Jepara – Ribuan orang memadati halaman MTs – MA Mathalibul Huda Mlonggo Jepara untuk mengikuti ngaji bareng bersama Dr. Zastrouw Al-Ngatawi dan Ki Ageng Ganjur, Ahad (28/08/16).
Kegiatan tersebut dalam rangka khaul H.M. Nur Yahman (Mbah Nur) yang merupakan salah satu tokoh yang ikut membesarkan yayasan yang memiliki 2.300 siswa ini.
Kegiatan Ngaji Bareng bersama Dr. Zastrouw dan Ki Ageng Ganjur ini menjadi puncak acara khaul. Sebelumnya juga diselenggarakan parade drum band yang menampilkan sedikitnya 23 drumb band di wilayah Jepara dan sekitarnya, termasuk menghadirkan Drumb band tamu dari Pati dan Rembang.
Dr. Mustaqim, M.Pd yang merupakan alumni tahun 1973 didapuk mewakili pengurus YPI NU Mathalibul Huda. Dosen yang juga kepala pertama MA Mathalibul Huda ini mengapresiasi penyelenggaraan Khaul yang diinisiasi oleh anak muda (alumni).
“Ini bukti cinta dan bhakti murid kepada gurunya, semoga menjadi anak-anak sholeh yang bermanfaat dan senantiasa mendoakan orang tua dan gurunya,” harapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Mustaqim memberikan laporan tentang perkembangan YPI NU Mathalibul Huda Mlonggo yang sudah sangat signifikan.
Dalam peringatan khaul Mbah Nur yang kali pertama di selenggarakan alumni ini, hadir Bupati Jepara KH. Ahmad marzuki, SE. Dalam kenangan Marzuki, almarhum Mbah Nur adalah sosok yang punya perhatian tinggi terhadap pendidikan.
Baginya, Mbah Nur adalah salah satu tokoh yang wajib diteladani para siswanya. Dalam kesempatan tersebut, Marzuki juga memberikan pujian atas pencapaian prestasi Mathalibul Huda Mlonggo yang baru saja meraih prestasi medali emas dalam ajang olimpiade matematika di Singapura. Atas prestasi ini, Marzuki memberikan penghargaan dan bantuan materi yang diserahkan langsung pada saat acara khaul berlangsung.
Dakwah kultural
Dalam mauidloh-nya, Zastrow mengajak para jamaah untuk mensyukuri keragaman yang ada di Indonesia. Meski berbeda namun masyarakat Indonesia memiliki kesadaran tinggi untuk saling menghargai, tidak mudah terpecah belah, serta mampu hidup berdampingan tanpa menonjolkan perbedaan.
“Ini adalah bentuk Islam ahli sunnah wal jamaah yang diamalkan oleh NU,” tuturnya.
Pria yang pernah aktif dalam Lesbumi NU ini prihatin dengan keadaan umat islam yang saat ini banyak dituduh teroris. Dikatakannya, Hal ini karena terjadi kesalahpahaman dan pemahaman yang salah terhadap Islam.
Di hadapan ribuan jamaah, Zastrouw menandaskan bahwa Islam ala NU dalam berdakwah selalu mengedepankan kemanusiaan dan menggunakan pendekatan kultural.
Lagu lir ilir adalah contoh bahwa dakwah yang diajarkan para salafus sholih menggunakan pendekatan kebudayaan sangat efektif, makna filosofi lagu ini sangat dalam dan sarat ajaran agama.
Lagu ciptaan sunan Bonang ini mengajak masyarakat untuk bergegas menyebarkan ajaran islam yang sudah mulai banyak diterima umat (tandure wus sumilir). Melaksanakannya dengan ikhlas sebagaimana semangatnya pengantin baru. Menyebarkan rukun islam yang berjumlah lima mumpung masih ada kelonggaran waktu (mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane). (kp)