JEPARA – Gerhana matahari total pada 9 Maret 2016 tidak hanya fenomena alam. Meskipun terjadi sekali dalam ratusan tahun, hal itu tetap atas kehendak Allah sebagai tanda dan pengingat agar kita bersyukur atas nikmat cahaya matahari setiap saat. Matahari adalah makhluk yang taat kepada Allah. Tidak pernah sekalipun ia padam seperti listrik, kecuali pernah terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Demikian kata KH. Mundziri Jauhari dalam khutbah usai shalat gerhana matahari bersama ratusan warga nahdliyyin dan masyarakat Jepara lainnya di Majid Agung Jepara, Rabu pagi (9 Maret 2016).
Dalam khutbahnya selama 20 menit, Kyai Mundziri menyampaikan pesan dan kritik. Pesan yang disampaikan agar memperbanyak dzikir kepada Allah selama gerhana dan memperbanyak sedekah, baik yang rahasia maupun terbuka. Peristiwa gerhana adalah waktu mulia yang diberikan Allah kepada kita untuk bersyukur.
Hendaknya gerhana menjadikan kita lebih dekat dengan Allah, tidak hanya menyebut gerhana sebagai peristiwa alam biasa saja tanpa menyandarkannya kepada Allah. Menurut Mundziri, ini bagian dari praktik yang mendangkalkan akidah.
“Dan patut disayangkan, dua hari yang lalu, salah satu tokoh besar skala nasional menulis dengan judul yang sangat terang bahwa gerhana ini adalah atraksi Tuhan,” ujarnya dalam khutbah.
Kita bertempat di di bumi Allah Ta’ala, selama hidup kita makan rizki dari Allah. “Maka kita dituntut untuk selalu memuliakan Allah Ta’ala, bukan justru menyebut Allah seperti seorang akrobat yang suka beratraksi. Ini, nyuwun sewu, merupakan dosa yang amat besar,” lanjut khutbahnya.
Sebelum rampung pukul 08.00 WIB, H. Ahmad Marzuki Bupati Jepara, juga berkesempatan memberikan tausiyah kepada hadirin sebagaimana pesan Kyai Mundziri. (ab)