nujepara.or.id – Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU Kabupaten Jepara, Ngateman menyinggung peran para ulama di Jepara yang saling berjejaring. Salah satunya adalah melalui titik temu pada KH. Ahmad Fauzan, pendiri NU Jepara sekaligus Rais Syuriyah PCNU Jepara sampai 1972.
Ngateman menyampaikan bersamaan dalam kegiatan bedah buku “KH. Ahmad Fauzan; Biografi, Pemikiran, dan Peranannya di Jepara”, di Gedung Shima area Pendopo Kabupaten Jepara, Ahad (18/11/2023). Hadir dalam acara tersebut adalah Ketua Tanfizdiyah PCNU Kabupaten Jepara KH. Charis Rohman, Pj Bupati Jepara, M. Dalhar selaku penulis buku, KH. Nur Rohman Fauzan sebagai putra KH. Ahmad Fauzan dan Mustasyar PCNU Jepara, Dr. Muh. Khamdan selaku peneliti jaringan ulama, dan sejumlah delegasi MWCNU se-Jepara, dan delegasi ranting NU se- Kecamatan Jepara.
M. Dalhar mengawali paparannya tentang biografi penulisan buku dari sisi keluarga, aspek intelektualisme, keorganisasian, dan perjuangan. KH. Ahmad Fauzan yang lahir pada 1905 di Dukuh Penggung di Desa Gemiring Lor, Nalumsari, mengemban pendidikan dari lokal Jepara, Kasingan Rembang, Tayu Pati, sampai di Makkah. Latar belakang pendidikan tersebut menjadi inspirasi kejuangan dalam pembentukan NU pertama di Jepara.
Narasumber kedua, Muh Khamdan, menguraikan gambaran jejaring ulama di Jepara dengan pendekatan titik temu KH. Ahmad Fauzan. Doktor lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menguraikan dengan empat tipologi diaspora jaringan, yaitu diaspora keturunan keluarga, diaspora intelektual, diaspora perjuangan, dan diaspora organisasi.
Pada sisi diaspora keturunan, KH. Ahmad Fauzan bertalian pada sosok Kyai Umar yang merupakan panglima Perang Diponegoro. Kyai Umar memiliki putri bernama Nyai Darijah yang menikah dengan Kyai Ahmad Sanwasi di Penggung Nalumsari. Pernikahan ini menurunkan KH. Abdur Rosul yang merupakan ayahanda KH. Ahmad Fauzan. Jejaring dari jalur keturunan Kyai Ahmad Sanwasi memiliki keterkaitan dengan Pesantren Darunnajah di Kedungleper Bangsri, Pesantren Sabilul Hadi di Surodadi Kedung, Pesantren Eru Cokro di Sinanggul Mlonggo, dan Pesantren KH Abu Kholil Gemiring Kidul Nalumsari.
Sementara itu, KH. Nur Rohman menjelaskan kepribadian ayahandanya, KH. Ahmad Fauzan, yang sangat menjunjung tinggi Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al Ghazali. Hal itu juga yang setidaknya memengaruhi KH. Ahmad Fauzan menulis kitab berjudul “Alfiyah Al Ghazaliyah”, serta sejumlah syair-syair pendidikan untuk berdakwah.
Pj Bupati Jepara, Edy Supriyanta, memberikan apresiasi atas upaya Lesbumi NU Jepara untuk mengangkat peran tokoh-tokoh lokal di Jepara untuk menjadi teladan. Terlebih banyak tokoh yang tentunya mempunyai peran penting untuk kemerdekaan dan kemajuan Jepara dalam rentang waktu tertentu ke waktu berikutnya.
“Upaya Lesbumi NU Jepara saya harapkan akan membawa dampak kemajuan yang signifikan. Selama ini masyarakat Jepara mengenal beliau (KH. Fauzan) hanya sebagai nama jalan, mulai dari gedung DPRD Jepara sampai depan Radio Kartini Jepara”, ucap Edy Supriyanta melalui perwakilannya.