Workshop pada tahap kedua digelar oleh PC IPNU IPPNU di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Rajekwesi, Kecamatan Mayong. Kegiatan ini juga diadakan dalam rangkaian kerja gabungan peringatan ulang tahun masing-masing organisasi. Sebanyak lebih dari 50 peserta hadir mewakili keseluruhan pimpinan anak cabang (PAC) IPNU-IPPNU se-Jepara.
Salah satu pemateri workshop pada tahap kedua adalah Dr Muh Khamdan, kader muda NU Nalumsari. Muh Khamdan mengatakan, kemampuan awal yang mesti dimiliki para aktivis organisasi adalah public speaking. Sebuah kemampuan untuk dapat menyampaikan ide pesan tertentu secara efektif, dengan tetap membagun relasi yang baik.
“Aktivis sebuah organisasi sesungguhnya adalah orang-orang pilihan, bahkan para utusan yang mesti siap menyuarakan. Pertama, menyuarakan konsep diri serta citra diri organisasi. Kedua, menyuarakan pesan-pesan organisasi agar terjaga soliditas di semua jajaran. Ketiga, menyuarakan pembelaan organisasi terhadap problem kemasyarakatan yang ada. Keempat, menyuarakan tawaran solusi pemecahan masalah agar tidak menjadi bagian dari masalah itu sendiri”. Ujar mantan aktivis IPNU Nalumsari yang kini berkarir sebagai Widyaiswara Ahli Madya di Kementerian Hukum dan HAM ini.
Penguatan SDM kader memang sangat penting. Tujuannya agar kader memiliki maturitas atau kepantasan serta ketrampilan, terlebih saat menjadi pelatih dan instruktur. Penguatan itu bisa ditekankan pada aspek komunikasi, keagamaan, teknik penguasaan massa, termasuk kecerdasan penggunaan teknologi informasi.
Sementara itu, Ketua PC IPPNU Diah W.R. Lilik menekankan, maturitas kader harus difahami sebagai proses memantaskan diri sesuai ukuran-ukuran yang terstruktur. Ukuran-ukuran yang terjabarkan dalam sejumlah indikator, pada akhirnya dapat benar-benar melahirkan kader yang siap terjun dalam setiap jenjang proses pengkaderan di wilayah masing-masing.
“Ini upaya yang penting dilakukan untuk mengantisipasi segala perkembangan zaman yang tidak lagi bisa diterka-terka oleh para kader. Lewat upaya itu juga kita bisa berharap IPNU-IPPNU akan selalu sholih li kulli makan wa zaman,” tandasnya. (KD)