Menu

Mode Gelap
Mahasiswa PAI UNISNU ikuti Kuliah Komparasi Aswaja Komunitas Muslim di Negeri Beruang Merah, bareng Dr. Amy dari PCINU Federasi Rusia Tanggap Bencana, PCNU Jepara Gelar Rakor, Jalin Sinergi dengan Pemerintah dan Elemen Lainnya Belajar dari Kasus Gus Miftah : Dakwah Harus Mengutamakan Akhlak Arafani, Mahasiswi UNISNU Sabet Prestasi di Lomba Esai Hari Santri Lakpesdam PWNU Jateng Pengajian Umum Gus Muwafiq, Sedekah Bumi Desa Tanjung Jepara

Opini · 12 Apr 2020 05:00 WIB ·

Terima Kasih Mbah Corona


 Terima Kasih Mbah Corona Perbesar

Oleh : Gus Halimi, Majlis Soko Jeporo (Mujahadan Seloso Kliwonan) Tawar Karanggondang Mlonggo Jepara

Kita selalu bersyukur kepada Allah SWT, kita selalu berdo’a dalam setiap saat semoga senantiasa dalam lindungan-Nya serta selalu diberikan kekuatan dan kesehatan. Diberikan keselamatan lahir batin dan berharap dijauhkan dari bala’, wabah penyakit. Kita juga selalu berupaya dan berdoa semoga diberi kemudahan urusan rizqi yang halal barokah, amin.

Demikian halnya dalam kondisi yang sulit pun, kita harus semakin bersyukur dengan selalu berucap dan memuji kepada Alloh SWT, dengan ikrar dalam lisan “alhamdulillah wa syukrulillah”, karena dengan kehadiran wabah virus Covid-19 atau Corona ini, mungkin Allah sedang memberi tugas padanya untuk menegur secara keras kepada umat manusia agar kembali ingat pada-Nya. Ingat Allah maha berkehendak dengan kuasa-Nya, Allah Maha Besar dan Maha Agung.

Kita perlu membaca satu hadits dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW, yang dikatakan:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْاَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau hendaklah diam.”

Di zaman akhir ini, banyak sebagian orang susah “ngempet omong” (sulit untuk mengendalikan perkataan), sering salah paham atau mungkin pahamnya yang salah.

Mulut dan lisannya terlihat berzikir, juga sering bertakbir tapi hatinya tertutup/kafir, na’udzubillah. Lebih-lebih kalau diingatkan, dikiranya ngajak untuk berantem dan beradu. Ketika diberikan nasihat, seringkali bersilat lidah atau dalam bahasa Jawa “Madoni”, mungkin dengan cara inilah Alloh memaksa manusia harus diam.

Namun demikian saja masih tetap saja nyinyir sehingga akhirnya mulutnyalah yang harus diplaster, dengan memakai masker.

Kita disuruh berdiam diri di rumah, begitu anjuran dan imbauan dari pemerintah. Kita lihat saja, tempat tempat peribadatan yang selalu diagung-agungkan dan dimuliakan menjadi sepi dan ditinggalkan, banyak majlis ta’lim yang juga diliburkan, pondok pesantren yang menjadi pusat dalam ritual keagamaan pun juga libur semuanya, bahkan Makkah dan Madinah yang ada di Saudi Arabia harus dikosongkan dan ditutup. Tapi perlu diingat, bahwa Tuhan tak ke mana-mana, namun ada di mana-mana. Patut kita garis bawahi, walaupun semua tempat peribadatan tutup dan sepi, tidak lantas kita menjadi menyepikan hati kita, justru hati tetap selalu ingat bahwa Alloh ada di hati kita, Alloh bersama kita dan mari kita kembali kepada-Nya.

Kita patut mengucapkan terima kasih kepada “Mbah Corona”, dengan adanya wabah ini manusia bisa mengisolasi diri, bisa beruzlah (menjauhkan diri) dari jeratan “Ki Ageng Butuh” (semua kebutuhan urusan duniawi) untuk berkholwat (menyendiri), dan terus berintropeksi diri untuk tafakkur, tadabbur dan tasyakkur. Dengan demikian, manusia kembali ke jalan yg lurus yg diridhoi Alloh SWT.

Kita mafhum dan paham, akhir-akhir ini di sana-sini dan di mana pun manusia menjadi terlena pada sesembahan, sehingga lupa bahwa manusia ini bertugas sebagai abdi “kawulo” atau hamba atau pelayan, dan Allah lah yang menjadi Paduka Sang Penguasa. Mari kita kembali pada tugas hamba yang mengabdi kepada Alloh ilahi Robbi. Semoga langkah dan tindakan kita selalu diridhoi.

Insya Alloh badai segera berlalu, Yakinlah itu. Amin amin amin wa Ya Mujibas sailiin.

Wallohu ‘Alam…

Artikel ini telah dibaca 17 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

The Root of The Peak dalam Konsep Keilmuan

7 Juni 2024 - 11:08 WIB

Akselerasi Khidmah NU dan Keberjamaahan

17 Februari 2023 - 05:47 WIB

Hari Santri Nasional Dan Pembangunan Peradaban

24 Oktober 2022 - 04:21 WIB

Shiddiqiyah : Thoriqoh Yang Mu’tabar (otoritatif) ataukah yang “nrecel” (Keluar Jalur) ?

15 Juli 2022 - 07:58 WIB

Jepara, Investasi Agrobisnis dan Jihad Pertanian NU

30 Mei 2022 - 02:50 WIB

Santri dan Filologi Islam Nusantara

25 April 2022 - 03:21 WIB

Trending di Hujjah Aswaja